BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Emas Bukan Komoditas Paling Jeblok. Ini Tips untuk Investor

24 Juli 2015
Tags:
Emas Bukan Komoditas Paling Jeblok. Ini Tips untuk Investor
Seorang pegawai Pegadaian menunjukan sekeping emas PT Antam di Kota Pekanbaru, Riau, (8/1/2015) (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Penurunan emas masih jauh lebih baik daripada kopi yang turun hingga 23 persen.

Bareksa.com - Komoditas emas sedang menjadi pembicaraan hangat karena harganya menurun tajam dan menyentuh level terendah dalam lima tahun terakhir. Saat ini harga emas sekitar $1.097 per ounce.

Harga ini bahkan lebih rendah dari rekor sebelumnya pada 21 Juli 2015 sekitar $1.103,50 per ounce. Jatuhnya harga emas ini dipicu oleh aksi jual investor Shanghai, China dan New York, AS.

Melambatnya ekonomi China sejak kuartal II-2010 sampai saat ini ditambah ambruknya pasar saham dalam sebulan terakhir membuat investor menjual investasi emasnya.

Promo Terbaru di Bareksa

Meskipun mencapai harga terendahnya dalam lima tahun terakhir, ternyata emas bukanlah komoditas dengan penurunan harga terbesar. Berdasarkan data Bloomberg, komoditas dengan penurunan harga terbesar sejak awal tahun adalah kopi.

Daftar penurunan Harga Komoditas

Illustration

Sumber: CNBC

Harga biji kopi turun hingga 23,5 persen, sedangkan harga emas hanya turun 7,2 persen.

Dilansir CNBC, harga kopi menukik karena melemahnya mata uang Brasil dan juga melimpahnya pasokan saat panen. Harga biji kopi terus mengalami penurunan semenjak 2014.

Namun ada juga komoditas yang harganya melenggang naik seperti kakao. Harga kakao sempat anjlok pada awal tahun, tapi kembali naik setelah dua negara pemasok terbesarnya Pantai Gading dan juga Ghana akhirnya terbebas dari kekhawatiran diterpa angin Harmattan

Tony Maryono, praktisi komoditi berjangka dari PT Harvest International Future mengatakan saat ini mayoritas harga komoditas merosot di pasar internasional. Hal ini juga berdampak negatif kepada pasar komoditas nasional. "Demand internasional sedang turun dan komoditas kita akan cenderung bergerak negatif," katanya.

Faktor utama pelemahan harga komoditas ini, menurut dia, penguatan mata uang dolar. Ekspektasi tinggi terhadap dolar membuat investor lebih senang menaruh uangnya pada si Greenback—sebutan untuk dolar-- ini. Di sisi lain, perlambatan ekonomi di China dan juga India, dua pelanggan utama, menjadi lesu.

Tony memperkirakan harga emas akan terus mengalami tren penurunan. Dampaknya masih akan terasa hingga akhir tahun, bahkan pertengahan 2016.

Bagi Indonesia, penurunan harga emas ini tidak berarti. Pasalnya, walaupun harga emas turun, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika justru melemah. Dengan demikian penurunan harga emas tidak akan berdampak banyak.

Tony menyarankan masyarakat tidak melakukan pembelian emas untuk tujuan investasi. Sebab selisih harga beli dan jual tidak akan memberi keuntungan bagi investor.

"Kalau beli sekarang dan harga emas batangan di atas Rp600 ribu per gram mungkin baru ada sedikit selisih positif," katanya.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.203,01

Up0,38%
Up5,34%
Up9,67%
Up9,80%
Up18,64%
Up8,72%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.182,67

Up0,46%
Up5,00%
Up8,82%
Up9,04%
--

Syailendra Sharia Fixed Income Fund Kelas A

1.153,01

Up0,41%
Up4,45%
Up9,63%
Up9,89%
--

Eastspring Syariah Mixed Asset Fund Kelas A

1.044,45

Up1,10%
-----
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua