Bareksa.com - PT Ashmore Asset Management Tbk yang merupakan perusahaan manajemen investasi dan penasihat investasi yang menggelar penawaran saham perdana (IPO) pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan ticker AMOR, memperoleh pertumbuhan pendapatan pada tahun lalu. Hingga periode 31 Desember 2019, pertumbuhan pendapatan sebesar 2,94 persen menjadi Rp156,81 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp152,33 miliar.
Di sisi lain, AMOR menyebutkan kalau beban usaha perseroan meningkat menjadi Rp98,12 miliar, atau naik 3,01 persen dibanding periode 31 Desember 2018 yang tercatat Rp95,25 miliar. Seperti dikutip Investor, laba usaha perseroan di semester akhir 2019 mencapai Rp58,69 miliar, meningkat 2,83 persen dari laba usaha semester akhir 2018 yang baru Rp57,07 miliar.
Sementara laba sebelum pajak, meningkat 1,79 persen menjadi Rp59,54 miliar dari semester akhir di tahun 2018 yang tercatat Rp58,49 miliar.
Adapun perolehan laba bersih AMOR, naik 8,24 persen menjadi Rp47,78 miliar dari periode sama tahun sebelumnya, yang membukukan Rp44,14 miliar.
Secara total jumlah aset perseroan pada periode 31 Desember 2019, sebesar Rp106,55 miliar, tercatat terkoreksi 3,74 persen dibandingkan periode 30 Juni 2019 yang mencapai Rp110,70 miliar. Sedangkan untuk jumlah liabilitas, pada 31 Desember 2019 tercatat Rp58,10 miliar, turun dari 30 Juni 2019 yang mencapai Rp71,74 miliar.
Masih mengutip sumber yang sama, Ashmore Asset Management menargetkan perolehan dana kelolaan atau asset under management (AUM) sebesar Rp38 triliun, meningkat sebanyak 27 persen dibandingkan Desember 2019 yang meraih sekitar Rp30 triliun. Untuk mencapai target tersebut, perseroan telah melakukan Initial Public offering (IPO) saham dan akan menggunakan dananya untuk pengembangan platform digital yang menjangkau masyarakat kelas menengah lebih luas.
IPO AMOR sendiri dilakukan pada Selasa, 14 Januari 2020. Kala itu, Perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya sebesar 111.111.200 saham baru yang mewakili sebesar 10 persen, dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham. Perseroan menunjuk Mandiri Sekuritas sebagai Underwriter.
"Langkah kami untuk masuk BEI melalui IPO merupakan sebuah strategi untuk meningkatkan kapasitas pendanaan perseroan dan tata kelola yang lebih baik. Perseroan juga memiliki rencana untuk memperluas jangkauan distribusi dengan membangun infrastruktur dan produk strategis menggunakan dana segar IPO sebesar Rp211 miliar," kata Presiden Direktur Ashmore Indonesia, Ronaldus Gandahusada.
Sementara itu aksi korporasi Perseroan akan dilakukan antara lain bekerja sama dengan e-commerce, seperti Bukalapak. "Masyarakat kelas menengah kan banyak juga yang tidak terjangkau oleh perbankan. Maka dari itu kami harus mempunyai sistem yang bisa menjangkau mereka, hal ini menjadi salah satu alasan kami melakukan IPO,” ujar Direktur Ashmore Asset Management Indonesia Arief Cahyadi Wana.
Perseroan juga berencana menerbitkan beberapa produk reksadana baru untuk memperkuat portofolio dalam pelaksanaan IPO tersebut. Arief mengatakan setiap tahunnya AMOR mengeluarkan 2 hingga 3 produk reksadana. "Dana tersebut juga kami gunakan sebagai permodalan Perseroan dalam membangun beberapa reksadana agar mendekati minimum AUM reksadana yang sudah ditetapkan, dan mencerminkan reksadana dengan risiko kecil untuk para calon pembeli di Indonesia. Risiko manajemen kami sudah teruji dari segi compliance dan legal," ucapnya.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.