BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : China Reformasi Bunga Acuan, Pajak Incar E-Commerce

Bareksa20 Agustus 2019
Tags:
Berita Hari Ini : China Reformasi Bunga Acuan, Pajak Incar E-Commerce
Ilustrasi investor di China sedang melihat layar yang menunjukkan pergerakan investasi reksa dana, saham, obligasi, surat utang negara.

PNM-IM rilis RDPT berbasis Sukuk PTPN III; BMRI divestasi MAGI; AUM Principal AM capai Rp7,88 triliun

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 20 Agustus 2019 :

Suku Bunga Acuan China

Akhir pekan lalu, Bank Sentral China mengumumkan reformasi suku bunga acuan. Langkah The People’s Bank of China (PBOC) ini diambil untuk mengarahkan bunga pinjaman perbankan agar semakin landai.

Promo Terbaru di Bareksa

Dengan begitu bank sentral berharap bisa menggenjot perekonomian China seiring perputaran bisnis yang membaik di tengah permintaan domestik yang lesu akibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Keputusan bank sentral ini muncul beberapa hari setelah data ekonomi China turun lebih tajam dari yang diproyeksi analis pada bulan Juli lalu. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah diperlukan stimulus yang lebih cepat dan kuat?

Seperti dikutip Kontan,analis percaya tingkat bunga pinjaman perbankan akan lebih rendah dari saat ini yang sebesar 4,31 persen. Kendati demikian, bank masih perlu mewaspadai berapa banyak biaya pendanaan akan turun dan seberapa cepat penyesuaian suku bunga ini.

Pemerintah juga telah mendorong likuiditas ke sistem keuangan China sepanjang tahun lalu untuk menopang pertumbuhan dan agar suku bunga pinjaman jangka pendek turun.

Strategi itu menyebabkan permintaan pinjaman dan investasi baru relatif aman di tengah melemahnya kepercayaan bisnis dan kekhawatiran bank akan lebih banyak kredit macet.

RDPT PNM-IM

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) (PTPN III) menggandeng PT PNM Investment Management melakukan diversifikasi pembiayaan atau fund raising dengan menerbitkan surat utang syariah (sukuk). Hingga saat ini, minat investor mencapai lebih dari Rp1 triliun.

Penandatanganan perjanjian penerbitan sukuk ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan financial closing untuk preliminary investment agreement antara PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dan PT PNM Investment Management (PNM-IM) pada acara Annual Meeting IMF-World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali yang berlangsung pada 12-14 Oktober 2018.

Direktur Utama PNM Investment Management Bambang Siswaji mengatakan perolehan dana Rp1 triliun ini merupakan tahap awal dari mandat total fund raising Rp2 triliun. Perseroan mengemas penggalangan dana itu melalui produk Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) dengan underlying asset berupa Sukuk Ijarah II Tahun 2019 PTPN III. Sukuk ijarah ini telah mendapat rating single A(sy) dari Pefindo, lembaga pemeringkat efek nasional.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

Perseroan berencana melepas saham di perusahaan asuransi Mandiri Axa General Insurance (MAGI). Hal ini sebagai langkah konsolidasi bisnis asuransi yang dilakukan perseroan dalam jangka 5 tahun sejak 2018.

SVP Strategy & Performance Management Bank Mandiri Elmamber Sinaga mengatakan pelepasan saham yang dilakukan juga menimbang kinerja MAGI yang tidak lagi sesuai ekspektasi. Dalam laporan keuangan perseroan, Bank Mandiri sudah resmi tidak mengonsolidasikan MAGI.

"Per Juni 2019, MAGI sebenarnya masih profit tetapi return of equity (RoE) hanya sekitar 2 persen di bawah Mandiri yang mencapai 12 persen,” ujarnya.

Adapun kepemilikan saham, yang besarnya 60 persen, akan dilepas dalam dua tahap. Tahap pertama mencakup pelepasan 40 persen saham dan selesai pada akhir 2018, yang kemudian dibeli oleh AXA.

Sisa kepemilikan 20 persen akan dilepas paling lama 5 tahun sejak 2018 dan AXA akan mencari investor untuk membeli sisa kepemilikan tersebut.

Pajak E-Commerce

Penyetaraan level playing field menjadi salah satu strategi Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak tahun depan. Strategi ini khususnya tertuju ke pelaku bisnis e-commerce yang selama ini banyak belum menjalankan kewajiban pembayaran pajak.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas Ditjen Pajak Hestu Yoga Saksama mengatakan penyetaraan level playing field konvensional dengan e-commerce untuk perdagangan dalam negeri.

Dari sisi ketentuan saat ini sebenarnya sudah terdapat level of playing field. Artinya, kewajiban perpajakan baik Pajak Penghasilan (PPh) maupun Pajak Penambahan Nilai (PPN) berlaku sama untuk konvensional maupun e-commerce.

"Untuk tahun 2020 kami akan memastikan bahwa implementasinya juga berjalan dengan baik di e-commerce, sebagaimana di konvensional," kata Hestu seperti dikutip Kontan.

Karena itu upaya-upaya pembinaan dan pengawasan para pelaku e-commerce menjadi penting ke depannya. Terkait ekonomi digital global, Ditjen Pajak melihat ada potensi untuk meningkatkan pemajakannya.

Misalnya dari sisi pajak pertambahan nilai (PPN) akan sangat mungkin untuk menerapkan PPN atas pemanfaatan jasa atau barang tidak berwujud yang berasal dari perusahaan over the top (OTT) global. Namun, untuk instrumen, regulasi dan mekanismenya, Hestu bilang masih dikaji.

AUM Principal AM

Hingga akhir 31 Juli lalu, dana kelolaan atawa assets under management (AUM) yang dimiliki Principal Asset Management mencapai Rp7,88 triliun. Perusahaan ini optimistis target AUM di tahun ini dapat tercapai.

Sebelumnya, Principal AM mematok dana kelolaan di akhir 2019 bisa mencapai Rp9,5 triliun. Untuk mengejar target, Principal AM tak terlalu ngoyo. Buktinya, perusahaan ini belum berniat meluncurkan produk baru lagi setelah di Juli lalu menawarkan reksadana Principal Philanthropy Social Impact Bond Fund.

Reksadana tersebut memiliki tema dan tujuan besar di bidang sosial dan lingkungan. Hasil keuntungan dari reksadana ini akan digunakan untuk mendukung beberapa yayasan.

Munculnya reksadana ini juga menjadi penanda produk reksadana pendapatan tetap pertama yang diluncurkan oleh Principal AM sejak merubah nama dari PT CIMB Principal Asset Management. Untuk produk reksadana CIMB Principal Siji Maxima Income, dana kelolaan yang sudah terkumpul hingga akhir Juli lalu mencapai Rp225,18 miliar.

Principal AM menargetkan dana kelolaan bisa tumbuh ke Rp250 miliar di akhir tahun.

Bursa Efek Indonesia (BEI)

BEI akan memberikan subsidi kepada Anggota Bursa (AB) untuk mengembangkan fitur yang menampilkan notasi khusus saham pada fasilitas trading online. Notasi khusus adalah semacam tanda disematkan pada ticker saham tertentu yang dinilai sedang bermasalah. Notasi ini bisa menjadi rambu-rambu bagi investor.

“Ke depan, investor publik akan terus bertambah, yang jadi perhatian OJK sekarang adalah bagaimana melindungi investor ritel, khususnya dalam melakukan investasi di pasar modal,” jelas Dewan Komisioner Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen.

Mengutip data BEI, ada 45 saham yang mendapat tato atau notasi khusus ini.

Mayoritas saham memiliki catatan karena belum menyampaikan laporan keuangan dan memiliki ekuitas negatif. Tapi, ada juga yang berstatus tak memiliki pendapatan atau menghadapi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Karena itu, BEI akan melakukan pengembangan fitur untuk menampilkan notasi khusus di platform online trading. Nantinya, seluruh AB wajib menampilkan tato khusus tersebut.

“BEI memberikan insentif berupa subsidi dengan total Rp600 juta untuk pengembangan fitur yang menampilkan notasi khusus tersebut di fasilitas online trading,” jelas Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,96

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.094,08

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,18

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,13

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.269,81

Up0,81%
Up3,87%
Up6,51%
Up7,19%
Up20,23%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua