Bareksa.com - Tidak bisa dimungkiri peran investor asing di dalam menggerakkan bursa saham Indonesia sangat besar. Turunnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sering diasosiasikan dengan arus keluar dana oleh investor asing. Dengan kata lain bursa saham Indonesia dianggap masih rentan terhadap foreign outflow.
Namun, kinerja IHSG yang negatif sepanjang tahun ini tidak menyurutkan investor asing untuk menambah portofolio kepemilikannya pada sejumlah saham. Bareksa mengolah data anggota LQ45 dan membandingkan persentase kepemilikan asing pada November 2015 dengan posisi Desember 2014. Tercatat investor asing menambah kepemilikan saham pada 21 emiten LQ45.
Tabel : Kenaikan/Penurunan Porsi Kepemilikan Investor Asing Terhadap Jumlah Saham Beredar
Sumber : KSEI, diolah Bareksa
Ada tiga saham dengan kenaikan terbesar pada porsi kepemilikan saham oleh investor asing. Ketiga saham itu adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Harga saham SRIL melonjak 135,6 persen, sedangkan SSMS yang bergerak di bidang perkebunan sawit mencatatkan kenaikan 3,3 persen di tengah jatuhnya performa indeks sektor perkebunan.
Namun, tidak semua harga saham dengan penambahan porsi asing dapat mencetak return positif. TBIG dengan kenaikan porsi kepemilikan asing paling banyak malah mencatatkan return minus 38,66 persen.
Grafik : Perbandingan Return TBIG, SSMS dan SRIL 30 Desember 2014 – 21 Desember 2015
Sumber : diolah Bareksa
Sementara itu, tiga emiten yang porsi kepemilikan asingnya berkurang banyak adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).
Grafik : Perbandingan Return ADRO, MPPA dan PWON 30 Desember 2014 – 21 Desember 2015
Sumber : diolah Bareksa
Harga saham ketiganya ambrol. ADRO mencatatkan penurunan terdalam sebesar minus 52,4 persen seiring dengan menciutnya kepemilikan investor asing.