IHSG Ambrol 2,7%; Setahun Terakhir Hanya 2 Kali Indeks Turun Sedalam Ini

Bareksa • 27 Apr 2015

an image
Sejumlah orang mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ANTARA FOTO/Adimas Raditya).Sejumlah orang mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ANTARA FOTO/Adimas Raditya)

Penjualan saham-saham blue chips yang dilakukan investor asing jadi pendorong pelemahan IHSG

Bareksa.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol 2,7 persen hingga menembus level dibawah 5.300 pada siang hari ini, didorong penurunan harga saham-saham blue chips di tengah kekhawatiran kinerja keuangan yang menurun. Selama setahun terakhir, IHSG hanya pernah dua kali mengalami penurunan diatas 2,6 persen. 

Hingga penutupan sesi pertama hari ini, Senin 27 April 2015, IHSG merosot ke 5.288,56 diiringi dengan tekanan jual asing yang cukup tinggi. Sejauh ini asing net-sell sebesar Rp1 triliun. Secara teknikal indeks berpotensi melanjutkan tren turun ke level 5.250.  

Lima saham pendorong penurunan indeks saham yakni BBCA yang ambrol 4,36 persen, BBRI turun 4,83 persen, BMRI merosot 5,46 persen dan ASII yang anjlok 4,44 persen.

Reinald Wangsanata analis Deutsche Bank menyatakan kekhawatiran akan memburuknya kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII) bersama dengan beberapa anak usahanya seperti AALI, AUTO, dan UNTR kuartal pertama tahun 2015 yang didorong menurunnya penjualan. Padahal harga saham ASII sudah mengalami peningkatan sebesar 20 persen dalam enam bulan terakhir berdasar pada data Bareksa.

Sementara Macquarie dalam riset yang diterima bareksa hari ini menilai kinerja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sepanjang kuartal pertama tidak memuaskan. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, rasio marjin bunga bersih BMRI berada pada 5,3 persen atau turun 30 basis poin secara tahunan dan 50 basis poin secara kuartalan.

Sementara per akhir Maret 2015, pertumbuhan kredit hanya mencapai 13 persen dengan kenaikan rasio kredit macet (Non Performing Loan / NPL) 0,89 persen dari periode tahun sebelumnya 0,67 persen.

***

Indikasi akan penurunan harga saham sesungguhnya sudah mulai terlihat dari penjualan yang dilakukan investor asing. Sejak 9 Maret hingga 24 April 2015, total dana investor asing yang keluar mencapai Rp8,8 triliun berdasar pada data Bareksa.

Dalam masa penjualan investor asing, IHSG masih bertahan diatas level 5.400. Baru siang ini IHSG menyentuh hingga dibawah level 5.300 didorong investor asing yang kembali melakukan penjualan hingga Rp1 triliun.

Sumber: Bareksa.com

Jika dilihat dari pergerakan broker, tiga posisi teratas yang melakukan penjualan bersih saham terbanyak hingga siang ini adalah broker asing yakni Deutsche Securities Indonesia, CLSA Indonesia dan Citigroup.

***

Sementara berdasarkan analisis teknikal, IHSG memang sudah menunjukan tanda-tanda akan mengalami penurunan sejak 27 Februari 2015. Terdapat pola Bearish Divergence, yang menunjukan kenaikan harga saham, tetapi tidak ditopang kenaikan indikator teknikal seperti Moving Average.

Artinya menurut teknikal pada IHSG sudah ada pemain besar yang melakukan penjualan, tetapi level indeks tetap dijaga dengan menaikkan harga saham yang tidak memiliki volume transaksi perdagangan besar namun memiliki kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga mampu untuk menahan laju IHSG.

Dengan jebolnya level support IHSG 5.400, maka ada potensi secara teknikal untuk melanjutkan penurunan hingga ke level 5.250 berdasar analis teknikal Bareksa, Suhendra.

Grafik Pergerakan Harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Sumber: Amibroker

Sementara saham penggerak penurunan indeks yakni BMRI juga memiliki pola yang sama yakni pola Bearish Divergence sejak 6 Februari 2015. (np)

Grafik Pergerakan Harga Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

 

Sumber: Amibroker