Listing Perdana, Saham BIKA Kena Autoreject

Bareksa • 14 Jul 2015

an image
Refleksi karyawan melintas di layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Saham emiten properti ini melonjak 50% menjadi Rp1.500

Bareksa.com - Perdagangan saham PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA) terkena penolakan otomatis (autoreject) pada hari pencatatan perdananya karena lonjakan hingga 50 persen. Saham perusahaan properti ini melonjak ke harga Rp1.500 dari harga penawaran perdana (IPO) di Rp1.000.

Pada pukul 10:12 antrian beli mencapai 71.594 lot, sementara antrian jualnya hanya 649 lot. Total saham berpindah tangan sebanyak 40.309 lot dengan nilai Rp6 miliar.

Daewoo Securities (YP) tercatat sebagai broker pembeli bersih (net buy) terbanyak, dengan total beli bersih 5.399 lot dan nilai Rp809,9 juta. Ciptadana broker dengan net buy terbesar kedua dengan total pembelian bersih 4.112 lot senilai Rp616,5 juta.

Dalam IPO, Binakarya menawarkan 150 juta saham baru atau 35 persen dari modal disetor perseroan. Dengan harga penawaran Rp1.000, total hasil raihan IPO sebesar Rp150 miliar. Penjamin emisi (underwriter) dari IPO ini RHB OSK Securities Indonesia.

Setengah dari dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha entitas anak untuk mengakuisisi lahan di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Sebanyak 30 persen dana akan digunakan anak usaha untuk melunasi utang bank yang jatuh tempo Januari 2016. Sisanya 20 persen akan digunakan entitas anak untuk modal kerja.

Hingga 31 Desember 2014, total aset Binakarya mencapai Rp1,73 triliun, naik 31 persen dari setahun sebelumnya Rp1,32 triliun. Total ekuitas juga melonjak 73 persen menjadi Rp376,77 miliar dari Rp217,58 miliar.

Sepanjang tahun lalu, Binakarya mengantongi pendapatan Rp957,41 miliar, naik 28 persen dari sebelumnya Rp746,64 miliar. Laba bersih melonjak dua kali lipat menjadi Rp170,31 miliar dari Rp85,29 miliar.

Pendapatan perseroan ditopang oleh sektor properti yang mencapai Rp903,95 miliar atau 94 persen dari total revenue. Dari sektor manufaktur hanya mencapai 6 persen setara dengan Rp53,46 miliar.