Impak Yunani Berpotensi Dorong Kelesuan Pasar Saham Minggu Ini

Bareksa • 29 Jun 2015

an image
Investors look at an electronic board showing stock information at a brokerage house in Fuyang, Anhui province, China, June 26, 2015. REUTERS/China Daily

Secara Fundamental efek Yunani tidak mempengaruhi Indonesia secara langsung

Bareksa.com - Volume perdagangan bursa hari ini (Senin, 29 Juni 2015) diproyeksi akan menurun menyusul adanya potensi default Yunani.

Empat trader saham dan satu trader obligasi yang dihubungi Bareksa.com pagi ini menyatakan order transaksi pagi ini jauh lebih kecil karena investor melihat risiko penurunan harga saham yang dipengaruhi sentimen dari Yunani.

"Dampak Yunani, trading lesu hari ini," ujar seorang trader saham di broker asing.

Hingga jam 9.26 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,8 persen ke posisi 4.883, dan paling tinggi didorong penurunan sektor properti dan konstruksi. Tidak hanya dalam negeri, bursa regional asia juga terkena sentimen negatif dari Negeri Para Dewa itu.

Grafik Perdagangan IHSG Periode Intraday

Sumber: Bareksa.com

Pada jam yang sama, Indeks Hangseng Hong Kong ambrol 1,65 persen. Indeks Nikkei Jepang juga merosot 1,76 persen.

Menurut analisis Kim Eng yang telah disampaikan kepada nasabah menyatakan secara fundamental efek Yunani tidak mempengaruhi Indonesia secara langsung. "Pasar saham sepekan ini akan bergantung dari likuiditas global."

Untuk menghindari potensi kerugian yang besar, sebaiknya investor lebih melakukan trading. Setelah menjual, investor dapat kembali membeli pada saham-saham bluechip yang telah terkoreksi lebih dari 5 persen dalam seminggu ke depan.

Deutsche Bank dalam laporan yang telah disampaikan kepada nasabah juga memprediksi efek negatif dari runtuhnya Yunani tidak terlalu besar dirasakan oleh kawasan Asia. Melihat dari kinerja  historis ketika krisis finansial global pada 2008, kemudian pelemahan Eropa pada 2011 dan ketika "tapering" di Amerika mulai terjadi, mata uang di kawasan Asia memiliki kinerja bertahan yang lebih baik dibandingkan dengan negara berkembang di belahan dunia lain.