Bareksa.com - Harga emas dunia di pasar spot hari ini, Selasa (3/1/2022) melesat hingga menembus US$1.840 per troy ounce, dibandingkan kemarin yang masih di level US$1.823 per troy ounce, didorong proyeksi potensi resesi global tahun ini.
Harga emas juga didukung oleh perhatian utama pelaku pasar yang menanti rilis risalah rapat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pekan ini dan melemahnya dolar AS.
Emas | Harga |
Emas pasar spot | US$1.840,85 per troy ounce |
Rp945.345 per gram | |
Rp951.000 per gram | |
Emas Antam | Rp1.022.000 per gram |
*Data emas spot per pukul 10.08 WIB, Sumber : Bisnis.com, Bareksa
Mau Potensi Cuan dari Invetasi Emas, Klik di Sini
Investasi emas banyak dijadikan salah satu aset dalam melakukan diversifikasi investasi. Emas dinilai kebal terhadap
inflasi dan nilainya tidak pernah menjadi nol, menjadi daya tarik untuk berinvestasi logam mulia.
Berinvestasi emas, juga bisa dilakukan oleh investor pemula. Kira-kira apa strategi yang pas untuk investasi emas buat investor pemula?
"Bisa memakai metode atau strategi Dollar Cost Averaging (DCA), dan harus selalu diingat untuk investasi wajib memakai uang dingin yakni uang yang apabila kita kehilangan tidak akan mengganggu keberlangsungan hidup kita," kata Jaza Yusron, Analis Treasury (PT Indonesia Logam Pratama) kepada Bareksa, Ahad (1/1/2023).
Menurut Jaza, strategi DCA bisa dipertimbangkan bagi investor emas pemula, terutama untuk membentuk kebiasaan dalam berinvestasi. Selain DCA, juga ada strategi lainnya dalam investasi emas. Namun ini sebaiknya disesuaikan dengan profil keuangan dan juga profil risiko investor.
Pada dasarnya, tersedia banyak strategi investasi pun untuk berinvestasi emas. Tiga strategi investasi yang umum adalah dollar cost averaging/DCA, lump sum, dan constant share.
Tapi apa sebenarnya strategi investasi DCA, lump sum, dan constant share? Melansir pelbagai sumber, berikut ulasan mengenai strategi DCA, lump sum, dan constant share.
Strategi Dollar Cost Averaging/DCA adalah investasi rutin atau bertahap. Dengan DCA, investor berupaya untuk membagi transaksi investasi dengan memasukkan jumlah dana yang sama dalam nilai mata uang (dolar atau rupiah) dalam rentang waktu tertentu, sehingga didapatkan harga secara rata-rata.
Dapat diartikan, strategi DCA membuat investor membagi porsi investasi secara rutin, misalnya setiap bulan. Maka dalam DCA, pembelian emas untuk investasi dilakukan secara konsisten, misalnya setiap tanggal gajian. Dengan metode DCA, maka investasi logam mulia tidak perlu menunggu harga emas turun, karena kondisi pasar tertentu.
Nilai investasi akan dihitung secara rata-rata, karena bisa saja hari ini kamu membeli emas seharga Rp1 juta per gram, kemudian di bulan depan harganya Rp900.000 per gram. Dengan metode Dollar Cost Averaging, maka kamu tidak harus menebak-nebak kapan harga emas naik dan turun.
Berikut ilustrasi agar semakin memahami strategi Dollar Cost Averaging :
Mislanya penghasilan kamu Rp10 juta per bulan dan ingin investasi emas. Kemudian kamu mengalokasikan 10% dari gaji bulanan yang berarti Rp1 juta, untuk berinvestasi logam mulia setiap bulan. Harga emas di bulan pertama adalah Rp1 juta per gram, maka kamu mendapatkan 1 gram emas dengan uang tersebut.
Lalu harga emas turun di bulan ke-2 jadi Rp750.000 per gram, maka kamu bisa saja dapat emas seberat 1,3 gram di bulan kedua seharga Rp1 juta. Kemudian di bulan ke-3 harga emas kembali turun jadi Rp500.000 per gram, dengan begitu dengan modal Rp1 juta, kamu bisa membeli emas 2 gram.
Bulan ke- | Harga Emas (Rp/gr) | Nilai investasi (Rp) | Pembelian emas (gr) | Saldo Emas | Nilai Rata-Rata (Rp/gr) | |
gram | rupiah | |||||
1 | 1.000.000 | 1.000.000 | 1,00 | 1.00 | 1.000.000 | 1.000.000 |
2 | 750.000 | 1.000.000 | 1,33 | 2.33 | 2.000.000 | 857.143 |
3 | 500.000 | 1000.000 | 2,00 | 4.33 | 3.000.000 | 692.308 |
Maka seperti terlihat di dalam tabel, modal awal investor Rp3 juta dalam 3 bulan. Saldo emas yang dimiliki sebesar 4,33 gram setelah 3 bulan, dengan nilai rata-rata seharga Rp692.308 per gram.
Sementara itu dalam strategi lump sum, seorang investor menyetor sejumlah dana besar di awal investasi dan membiarkan uang investasi tersebut bergerak naik turun mengikuti perkembangan pasar, tanpa melakukan tambahan investasi (top up) sampai investor memutuskan untuk mencairkannya.
Investasi dengan model lump sum memerlukan modal yang cukup besar sehingga bisa saja menyulitkan sebagian calon investor, terutama yang memiliki alokasi investasi pas-pasan. Dalam strategi lump sum juga, jika seorang investor bisa masuk di saat yang tepat yaitu ketika harga menyentuh level terendah, maka investor bisa meraih untung ketika menjual emas di harga tinggi. Tapi sayangnya, tidak ada yang bisa mengetahui kapan harga terendah itu terjadi.
Kelemahan investasi dengan cara ini adalah jika waktu yang digunakan untuk melakukan investasi kurang tepat dan investor tidak berorientasi jangka panjang. Saat harga emas turun ketika investor baru membelinya, maka dia bisa mengalami kerugian.
Makanya, tidak semua investor cocok dengan strategi lump sum. Alasannya seorang investor harus tahu momen ketika masuk dan memiliki dana yang cukup besar agar keuntungan maksimal.
Di sisi lain dengan strategi constant share, seorang investor bisa membeli emas secara rutin mengacu pada jumlah unitnya, bukan nilai uangnya seperti pada DCA. Kelebihan utama dari strategi constant share adalah investor dapat dengan mudah menghitung jumlah unit yang dimiliki dalam jangka waktu tertentu.
Hanya saja, jika memilih strategi constant share harus siap mengalokasikan dana investasi yang sangat bervariasi setiap bulannya. Hal tersebut tak lain karena harga emas setiap harinya berubah.
Sebagai gambaran penerapan strategi constant share, mari kita buat ilustrasi. Misalkan kamu rutin membeli emas logam mulia ukuran 1 gram tiap bulannya sejak 5 tahun lalu.
Maka dalam setahun, kamu bisa memiliki emas batangan sebesar 12 gram. Hingga misalnya dalam 5 tahun maka ukuran emas yang dimiliki sudah mencapai 60 gram.
Jaza menyampaikan sebenarnya kalau mau menerapkan strategi investasi lump sum, sebaiknya harus sudah bisa menganalisa dulu dan punya modal yang cukup besar, baru bisa menggunakan strategi lump sum.
Menurut Jaza, dalam strategi DCA seorang investor bisa mengecualikan apa yang mestinya diketahui jika memilih strategi lump sum. "Kalau DCA lebih casual, tidak perlu terlalu pusing mikirin pergerakan harga," kata Jaza.
Apapun pilihan strateginya, kamu bisa investasi emas di Bareksa melalui fitur Bareksa Emas.
Tak Mau Telat Invetasi Emas, Klik di Sini
Salah satu cara mudah investasi emas adalah dengan memanfaatkan fitur Bareksa Emas yang tersedia di Bareksa. Kamu bisa berinvestasi emas dari manapun dan kapanpun. Dalam menyediakan fitur Bareksa Emas, Bareksa bekerja sama dengan Pegadaian, Treasury, dan Indogold. Bareksa Emas sebagai alternatif pilihan investor untuk memiliki emas fisik yang bisa dibeli secara digital atau emas online.
Mitra pengelolaan emas di Bareksa Emas, berlisensi sebagai pedagang emas digital dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan. Tertarik untuk investasi emas di Bareksa? Biar dapat cuan banyak dari investasi emas, untuk Kamu investor emas pemula, sebaiknya memastikan bahwa instrumen investasi ini cocok dengan profil risiko dan untuk jangka panjang.
Investasi Emas Aman dan Mudah, Klik di Sini
(Martina Priyanti/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin