Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini menyentuh level terendah secara year to date (YTD). Pada 12 Agustus 2015, IHSG sempat menyentuh level 4.479,49. Padahal pada tahun ini IHSG sempat menyentuh level tertinggi 5.523,29 pada 7 April 2015
Penurunan IHSG yang cukup signifikan juga pernah terjadi pada 2008 dan 2013. IHSG mulai melemah sejak awal 2008, dan puncaknya terjadi pada 28 Oktober 2008, IHSG anjlok hingga 39,8 persen selama satu bulan menjadi 1.111,39 dari sebelumnya 1.846,09 dan kembali stabil pada 10 Juni 2009 di level 2.108,81. Anjloknya IHSG juga berdampak pada seluruh sektor saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Grafik Return Indeks Sektoral dan IHSG 2008
Sumber: Bareksa.com
Perekonomian yang kurang baik menekan seluruh sektor perdagangan saham pada saat itu. Dimotori sektor pertambangan sejak awal 2008 hingga 28 Oktober 2008 yang anjlok 70 persen. Lalu disusul aneka Industri yang turun 64 persen dan posisi ketiga sektor perdagangan.
Namun, saat keadaan IHSG mulai stabil dan merangkak naik, sektor pertambangan dan aneka dasar juga ikut melonjak. Sektor pertambangan naik 113 persen dan aneka industri naik 152 persen selama hampir sembilan bulan sejak 28 Oktober 2008 hingga 10 Juni 2009. Sementara sektor keuangan melonjak hampir 2 kali lipat
Dikutip dari Publikasi Bank Indonesia (BI) dalam laporan perekonomian 2008, selain IHSG cadangan devisa menurun13 persen dari $59,45 miliar per Juni 2008 menjadi $51.64 miliar per Desember 2008 yang mengindikasikan terjadi capital flight.
Rupiah terdepresiasi 30,9 persen dari Rp 9.840 per dolar pada Januari 2008 menjadi Rp 12.100 per dolar pada November 2008 dengan volatilitas yang tinggi
***
Pada 2013, IHSG mengalami penurunan tajam sejak 15 - 27 Agustus 2013. IHSG anjlok 15,3 persen, dan mulai mengalami recovery pada 19 September ke level 4.670. Dalam waktu yang bersamaan seluruh sektor saham juga ikut terpengaruh dengan anjloknya IHSG.
Tabel Return Indeks Sektoral dan IHSG Sejak Awal tahun 2013 Hingga 19 September 2013
Sumber: Bareksa.com
Sebelumnya, penurunan IHSG yang cukup signifikan juga pernah terjadi pada 2013, tepatnya pada 27 Agustus. IHSG anjlok hingga 8,17 persen, padahal sebelumnya sejak awal tahun hingga 15 Agustus sempat mengantongi return 7,79 persen.
Pada periode tersebut sektor anjlok paling dalam adalah sektor aneka industri yang turun 15 persen menjadi 995,26. Padahal beberapa hari sebelumnya, yakni 15 Agustus indeks sektor aneka industri sempat berada di level 1.227,86. Namun, kurang dari satu bulan indeks ini sudah mengalami kenaikan 27,8 persen menjadi 1.282,3, lebih cepat dibanding sektor lainnya
Selain itu, penurunan besar juga dialami oleh sektor keuangan, dipengaruhi kebijakan Bank Indonesia yang menaikan BI rate 50 basis poin menjadi 7,00 persen pada Agustus 2013. Kenaikan suku bunga acuan ini sebagai langkah antisipasi Bank Indonesia menahan aliran dana asing yang keluar seiring kebijakan The Fed yang menghentikan quantitative easing (QE)
Pada 15 Agustus 2013 return yang dikantongi oleh indeks sektor keungan adalah 8,15 persen. Tidak sampai dua pekan indeks saham ini anjlok 10,63 persen.
Meski telah anjlok dalam, sektor yang ditopang oleh perbankan ini cepat mengalami recovery. Tidak sampai sepekan, sektor ini kembali normal dan mengantongi return 8,91 persen pada 19 September 2013.
***
Dengan situasi pada saat ini, fase pelemahan IHSG 12 Agustus 2015 ini juga berdampak terhadap hampir seluruh saham dan mengalami penurunan sangat signifikan. Sektor paling sensitif dari turunnya IHSG adalah aneka industri. Saat IHSG turun sektor aneka industri anjlok cukup dalam. Namun, sektor ini juga melonjak paling tinggi ketika IHSG mulai stabil.
Berdasarkan data Bareksa pada awal 2015 hingga 7 April 2015, di mana IHSG menyentuh level tertinggi, indeks sektor aneka industri telah mengantongi return 6,83 persen atau berada di level 1.389,42. Namun, saat IHSG menyentuh level terendah tahun ini (12 Agustus ) indeks sektor aneka tambang langsung anjlok 23,9 persen.
Saham dari sektor aneka industri yang terkena dampaknya cukup dalam adalah PT Astra Internasional Tbk (ASII). Harga saham ASII sudah turun 25,5 persen menjadi Rp6.075 pada 12 Agustus dari sebelumnya Rp8.150 pada 7 April 2015.
Pada 27 Agustus 2013, harga ASII anjlok sangat dalam menjadi Rp5.300. Harga saham tersebut merupakan yang paling rendah sejak 2013.
Lalu dari sektor keuangan, saham yang mendapat pengaruh paling besar tahun ini adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Sejak awal tahun hingga 7 April, harga saham BBNI naik cukup signifikan 19,2 persen menjadi Rp7.275. Namun, pada 12 Agustus harga saham BBNI hanya tersisa Rp4.510 .
Penurunan kualitas kredit menjadi salah satu masalah yang dihadapi perbankan pada paruh pertama tahun ini. Laba BBNI pun anjlok 50 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) naik menjadi 3 persen dari total kredit yang disalurkan, atau setara Rp8,11 triliun naik dari sebelumnya hanya Rp5,35 triliun. Hal ini mengerek nilai beban provisi --dana yang digunakan untuk menambal NPL-- menjadi Rp5,9 triliun dari sebelumnya Rp2,2 triliun. (Baca juga: Banyak Kredit Bermasalah Sebabkan Anjloknya Laba BNI 50%).
Tabel Return Indeks Sektoral dan IHSG Sejak Awal tahun 2015 Hingga 12 Agustus 2015
Sumber: Bareksa.com