Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi, pasar modal dan investasi yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi, Selasa 1 Desember 2020.
Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Senin (30/11/2020) mayoritas ditutup menguat, setelah kenaikan kasus virus corona (Covid-19) di dalam negeri yang kembali mencatatkan rekor kenaikan. Mayoritas SBN ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN tenor 1 tahun dan 5 tahun yang hari ini cenderung dilepas oleh investor.
Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penurunan yield. Yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara turun 3 basis poin ke level 6,188 persen pada Senin.
Sementara itu, yield SBN tenor 1 tahun naik 13,1 basis poin ke level 3,928 persen dan yield SBN berjatuh tempo 5 tahun naik 0,3 basis poin ke 5,174 persen.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik, dan emikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen.
Harga SBN kembali menguat di tengah koreksi dalam pasar saham domestik setelah Indonesia kembali catatkan rekor kenaikan kasus positif virus Covid-19. Sentimen negatif dari dalam negeri datang dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menunjukkan kekecewaannya lantaran penanganan Covid-19 di Indonesia bukan membaik, malah memburuk.
Holding BUMN perasuransian dan penjaminan, Indonesia Financial Group (IFG) atau sebelumnya PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)/BPUI tahun depan bakal menerbitkan obligasi senilai Rp 10 triliun. Dana ini akan digunakan dalam program restrukturisasi polis nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan obligasi ini diterbikan sebagai jembatan atau bridging nilai Penyertaan Modal Negara (PMN) yang akan diberikan pada 2022. Sehingga tahun depan kesiapan dana untuk restrukturisasi ini bisa mencapai Rp 22 triliun.
IFG akan menerbitkan surat utang dalam bentuk mandatory convertible bond atau obligasi wajib konversi yang rencananya akan diserap oleh PT Taspen. Rencana ini tertera pada jadwal Maret 2021. Lalu pada Maret sampai Juni 2021 akan dilakukan pendanaan berikutnya melalui suntikan PMN dari pemerintah sekitar Rp 12 triliun.
"Kan kita ada dua tahun PMN-nya. PMN yang pertama kan Rp 12 triliun tahun ini [2021], Rp 10 triliun tahun depan [2022]. Nah itu kan untuk mem-bridging Rp 10 triliun untuk yang tahun depan, jadi untuk sementara saja, hanya setahun aja periodenya," kata Kartika dikutip CNBC Indonesia, Senin (30/11/2020).
Sebelumnya diberitakan, pemerintah bakal memberikan PMN senilai Rp 22 triliun untuk penyelesaian masalah asuransi jiwa ini. Pemberian PMN akan dilakukan kepada IFG yang telah membentuk IFG Life, perusahaan asuransi yang akan menampung nasabah Jiwasraya yang telah direstrukturisasi.
PMN akan diberikan secara bertahap, yakni Rp 12 triliun dalam APBN 2021 dan Rp 10 triliun pada APBN 2022.
Kementerian Keuangan melaporkan realisasi anggaran program pemulihan ekonomi (PEN) mencapai Rp431,54 triliun per 25 November 2020. Realisasi itu setara 62,1 persen dari pagu anggaran sebesar Rp695,2 triliun.
"Dari dana PEN Rp695,2 triliun sebanyak Rp431 triliun telah terealisir," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers tentang Update Perekonomian di Tengah Pandemi dikutip CNN Indonesia, Senin (30/11).
Ia merinci penyerapan paling banyak terjadi di sektor perlindungan sosial, yakni Rp207,8 triliun. Ini berarti, pemerintah sudah mengucurkan dana untuk perlindungan sosial 88,9 persen dari total pagu penyesuaian Rp233,69 triliun.
Ani, sapaan akrabnya meyakini dana perlindungan sosial bisa terserap penuh hingga akhir tahun. Kemudian, penyerapan di sektor UMKM tercatat sebesar Rp98,76 triliun, atau setara dengan 85,27 persen dari pagu anggaran Rp115,82 triliun.
Lalu, sektor sektoral kementerian/lembaga (k/l) dan pemerintah daerah (pemda) sebesar Rp36,25 triliun atau 54,9 persen dari pagu Rp65,97 triliun. Selanjutnya, realisasi di sektor kesehatan sebesar Rp40,32 triliun atau 41,2 persen dari pagu Rp97,90 triliun.
Pemerintah tengah menyelesaikan 44 peraturan pelaksanaan UU Cipta Kerja, yang terdiri dari 40 Peraturan Pemerintah (PP) dan 4 Peraturan Presiden (Perpres).
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan dalam proses penyusunan ini, pemerintah pun membentuk tim independen yang akan berkunjung ke beberapa kota untuk menyerap masukan dan tanggapan dari masyarakat serta seluruh pemangku kepentingan terkait.
"Per hari ini, sudah ada 30 RPP dan RPerpres yang diunggah di portal resmi UU Cipta Kerja," ujar Susiwijono dalam siaran pers dikutip Bisnis.com, Senin (30/11/2020).
Selain melaksanakan kegiatan sosialisasi di beberapa kota, Pemerintah juga membuka ruang kepada publik untuk memberikan masukan langsung melalui portal UU Cipta Kerja (uu ciptakerja.go.id).
Dalam proses penyusunan ini, pemerintah berkeinginan untuk menyerap aspirasi dari berbagai pemangku kepentingan supaya RPP ini nantinya mampu mengakomodir seluruh aspirasi dari pelaku usaha dan masyarakat.
Wall Street ditutup koreksi pada perdagangan awal pekan ini. Tiga indeks utama kompak melemah walau mencetak penguatan bulanan tertinggi.
Senin (30/11), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,91 persen ke 29.638,64 poin. Sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,46 persen menjadi 3.621,67 dan indeks Nasdaq Composite koreksi 0,06 persen ke level 12.198,74.
Di sisi lain, untuk bulan November saja, indeks S&P 500 telah menguat 10,8 persen. Sementara indeks Dow melesat 11,9 persen dan Nasdaq naik 11,8 persen. Ini adalah kenaikan bulanan terbesar untuk S&P 500 dan Nasdaq sejak April. Sedangkan bagi Dow Jones, ini adalah penguatan bulanan tertinggi sejak tahun 1987.
Pelemahan tiga indeks utama pada akhir bulan November ini terjadi karena investor melakukan aksi profit taking usai reli tajam dalam beberapa pekan terakhir sebelum libur Thanksgiving.
Sembilan dari 11 sektor utama pada indeks S&P 500 melemah dengan indeks energi jatuh 5,4 persen dan memimpin penurunan, mengikuti penurunan harga minyak mentah. Sedangkan sektor teknologi pada S&P 500 naik 0,7 persen, sebagian berkat penguatan 2,1 persen pada saham Apple Inc.
IHS Markit melonjak 7,4 persen setelah raksasa data S&P Global setuju untuk membeli penyedia informasi keuangan tersebut dalam kesepakatan US$ 44 miliar yang akan menjadi akuisisi perusahaan terbesar di tahun 2020.
Penyeimbangan kembali portofolio akhir bulan memainkan peran penting dari pelemahan di bursa saham Amerika Serikat (AS) ini. Para analis menyebut, para investor menguangkan keuntungan setelah kinerja bulanan yang kuat ditandai oleh pembaruan vaksin Covid-19 yang membuat kemajuan dan harapan pemulihan ekonomi yang cepat tahun depan.
* * *