Sambut Jokowi, Obligasi Menguat Tercermin Turunnya Yield Tenor 10 Thn Jadi 8,06%

Bareksa • 20 Oct 2014

an image
Kanan ke kiri : Presiden Terpilih Joko Widodo, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla, dan Wakil Presiden Boediono melambaikan tangan sebelum sidang paripurna pelantikan presiden - (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)

Nilai tukar rupiah menguat 0,67 persen menjadi Rp12.013 per USD, hampir tembus dibawah level Rp12.000

Bareksa.com - Nilai tukar rupiah menguat 0,67 persen menjadi Rp12.013 per dolar Amerika dibanding penutupan akhir pekan lalu sebesar Rp12.095 menyambut Presiden dan Wakil Presiden ketujuh Republik Indonesia Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Sementara itu berdasar data Bursa Efek Indonesia, yield obligasi tenor 10 tahun pagi ini dibuka pada level 8,06 persen menurun dibanding akhir pekan lalu yang berada pada level 8,21 persen menunjukan penguatan di pasar obligasi.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie mengatakan pasar obligasi terus mengalami kenaikan apabila susunan kabinet sesuai harapan pasar. Sebab, dana asing diperkirakan kembali meningkat ke pasar Indonesia. Apalagi, kondisi global tengah melambat dan bank sentral Amerika Serikat, The Fed kemungkinan akan memperpanjang program pembelian asetnya.

"Tentu kabinet yang sesuai harapan pasar dapat meningkatkan keyakinan investor global terhadap prospek ekonomi Indonesia," ujar Roby kepada Bareksa.com.

Sepanjang pekan lalu, pasar obligasi diwarnai oleh faktor trading dan aksi spekulasi. Pasar didominasi dengan kondisi bullish dalam sepekan terakhir. Rata-rata yield hingga penutupan perdagangan pekan lalu untuk seluruh kelompok tenor, seperti pendek, menengah, dan panjang mengalami penurunan yield dengan rentang 3,08 basis poin hingga 3,90 basis poin.

Senada dengan obligasi pemerintah, pekan lalu obligasi korporasi diperdagangkan bullish dengan penurunan rata-rata yield sepanjang tenor 1 hingga 10 tahun tercatat sebesar 25,4 basis poin. Tenor pendek 1 hingga 4 tahun mencatat penurunan yield paling besar yakni sebesar 26,8 basis poin. Diikuti oleh tenor menengah 5 hingga 7 tahun sebesar 25,4 basis poin dan tenor panjang 8 hingga 30 tahun 23,9 basis poin.

Obligasi korporasi teraktif diperdagangkan hingga 16 Oktober kemarin adalah seri BSLT05 atau Obligasi V Bank Sulut Tahun 2014 yang listing tanggal 9 Oktober dengan total transaksi 29 kali. Meskipun demikian, total volume terbesar diraih oleh seri ASDF12D atau Obligasi Astra Sedaya Finance XII Tahun 2011 seri D yakni sebesar Rp164miliar. Sedangkan total volume untuk BSLT adalah tercatat sebesar Rp37miliar.   

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melonjak 1,26 persen ke level 5.092,07 pada jam 09.56 wib dipimpin kenaikan saham-saham besar dan likuid tercermin dari kenaikan indeks LQ45 yang lebih besar yakni sebesar 1,64 persen ke level 868,19. Dilihat dari sektor yang naik paling tinggi di jam tersebut adalah sektor aneka industri dan industri dasar.

Kenaikan IHSG juga didukung masuknya dana (inflow) investor asing hingga saat ini melakukan pembelian bersih mencapai Rp468 miliar. Padahal sejak 9 September hingga akhir pekan lalu investor asing melakukan penjualan bersih sekitar Rp14,6 triliun berdasar data Bareksa.

Menurut salah satu komentar sales reksadana pagi ini menyampaikan bahwa secara historis dalam tujuh kali inagurasi presiden RI, imbal hasil IHSG dari H-1 hingga H+1 hanya menghasilkan rata-rata positif 0,8 persen dan rata-rata negatif 0,9 persen dalam sepekan pascainagurasi.

Kenaikan tertinggi terjadi pada saat inagurasi presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 15 tahun lalu dimana IHSG melonjak 5,5 persen. Sementara di era inagurasi Megawati Soekarnoputri, IHSG justru melemah 0,7 persen.

Bagaimana dengan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)? Pada dua kali pelantikan yang terjadi pada tahun 2004 dan 2009, IHSG sama-sama melemah, masing-masing 1,4 persen dan 0,8 persen.

Apakah penguatan ini akan bertahan hingga besok? Investor dalam jangka pendek menunggu susunan kabinet, jika hasilnya sesuai dengan perkiraan investor maka diperkirakan pasar keuangan akan lanjutan penguatan. (np)