Kebutuhan Pembiayaan RAPBN 2021 Rp1.142 T, Pemerintah Bakal Gencar Rilis SBN

Bareksa • 18 Aug 2020

an image
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers tentang kinerja APBN di kantor Kemenkeu, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Pasar diyakini masih akan mampu menyerap SBN kendati pasokan diproyeksi melimpah

Bareksa.com - Dalam laporan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2021, pemerintah merencanakan kebutuhan pembiayaan utang mencapai Rp1.142 triliun. Angka tersebut lebih rendah 6,4 persen dibandingkan dengan APBN sesuai Perpres 72 tahun 2020 yang sebesar Rp1.220 triliun.

Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2021 disebutkan kebutuhan pembiayaan utang tersebut akan digunakan untuk membayar pembiayaan RAPBN  tahun 2021 yang sebesar Rp971 triliun. Sehingga, pada 2021 pemerintah rencanakan defisit 5,5 persen dari PDB. Adapun sebagian besar pembiayaan utang dalam APBN tahun 2021 akan dipenuhi dari penerbitan SBN.

“Sementara itu, instrumen pinjaman akan lebih banyak dimanfaatkan terutama untuk mendorong kegiatan/proyek prioritas pemerintah,” dikutip dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2021, Senin (17/8) dilansir Kontan.

Rencana pembiayaan utang juga sebagian besar dilakukan dalam mata uang rupiah, berbunga tetap dan dengan tenor menengah-panjang. Sementara itu, dalam RAPBN 2021, pemerintah juga akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) neto Rp1.172,4 triliun. Nominal itu lebih rendah jika dibandingkan dengan RAPBN 2020 yang sebesar Rp1.1737 triliun.

“Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mengutamakan pengadaan utang baru dalam mata uang rupiah dalam rangka pengembangan pasar domestik menuju kemandirian pembiayaan,” jelas Kemenkeu dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2021.

Respons Pasar

Pasar diyakini masih akan mampu menyerap SBN kendati pasokan diproyeksi melimpah seiring dengan rencana pemerintah untuk kembali menambal defisit anggaran 2021 melalui lelang instrumen tersebut.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan kebutuhan pembiayaan utang pemerintah yang sebagian akan dilakukan melalui lelang SBN dinilai akan membuat pasokan surat utang tetap melimpah di pasar.

Namun, proyeksi pasokan SBN itu diyakini masih dapat diserap oleh pasar kendati kondisi masih cukup bergejolak akibat pandemi Covid-19 dan membuat porsi asing kurang dari 30 persen, dibandingkan dengan kondisi normal di kisaran 38 persen.

Hal itu mengingat instrumen aman dan terjamin seperti SBN masih dibutuhkan banyak lembaga keuangan, termasuk dana pensiun, perbankan, asuransi, dan reksadana.

“Pasokan memang akan banyak, tetapi masih akan bisa terserap kok. Pasar kita juga cukup terbukti tetap bertahan kendati sampai saat ini masih didominasi oleh investor domestik,” ujar Ramdhan dilansir Bisnis (17/8/2020).

SBN Ritel

Plt Direktur Surat Utang Negara Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu), Deni Ridwan, sebelumnya menyatakan pemerintah menargetkan penerbitan SBN ritel pada semester II tahun ini senilai Rp35 triliun hingga Rp40 triliun. Nilai itu merupakan bagian dari sisa penerbitan SBN semester II yang sebesar Rp900,4 triliun.

"Target penerbitan SBN di semester II senilai Rp900,4 triliun, yang akan dipenuhi melalui lelang perdana, SBN ritel, lelang valuta asing, private placement dan SBN skema khusus ke BI,"ujar Deni dalam video conference (24/7/2020).

Rencana Penerbitan SBN Semester II 2020



Sumber : DJPPR Kemenkeu

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan merencanakan penerbitan enam seri SBN ritel tahun ini. Dari catatan Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, tiga seri telah terbit yaitu Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR009, Sukuk Ritel seri SR012 dan ORI017.

ORI017 sendiri menggantikan rencana penerbitan jenis SBR tahun ini, untuk mengakomodasi permintaan investor yang menyukai jenis obligasi negara yang bisa diperdagangkan (tradable). Setelah penjualan ORI017 yang mencapai Rp18,33 triliun, pemerintah menargetkan penerbitan SBN Ritel senilai Rp35 triliun sampai dengan Rp40 triliun.

Kasi Strategi Pemasaran dan Layanan Informasi Surat Utang Negara Direktorat SUN DJPPR Kemenkeu Dewi Anggraeni menjelaskan, tiga seri SBN ritel yang akan terbit lagi setelah ORI017 adalah Sukuk Tabungan seri ST007, ORI018, dan SR013. Dengan rencana tersebut, artinya di tahun ini ada dua kali penerbitan masing-masing ORI dan SR, yakni obligasi negara yang sifatnya tradable.

"Jenis [SBN] Tabungan yang floating rate dan non-tradable masing-masing hanya satu kali. Sedangkan yang jenisnya tradable, ORI dan SR ada penyesuaian menjadi masing-masing dua kali," jelas Dewi dalam wawancara video bersama Bareksa.

Secara lebih rinci, penawaran ST007 akan berlangsung pada Agustus-September, diikuti oleh ORI018 pada Oktober, dan SR013 pada akhir Oktober-November 2020. Bila yang ditargetkan minimal Rp35 triliun, artinya perkiraan rata-rata target penerbitan dari tiga seri itu adalah Rp12 triliun.

***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Masa pemesanan Obligasi Negara Ritel seri ORI017 sudah ditutup 9 Juli 2020 pukul 10.00 WIB. Tunggu penerbitan SBN ritel berikutnya di Bareksa. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.

Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN.

Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.

Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.