Berita Hari Ini : Pemilu AS dan Pasar Saham; Update Kasus Covid Nasional
Pasar obligasi diproyeksi positif; IHSG berpotensi tertekan; Kemungkinan lockdown Inggris; Umroh kembali dibuka
Pasar obligasi diproyeksi positif; IHSG berpotensi tertekan; Kemungkinan lockdown Inggris; Umroh kembali dibuka
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi, investasi, pasar modal yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi Senin, 2 November 2020.
Lockdown Inggris
Pemerintah Inggris membuka kemungkinan untuk memperpanjang lockdown atau penguncian kedua untuk mengurangi kecepatan penularan virus corona di negara itu. Perpanjangan dilakukan jika penguncian wilayah selama empat minggu sepanjang November tak berhasil menurunkan angka penularan, dikutip dari CNN Indonesia.
Hal ini diumumkan pemerintah Inggris, Minggu (1/11), setelah mendapat banyak kritik atas keputusan mendadak untuk kembali melakukan lockdown. Keputusan melakukan lockdown mulai Kamis (5/11) dan berakhir pada 2 Desember mendatang dilakukan pada Sabtu malam setelah pihak rumah sakit memperingatkan kemungkinan kelebihan kapasitas dalam beberapa minggu mendatang.
Promo Terbaru di Bareksa
Akan tetapi, Menteri Senior Michael Gove mengatakan pemerintah akan mempertahankan langkah-langkah ketat ini jika tingkat R tetap di atas 1. Angka R menunjukkan jumlah orang yang kemungkinan besar terinfeksi.
Kasus Covid-19
Penularan virus corona yang menyebabkan penyakit infeksi pernapasan (Covid-19) masih terus terjadi. Berdasarkan data yang disampaikan pemerintah dikutip Kompas.com, Minggu (1/11/2020), ada penambahan 2.696 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir di Indonesia.
Penambahan itu menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia kini berjumlah 412.784 orang, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.
Sejauh ini, pemerintah sudah melakukan pemeriksaan 4.540.947 spesimen terkait Covid-19. Ada 2.899.414 orang yang sudah diperiksa. Satu orang bisa menjalani pemeriksaan spesimen lebih dari satu kali.
Adapun kasus Covid-19 sudah tercatat di semua provinsi di Indonesia. Rinciannya, ada 502 kabupaten/kota dari 34 provinsi yang terdampak penularan Covid-19.
Meski jumlah kasus terus bertambah, Satgas Covid-19 juga mengungkapkan data yang memperlihatkan harapan dengan banyaknya pasien sembuh. Pada periode 31 Oktober-1 November, ada penambahan 4.141 pasien Covid-19 yang kini dianggap tidak lagi terinfeksi virus corona.
Pergerakan IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 5,30 persen sepanjang Oktober 2020. Namun, indeks yang mencerminkan pasar saham Indonesia ini pada November 2020 IHSG berpotensi mengalami koreksi.
IHSG pada September 2020 ditutup pada level 4.870,04. Sementara pada Okober ditutup pada level 5.128,23.
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar menjelaskan, kenaikan IHSG ditopang penguatan di dua pekan pertama bulan Oktober 2020. Adapun sentimen positifnya berasal dari pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
"Cukup banyak memiliki aturan yang menguntungkan bagi iklim investasi seperti kemudahan berusaha, perizinan lahan, serta aturan perpajakan dividen," jelasnya dikutip Kontan.co.id, Rabu (28/10).
Lebih lanjut ia menjelaskan, pelonggaran status Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) menjadi PSBB transisi sebagai katalis positif lainnya. Adapun menjelang akhir Oktober 2020, IHSG cenderung bergerak sideways. Akan tetapi, investor asing juga terlihat sudah mulai melakukan aksi beli bersih atau net buy.
Anggaraksa menjelaskan, pada November 2020 IHSG berpotensi mengalami koreksi. Berkaca dari 10 tahun terakhir, tercatat IHSG melemah sebanyak delapan kali di bulan November.
Pemilu AS
Mengutip riset yang diterima Kontan.co.id, Minggu (1/11), hasil survei Reuters menunjukkan suara untuk kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden berada di atas Presiden Donald Trump secara nasional, hingga 10 persen.
Walau begitu, Trump tetap berpeluang menang sebab masih ada persaingan suara di sejumlah negara bagian. Persaingan ini yang akan menentukan hasil akhir.
Berkaca dari pengalaman empat tahun lalu, jajak pendapat serupa juga tidak memprediksi kemenangan Donald Trump. Akan tetapi hasil pemilu AS berkata lain, Donald Trump terpilih menjadi presiden mengalahkan Hillary Clinton yang lebih didambakan.
Oleh karenanya, pemilu ini berpotensi terjadi sengketa. Diprediksi, akan ada potensi pertarungan hukum antara Partai Republik dan Partai Demokrat mengenai cara menghitung suara. Hal ini meningkatkan risiko perdebatan akan hasil pemilu sehingga pasar akan terdampak negatif.
Menurut Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee, potensi sengketa pemilu ini akan menjadi sentimen negatif yang lebih berdampak dalam dibandingkan kemenangan kembali Donald Trump. "Karena menjadi tidak ada kepastian politik dan stimulus," jelas Hans Kwee kepada Kontan.co.id, Minggu (1/11).
Sementara itu, jika pemilu berjalan lancar dan Donald Trump terpilih, pasar Amerika Serikat tidak akan mengalami banyak tekanan. Berkaca dari pemilu AS sebelumnya, bursa AS masih mampu rally di tengah kemenangan Donald Trump yang tidak diharapkan.
Kendati pasar AS cenderung stabil, pasar global diprediksi akan bergejolak walau tidak signifikan. Sebab, terpilihnya Donald Trump berarti perang dagang masih berjalan. Ia pun memprediksi IHSG akan bergerak di kisaran level 5.100 jika Donald Trump kembali menang.
Di sisi lain, jika pemilu AS berjalan lancar dan Joe Biden terpilih itu akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Sebab, Joe Biden yang memiliki pandangan menambah stimulus dan menaikan pajak. Penambahan stimulus berpotensi melemahkan US dolar terhadap rupiah.
Sementara kenaikan pajak akan berdampak negatif terhadap pasar Amerika. Sehingga, dana akan cenderung bergerak ke emerging market seperti Indonesia. Ia pun memprediksi IHSG akan bergerak ke level 5.300 jika Joe Biden terpilih.
Selain itu dari global, fokus investor akan tertuju pada pemilihan umum (pemilu) presiden Amerika Serikat (AS). Sementara dari domestik, IHSG akan terpengaruh oleh rilis data GDP dan laporan keuangan emiten-emiten untuk periode kuartal III 2020.
Pasar Obligasi
Kinerja pasar obligasi di 10 bulan terakhir cukup memuaskan. Mengutip Bloomberg, aset obligasi yang tercermin dalam Indobex Government Total Return memberikan imbal hasil 10 persen year to date (ytd) hingga Oktober. Di periode yang sama, Indobex Corporate Total Return memberikan imbal hasil 8 persen ytd.
Direktur IndoSterling Asset Management Fitzgerald Stevan Purba, dikutip Kontan.co.id, mengatakan kinerja pasar obligasi saat ini cukup tinggi dan tercermin dari yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang terus menguat hingga menyentuh level di bawah 6,6 persen atau mendekati level sebelum pandemi menyerang.
Secara historis Stevan mengamati riil yield SUN masih di atas rata-rata riil yield 10 tahun terakhir. Begitu juga dengan spread SUN dengan US Treasury yang di atas rata-rata 10 tahun terakhir. Artinya, pasar obligasi masih memiliki ruang untuk melanjutkan kinerja positif di tahun depan.
Apalagi, tren suku bunga yang rendah juga akan berlanjut di tahun depan. Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi. Selain itu, riil yield Indonesia masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya dengan rating investment grade.
Stevan mengatakan jika rupiah stabil dan pandemi bisa tertangani dengan baik maka pasar obligasi berpotensi kembali tumbuh positif di 2021. Tingginya permintaan di obligasi negara karna tingginya likuiditas sektor perbankan juga mendukung kenaikan harga di aset obligasi.
Pada 2021 pasar obligasi diproyeksikan masih berpotensi untuk tumbuh, apalagi jika vaksin ditemukan. Sebelumnya, mayoritas negara maju telah menurunkan suku bunga hingga mendekati 0 persen untuk memberikan stimulus.
Apabila, vaksin ditemukan dan dapat didistribusikan secara lancar, maka Bank Indonesia juga berpeluang menurunkan suku bunga untuk memberikan stimulus ke perekonomian.
Umroh Kembali Dibuka
Sebanyak 253 orang jemaah bertolak dari Bandara Soekarno Hatta menuju Arab Saudi seiring pembukaan kembali layanan penerbangan ibadah umrah, Minggu (1/11/2020). Layanan penerbangan ibadah umrah dari Indonesia sebelumnya ditutup selama hampir delapan bulan sejak Februari 2020 lalu akibat pandemi Covid-19.
Presiden Direktur PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, rombongan jemaah umrah tersebut diterbangkan menggunakan pesawat Boeing 777-300 milik maskapai Saudia. Para jemaah berangkat dari Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 10.45 WIB dan diperkirakan mendarat di Arab Saudi sekitar pukul 16.30 waktu setempat.
"Jemaah umrah asal Indonesia yang ikut di dalam penerbangan dengan pesawat wide body Boeing 777-300 ini berjumlah 253 orang jemaah," ujar Awaluddin dalam keterangannya, Minggu.
Awalludin mengklaim bahwa seluruh jemaah yang berangkat pada penerbangan perdana ini telah memenuhi sejumlah syarat protokol kesehatan untuk melaksanakan ibadah ke Tanah Suci, seperti memastikan usia jemaah sesuai dengan aturan ibadah umrah di tengah pandemi Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah Arab Saudi. Negara tersebut mensyaratkan jemaah umrah dari luar negeri harus berusia 18 sampai 50 tahun.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.