Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 30 Oktober 2019 :
Pertumbuhan Ekonomi
Realisasi pertumbuhan perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2019 diperkirakan bakal lebih lambat dari perkiraan awal. Perlambatan ini sebagai dampak perlambatan perekonomian global terutama akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah 5,1 persen, senada dengan prediksi sejumlah lembaga internasional. Dikutip Kontan, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan mencapai 5,05 persen, sama dengan perkiraan pertumbuhan kuartal III-2019.
"Itu angka perkiraan exact kami. Namun, bila ditambah ada deviasi, bisa saja mencapai 5,06 persen. Tapi kurang lebih mendekati 5,1 persen," kata Perry Warjiyo.
Dari sisi global, melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan masih bisa menyentuh 3 persen. Sedangkan pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi global diramal naik tipis menjadi 3,1 persen.
Hanya saja, bila perang dagang masih berlanjut, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 akan mentok di level 3 persen, bahkan bisa turun ke kisaran 2,9 persen.
BPJS Kesehatan
Dengan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas dankesinambungan program jaminan kesehatan, pemerintah memandang perlu dilakukan penyesuaian beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
Atas pertimbangan tersebut, pada 24 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
Menurut Perpres ini, Iuran bagi Peserta PBPU (Peserta Bukan Penerima Upah) dan Peserta BP (Bukan Pekerja) yaitu a. Rp42.000 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III; b. Rp110.000 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II; atau c. Rp 160.000 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
“Besaran Iuran sebagaimana dimaksud mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2020,” bunyi Pasal 34 ayat (2) Perpres ini.
Paper.id
Paper.id, startup Software as a Service (Saas) mengumumkan pendanaan seri A senilai puluhan miliar rupiah dari Golden Gate Ventures dan Modalku. Dana segar yang didapat akan digunakan untuk mengembangkan produknya agar dapat membantu jutaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia yang masih belum tersentuh digitalisasi.
“Pendanaan seri A dan pertumbuhan Paper.id adalah validasi bahwa solusi kami dapat membantu para pengusaha yang belum tersentuh digitalisasi dan kedepannya bisa mendorong kemajuan UMKM lebih cepat lagi,” tanggap CEO dan Co-Founder dari Paper.id Jeremy Limman.
Dengan ini, UMKM bisa mendapatkan bantuan dalam merambah dunia digital untuk kemajuan usaha dan berdampak pada perekonomian Indonesia.
Kedepannya, Paper.id juga akan terus mengembangkan fitur dan layanan untuk memenuhi kebutuhan UMKM dalam mengelola bisnis mereka. Salah satu layanan terbaru yang akan diluncurkan adalah Paper Finance Solution.
Dipimpin oleh Anthony Huang selaku COO Paper.id, layanan ini bekerja sama dengan layanan peer-to-peer (P2P) lending, dengan salah satu partner utamanya, yaitu Modalku, dan diharapkan menjadi jembatan antara pelaku UMKM dan lembaga keuangan akan penyaluran dana yang transparan dan aman. Kedepannya, Paper.id akan bekerja sama dengan banyak P2P lending, perbankan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
Fintech
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memprediksi pinjaman peer-to-peer (P2P) lending bakal menyentuh Rp80 triliun hingga akhir 2019.
Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tumbur Pardede optimistis pertumbuhan pinjaman financial technology (fintech) akan tumbuh signifikan, meskipun jumlah pemain fintech tidak bertambah hingga akhir 2019. Pihaknya pun memproyeksi nilai pinjaman dapat menembus Rp80 triliun pada tahun ini.
“Dari 127 penyelenggara saja masing-masing sudah punya strategi akuisisi nasabah baru. Target ini tidak sebatas peminjam. Tantangan kami adalah meyakinkan pemberi pinjaman,” katanya kepada dikutip Bisnis Indonesia.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), P2P lending mencatatkan penyaluran pinjaman senilai Rp60,41 triliun hingga kuartal III 2019, melonjak 166,51 persen dibandingkan dengan Desember 2018, yang senilai Rp22,67 triliun.
Angka tersebut merupakan angka akumulasi sejak 2017. Artinya, sepanjang 2019, pinjaman fintech mencapai sekitar Rp60 triliun.
Asuransi Umum
Bisnis asuransi masih terus terjaga. Premi bruto asuransi umum di September kemarin masih terus menanjak. Melihat data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2019, premi bruto asuransi umum mencapai Rp50,78 triliun. Angka ini naik 20,1 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2018 yang senilai Rp42,28 triliun.
Dikutip Kontan, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe menyatakan pertumbuhan ini berkat dominasi asuransi properti dan asuransi kendaraan bermotor. Kendati belum memiliki angka pasti, Dody mengutarakan kedua lini ini memiliki porsi yang sama.
"Saya belum dapat datanya untuk September ini. Namun kontribusi asuransi properti dan asuransi kendaraan bermotor selama ini sekitar 60% dari total premi asuransi umum. Kedua lini bisnis tersebut porsinya sama." terang Dody.
(*)