Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi, investasi, pasar modal yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi Rabu, 4 November 2020.
Manajer investasi top dunia, BlackRock memilih untuk menurunkan peringkat investasi saham di Eropa menjadi netral dan meningkatkan eksposurnya di saham-saham emerging market. Kebijakan ini diambil lantaran lonjakan kasus Covid-19 di Eropa dan penerapan lockdown yang semakin luas.
Kepala Strategi Investasi Global BlackRock Investment Institute Mike Pyle mengungkapkan pasar saham di emerging market akan mendapatkan sentimen positif dari potensi Demokrat akan menyapu bersih hasil pemilu tahun ini.
"Jajak pendapat menunjukkan kemungkinan yang lebih besar untuk menyapu Demokrat dalam pemilihan AS minggu ini," kata Mike, dikutip CNBC Indonesia dari Reuters, Selasa (3/11/2020).
BlackRock juga mulai masuk dalam saham dengan tema yang diyakini akan berkinerja lebih baik. Manajer investasi ini juga bergerak menuju sikap yang berani mengambil risiko secara keseluruhan meskipun pekan lalu pasar sempat melemah.
Sejalan dengan itu, BlackRock juga mengubah peringkat investasinya di emerging market menjadi overweight, yang dinilai menguntungkan pasar negara berkembang. Pertimbangannya yakni dengan potensi kemenangan Demokrat ini diyakini akan menghasilkan spending fiskal yang lebih besar, kebijakan luar negeri yang lebih stabil, dolar yang lebih lemah dan suku bunga riil negatif.
BlackRock juga memberikan peringkat overweight untuk pasar surat utang Asia. Pertimbangannya karena China dan negara Asia lainnya dinilai berkinerja lebih baik untuk menahan laju penyebaran Covid-19.
Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) antara petahana Donald Trump dan kandidat Demokrat Joe Biden tengah berlangsung sengit. Pemilu yang berlangsung pada 3 November 2020 waktu setempat ini menyita perhatian dunia, tak terkecuali pelaku pasar modal.
Analis Pasar Modal Riska Afriani menilai meski berbagai indeks di dunia terpantau menguat jelang Pilpres AS, mayoritas pelaku pasar cenderung melakukan aksi tunggu (wait and see).
Dia menyebut, meski berbagai spekulasi beredar di pasar, pasar dunia terutama pasar negara berkembang (emerging market) mengharapkan kemenangan Biden. Pasalnya, kebijakan Biden akan berdampak positif terhadap pasar negara berkembang.
Riska mengambil contoh kebijakan Biden yang akan menaikkan pajak baik korporasi maupun individual. Kebijakan ini diprediksinya akan membuat pasar modal AS menjadi kurang menarik, sehingga akan banyak dana asing yang memilih parkir di pasar berkembang yang lebih murah.
"Karena Biden mau menaikkan pajak, kalau seandainya terjadi pasti potensi buat investor melihat ke emerging market lebih kompetitif," katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (3/11).
Selain itu, rencana Biden mempercepat penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi target nol emisi karbon pada 2050 juga akan menguntungkan Indonesia.
Harga emas naik pada hari Selasa (3/11), karena dolar tergelincir dan ambiguitas mengenai deklarasi hasil pemilu presiden Amerika Serikat (AS) mendorong investor untuk mencari perlindungan dari logam safe-haven.
Melansir Reuters, harga emas spot emas naik 0,7 persen menjadi US$ 1.907,96 per ons troi. Harga emas berjangka AS ditutup naik 0,9 persen menjadi US$ 1.910,40.
“Satu-satunya pendorong di balik harga emas adalah kemungkinan besar akan terjadi kekacauan seputar pemilihan umum AS, dari prediksi tidak memiliki presiden malam ini,” kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments.
Terlepas dari keunggulan konsisten dari Partai Demokrat Joe Biden dalam jajak pendapat nasional, kontes ini akan segera berakhir di negara bagian swing dan mungkin perlu beberapa hari sebelum hasilnya diketahui karena penundaan penghitungan suara.
Emas diperkirakan akan menembus di atas level US$ 2.000 per ons troi dengan potensi tertinggi sepanjang masa dengan pelantikan (presiden) (pada 20 Januari).
Perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memiliki harapan dari pembentukan holding BUMN pariwisata dan pendukung yang kini tengah berlangsung.
BUMN sektor pariwisata dan aviasi rencananya akan digabungkan ke dalam satu holding. Nantinya, kelompok usaha akan beranggotakan antara lain Garuda Indonesia, PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan rencananya holding akan terbentuk pada akhir tahun. Pihaknya optimistis pembentukan akan berdampak positif bagi pariwisata Indonesia. “Dengan holding ini, diharapkan sinergi antara BUMN bisa meningkatkan pariwisata Indonesia. Kami di Garuda percaya itu akan terjadi,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (3/11/2020).
Sebelumnya, dalam rapat terbatas penggabungan badan usaha milik negara (BUMN) di sektor aviasi dan pariwisata 6 Agustus 2020, Presiden Joko Widodo menyorot jumlah penurunan kunjungan wisatawan mancanegara.
Momentum itu dijadikan Presiden untuk memperbaiki sektor pariwisata dan penerbangan, salah satunya dengan membuka kemungkinan penggabungan perseroan pelat merah di kedua sektor.
Otoritas Jasa Keuangan mencatat penempatan dana pemerintah di perbankan telah mencapai Rp 64,5 triliun per 31 Oktober 2020. Dari bantuan dana tersebut, perbankan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 185,5 triliun.
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan OJK Agus Edy Siregar menjelaskan, permintaan kredit hingga kini masih lesu hingga saat ini. Namun, penempatan dana pemerintah berhasil mengungkit penyalurannya. Penyaluran kredit paling besar berasal dari Bank Himbara.
"Ini karena memang dana pemerintah lebih banyak disini," kata Agus dalam Webinar 'Strategi Mempercepat Pemulihan Ekonomi dari Krisis' yang diselenggarakan Katadata.co.id, Selasa (2/11).
Pemerintah menempatkan dana pada bank-bank BUMN sebesar Rp 47,5 triliun. Dari dana itu, kredit yang tersalurkan mencapai Rp 166,39 triliun.
Pada Bank Pembangunan Daerah, anggaran yang telah ditempatkan mencapai Rp 14 triliun, sedangkan kredit yang disalurkan Rp 17,39 triliun. Sementara pada bank syariah, dana yang ditempatkan sebesar Rp 3 triliun, tetapi pembiayaan yang disalurkan baru mencapai Rp 1,7 triliun.
* * *