Bareksa.com – Dukungan Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama agar mata uang Renminbi—satuan mata uangnya Yuan-- menjadi mata uang global berbuntut panjang. Pasalnya, hampir semua indeks saham di kawasan Asia kompak melemah pada perdagangan hari ini, Senin 28 September 2015 akibat pernyataan tersebut. Dari 9 indeks Asia, hanya indeks Hangseng Hong Kong dan Taeix Taiwan yang masih mengalami kenaikan.
Pelaku pasar tampak khawatir kebijakan ini akan berdampak bagi ketidakpastian perekonomian dunia, khususnya Indonesia yang terus tertekan. IHSG pun terkoreksi 1,56 persen, atau yang mengalami koreksi terbesar dibandingkan indeks lainnya.
Tabel Pergerakan Beberapa Indeks Saham Kawasan Asia, 28 September 2015
Sumber: Bloomberg, diolah Bareksa
Pelemahan seperti ini pernah juga terjadi ketika Bank Sentral China (PBoC) memutuskan untuk mendevaluasikan mata uangnya pada pertengahan Agustus lalu. Saat itu, IHSG mengalami koreksi 2,15 persen didorong oleh turunnya beberapa indeks manufaktur. (Baca juga: Devaluasi Yuan Sebabkan IHSG Tersungkur 2,15 persen di Sesi I)
Devaluasi Yuan ketika itu menekan IHSG turun hingga 9,93 persen ke level 4.163,73 dalam 9 hari dari level sebelumnya 4.622,59.
Tabel Pergerakan Beberapa Indeks Saham Kawasan Asia, 11 Agustus 2015
Sumber: Bloomberg, diolah Bareksa