Berita Hari Ini : Jiwasraya Gagal Bayar Rp12,4 Triliun, Muamalat Terbitkan Sukuk

Bareksa • 17 Dec 2019

an image
Gedung kuno PT Asuransi Jiwasraya (http://www.bumn.go.id/jiwasraya)

Hasil investasi asuransi jiwa melesat, BRPT rebalancing utang, BBNI siapkan Rp16,9 triliun untuk Nataru

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 17 Desember 2019 :

Jiwasraya

Pemegang polis JS Saving Plan yang uangnya nyangkut di PT Asuransi Jiwasraya harus bersabar untuk menerima pembayaran klaim. Pemerintah memastikan tahun depan tak ada bantuan untuk perusahaan asuransi pelat merah tersebut. Jiwasraya menyerah dan menyatakan tak sanggup memenuhi kewajiban pembayaran yang nilainya mencapai Rp12,4 triliun per Desember 2019 ini.

"Jiwasraya tidak bisa membayar (polis) karena sumbernya dari corporate action. Saya minta maaf ke nasabah," ujar Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko dikutip Kontan.

Bisa jadi inilah kasus gagal bayar terbesar asuransi jiwa di Indonesia. Apalagi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga menyatakan tidak menyediakan dana talangan (bailout) untuk melunasi klaim nasabah Jiwasraya yang jatuh tempo tahun depan.

"Pada 2020 tidak ada anggaran untuk Jiwasraya," kata Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu Isa Rachmatawarta.

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk

Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS-LB) perseroan menyetujui penerbitan sukuk subordinasi Rp6 triliun dan penerbitan saham senilai Rp2 triliun. Komisaris Utama/Komisaris Independen Bank Muamalat Ilham A. Habibie mengatakan RUPS kali ini memperbaharui kesepakatan yang disetujui sebelumnya.  

"RUPS kami kali ini menyetujui tiga hal. Tujuannya untuk memperbarui kesepakatan sebelumnya," katanya dikutip Bisnis Indonesia.

Bank Muamalat sebelumnya berencana penambahan modal melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Dalam keterbukaan informasi bulan lalu, Bank Muamalat berencana mengeluarkan saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham dalam jumlah sebanyak-banyaknya 32,96 miliar saham.

Memakai asumsi tersebut, artinya Bank Muamalat menargetkan perolehan dana Rp3,29 triliun lewat aksi korporasi tersebut. Perkiraan periode pelaksanaan penambahan modal tersebut masih belum ditentukan. Namun, pada RUPS-LB hari ini disebutkan bahwa perseroan akan menerbitkan sukuk dan rights issue.

Direktur Utama Bank Muamalat Achmad Kusna Permana menyampaikan dana segar yang masuk dapat digunakan perseroan untuk melakukan ekspansi.

"Dengan dana tersebut modal tier satu dan tier dua bisa meningkat. Kami bisa melakukan ekspansi, sekaligus melakukan pembersihan pembiayaan bermasalah kami," katanya.

Asuransi Jiwa

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pada kuartal III 2019 mencatatkan pertumbuhan yang sangat signifikan dari hasil investasi. Ketua Dewan Pengurus AJJI Budi Tampubolon mengatakan, peningkatan signifikan pada hasil investasi asuransi jiwa yang melesat 1.456 persen pada kuartal III 2019 dibandingkan dengan kuartal III 2018.

Pada kuartal III 2018 tercatat Rp1,28 triliun menjadi Rp19,97 triliun di kuartal III 2019. Hal ini dimungkinkan meningkatnya pemahaman masyarakat atas peran asuransi termasuk sebagai hasil investasi.

Menurut Budi, hasil investasi tidak hanya didorong berapa banyak uang yang masuk dan berapa uang yang keluar. Akan tetapi didorong juga dengan berapa harga asetnya. Misalnya aset saham, berapa harga saham saat ini.

Nah di posisi tahun 2019 ini lebih bagus di banding tahun 2018, hanya saja pada tahun ini premi di kuartal III cukup bagus, namun pendapatan hasil investasinya itu merosot dibandingkan kuartal I dan kuartal II.

"Itu dugaan kami bahwa sebagian pemegang polis kami memanfaatkan kuartal III untuk merealisasikan keuntungan capital gain yang sudah mereka catat di buku polis di Kuartal sebelumnya," kata Budi dikutip Kontan.

PT Barito Pacific Tbk (BRPT)

Perseroan mengatur ulang (rebalancing) porsi utang dalam mata uang rupiah dan asing. Untuk memuluskan rencana tersebut, emiten berkode saham BRPT ini menerbitkan obligasi rupiah. Obligasi ini dirilis melalui mekanisme Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dengan total nilai penerbitan Rp1,5 triliun. Tahap awal, BRPT akan merilis obligasi Rp750 miliar dalam dua seri.

Berdasarkan prospektus yang dikutip Kontan, obligasi BRPT mulai masuk masa penawaran dan bakal dirilis bulan ini. Kedua seri obligasi tersebut memiliki nilai, tenor dan kupon yang berbeda. Pertama, obligasi seri A bertenor tiga tahun senilai Rp479 miliar. Obligasi ini memberi tingkat bunga tetap 9,3 persen. Kedua, obligasi seri B bertenor lima tahun senilai Rp271 miliar. Obligasi BRPT seri B ini memberi bunga tetap 9,5 persen.

BRPT bakal menggunakan obligasi rupiah itu untuk melunasi sebagian pinjaman senilai US$ 200 juta. "Dananya digunakan untuk membayar sebagian utang dari pinjaman," kata Allan Alcazar, Investor Relations BRPT dikutip Kontan.

Dia menambahkan, salah satu fokus BRPT tahun depan adalah melanjutkan agenda ekspansi melalui PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). "Tahun depan masih ada methyl-satu pabrik yang targetnya selesai tahun depan," imbuh Allan

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

Perseroan menyatakan telah menyiapkan uang tunai rata-rata Rp16,9 triliun per minggu guna memenuhi kebutuhan selama periode liburan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020. Pemenuhan uang tunai tersebut diperoleh dari internal atau setoran cabang sebesar Rp10,3 triliun dan  eksternal, dari Bank Indonesia dan transaksi antar bank sebesar Rp6,6 triliun. 

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Dadang Setiabudi memperkirakan kebutuhan uang tunai pada periode liburan tersebut akan meningkat sekitar 5 persen dari kondisi normal dan realisasi dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp16,1 triliun.

"Rinciannya, kebutuhan mesin ATM diperkirakan Rp11,5 triliun, meningkat 13 persen dari realisasi tahun 2018 yang sebesar Rp10,2 triliun," katanya dikutip Bisnis Indonesia.

Sementara itu, Dadang memproyeksikan kebutuhan uang tunai di outlet mencapai Rp5,4 triliun. Adapun nilai tersebut menurun 7 persen dari tahun 2018 yang tercatat sebesar Rp5,8 triliun. Dia menuturkan, jika berdasarkan area, kebutuhan kas Jabodetabek akan mencapai 21 persen atau sekitar Rp3,6 triliun dari total kebutuhan uang tunai Rp16,9 triliun.

"Kebutuhan kas di Jabodetabek di mana terdiri dari kebutuhan ATM sekitar Rp2,7 triliun dan kebutuhan outlet Rp0,9 triliun. Sisanya sekitar 79 persen atau Rp13,3 triliun berada di luar Jabodetabek," jelasnya.

(AM)