Rupiah Melemah Hingga Rp12.200 per dolar; Investor Institusi Ramai Beli ORI 11
ORI11 memiliki daya tarik berupa nilai yield yang lebih tinggi dibandingkan surat utang sejenis yang bertenor sama
ORI11 memiliki daya tarik berupa nilai yield yang lebih tinggi dibandingkan surat utang sejenis yang bertenor sama
Bareksa.com – Belum adanya sentimen positif membuat perdagangan obligasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan nilai tukar rupiah serentak kembali alami pelemahan. Bahkan nilai tukar rupiah melemah hingga Rp12.200 per dolar, terendah sepanjang sebulan terakhir.
Guna meredam dampak inflasi akibat pelemahan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan sebesar 7,5 persen.
Selain itu juga BI mengeluarkan aturan baru yang mewajibkan perusahaan di Indonesia yang memiliki hutang dalam dolar Amerika untuk melakukan hedging senilai sebagian utangnya untuk mengurangi dampak negatif dari fluktuasi nilai tukar.
Promo Terbaru di Bareksa
Pelaku pasar juga sedang menanti data Balance of Payment (BoP) yang akan diumumkan besok. Disamping itu, pernyataan BI terkait prediksi angka current account deficit (CAD) hari ini juga akan menjadi sorotan investor.
"CAD kuartal III diperkirakan masih lebar tetapi turun dari posisi kuartal II ke kisaran 3,4 hingga 3,5 persen terhadap GDP (gross domestic product)," ujar ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta.
Obligasi pemerintah melemah tipis, tercermin dari kenaikan yield obligasi pemerintah. Dengan kenaikan yield sebesar 2 basis poin (bps), obligasi bertenor 15 tahun (seri FR0071) mengalami pelemahan terbesar.
Perdagangan seluruh obligasi pun relatif sepi. Hanya obligasi ritel seri ORI11 yang terlihat ramai, ungkap salah satu trader obligasi yang dihubungi Bareksa.com.
“Perdagangan hari ini masih sepi akibat tidak adanya sentimen ke pasar obligasi. Hanya perdagangan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 11 yang ramai karena baru IPO di Penerima Laporan Transaksi Efek (CTP).”
Analis fixed income SuccorInvest Gani Ariawan menilai ORI11 yang menawarkan kupon sebesar 8,5 persen memiliki daya tarik berupa nilai yield yang lebih tinggi dibandingkan surat utang negara (SUN) sejenis yang bertenor sama.
“Tingginya yield tersebut membuat banyak investor institusi membeli ORI 11 ini. Karena sebelumnya mereka tidak boleh membeli di pasar primer.”
Ariawan pun menilai ramainya transaksi ORI 11 hanya bersifat sementara akibat aksi ambil untung investor ritel.
Sementara itu, IHSG pun terkoreksi tipis 0,17 poin ke level 5.048,67 didorong aksi jual saham-saham sektor Perkebunan dan Pertambangan yang masing-masing melemah 0,81 persen dan 0,67 persen.
Meski demikian, Investor asing masih tercatat melakukan transaksi net buy sebesar Rp149,66 miliar dengan banyak aksi beli di saham-saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). (np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.