Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 3 Oktober 2019 :
Proyek Strategis Nasional
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, pemerintah terus mendorong percepatan pembangunan sejumlah proyek strategis nasional (PSN) yang saat ini terdiri dari 223 proyek dan 3 program dengan nilai investasi senilai Rp4.180 triliun.
“Dari 223 PSN tersebut, pemerintah juga menetapkan 37 proyek prioritas dengan total nilai investasi di atas Rp2.500 trilliun dan implementasinya dipantau secara rutin oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP),” ungkap Menko Darmin.
Secara akumulatif, hingga September 2019 terdapat 81 PSN yang telah selesai dan beroperasi dengan nilai investasi mencapai Rp390 triliun.
Selain itu, terdapat 27 proyek, 1 program ketenagalistrikan, dan 1 program pemerataan ekonomi yang sedang tahap konstruksi dan mulai beroperasi sebagian. Sedangkan, ada 22 proyek dalam tahap konstruksi dan akan beroperasi di 2019 dan 80 proyek sedang konstruksi dan akan beroperasi setelah 2019.
Sebanyak 129 proyek dan 2 program tersebut, memiliki nilai investasi sebesar Rp2.860 triliun. Dalam mendorong percepatan penyediaan infrastruktur tersebut, tutur Menko Darmin, diperlukan dukungan berbagai pihak dalam pembiayaan infrastruktur, termasuk dari pihak swasta.
Jadi, pemerintah berinisiatif dan memperkenalkan berbagai kebijakan umum maupun khusus, baik dari aspek fiskal, institusi, dan regulasi.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Perseroan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2019 senilai Rp5 triliun. Obligasi tersebut merupakan aksi korporasi yang dilakukan pertama kalinya dengan menawarkan investor ritel.
Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo mengatakan, penerbitan obligasi tersebut menargetkan penghimpunan dana Rp20 triliun, dengan jumlah pokok Obligasi Tahap I ini maksimal Rp5 triliun. Untuk investor ritel, perseroan akan menawarkan obligasi dengan denominasi kelipatan Rp50 juta.
"Dana yang berhasil dihimpun dari penerbitan ini rencananya akan digunakan untuk mengembangkan bisnis perusahaan, yaitu memperbesar penyaluran kredit berdasarkan prinsip prudential banking dan good corporate governance," jelas Haru dikutip Investor.id.
Obligasi tersebut terbagi menjadi tiga seri, Seri A dengan tenor 370 hari menawarkan kupon antara 6,35-7,00 persen. Seri B bertenor 3 tahun dengan kupon antara 7,19-7,79 persen. Sedangkan obligasi Seri C bertenor 5 tahun menawarkan kupon antara 7,51 persen sampai dengan 8,21 persen.
"Ini obligasi pertama kalinya BRI menawarkan kepada investor bukan hanya institusi tapi juga ritel, yang merupakan bagian dari penetrasi pasar keuangan," kata Haru.
Bank DBS
Bank DBS mengumumkan telah berhasil mempertahankan gelar “Bank Teraman di Asia” selama 11 tahun berturut-turut. Gelar itu diberikan oleh Global Finance, majalah ekonomi bermarkas di New York. DBS berhasil mempertahankan posisinya sebagai bank komersial teraman keempat di dunia dan teraman ke-14 dalam daftar “50 Bank Teraman di Dunia” oleh Global Finance.
Penerbit dan Direktur Redaksi Global Finance Joseph D. Giarraputo mengatakan, “Stabilitas ekspor Asia saat ini sedang diuji oleh pergeseran besar dalam kebijakan dagang. Bank yang telah mendapat peringkat teraman membantu nasabah mereka mempertahankan kestabilan di tengah perubahan cepat dan ketidakpastian, yang semakin besar. Lembaga-lembaga mapan ini telah dipersiapkan dengan baik untuk melewati segala kemelut," ujar dia.
“Strategi ekspansi DBS semakin diperkuat oleh peringkatnya, yang konsisten, sebagai ‘Bank Teraman di Asia’ dan salah satu bank teraman di dunia. Mengingat gejolak perekonomian dunia saat ini, stabilitas keuangan menjadi semakin penting daripada sebelumnya, dan kemantapan DBS tetap menjadi pedoman bagi nasabahnya,” kata Global Finance.
CEO Bank DBS Piyush Gupta mengatakan "Kami merasa terhormat bahwa Global Finance telah mengakui kami sebagai ‘Bank Teraman in Asia’ selama 11 tahun berturut-turut. Penempatan kami, yang sangat konsisten, dalam peringkat ini adalah bukti hubungan nasabah kami, yang telah berlangsung lama, kemampuan mencetak laba, serta basis modal kuat. Seraya terus mendefinisikan masa depan perbankan, kami tetap berkomitmen untuk menjunjung tinggi kepercayaan para pemangku kepentingan kami.”
Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) menghadirkan lembaga Central Counterparty (CCP) untuk kliring transaksi derivatif suku bunga serta nilai tukar secara over the counter (OTC) guna pendalaman pasar keuangan.
bank sentral mengacu pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) no. 21/11/PBI/2019 tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar Over-The-Counter yang akan berlaku mulai 1 Juni 2020.
"Ini juga merupakan kewenangan BI dalam pasar uang dan pasar valuta asing (valas) dan diharapkan mampu membantu transmisi moneter yang kuat," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan BI Agusman dikutip Kontan.
Agusman menambahkan, CCP ini memiliki mekanisme yang berbeda dari kliring biasa. Menurut Agusman, kalau kliring biasa, hanya terjadi proses kliring dan lalu selesai. Bila melakukan kliring lewat CCP, CPP nantinya akan hadir di antara pihak yang akan melakukan transaksi derivatif secara OTC dan bertindak sebagai pembeli bagi penjual dan penjual bagi pembeli.
Akseleran
Genap 2 tahun sebagai fintech peer to peer lending Indonesia, Akseleran mampu tumbuh 208 persen di Q3 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Catatan pertumbuhan dari Akseleran tersebut, setara dengan total pinjaman yang sudah disalurkan hampir sebesar Rp200 miliar kepada sekitar 150 pelaku usaha (UKM) selama periode Juli hingga September 2019.
Ivan Tambunan, CEO & Co-Founder Akseleran, mengatakan pertumbuhan yang terjadi sejalan dengan fokus Akseleran untuk terus menyalurkan pinjaman produktif kepada UKM menengah yang berbasiskan produk invoice financing dan pre-invoice financing. Ke depan, Akseleran bakal terus menggenjot partnership untuk skema supply chain financing.
“Untuk invoice financing dan pre-invoice financing memberikan kontribusi hingga 90% dari total pinjaman. Khusus penyaluran pinjaman mikro, bisa melalui online merchant financing dimana Akseleran sudah bekerjasama dengan Bukalapak dan Tokopedia,” ujar Ivan.
Saat ini, dia mengungkapkan, rata-rata pertumbuhan pinjaman Akseleran sudah menembus Rp70 miliar tiap bulannya. Melihat geliat pertumbuhan di Q3, Ivan optimistis Akseleran mampu merealisasikan total pinjaman sebesar Rp1,1 triliun secara kumulatif di akhir periode Desember 2019.
(AM)