Bareksa.com - Dana Moneter Internasional (IMF) mendukung langkah Bank Indonesia (BI) untuk melonggarkan kebijakan suku bunga, dan bisa melanjutkan langkah ini ke depan dengan beberapa syarat. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh investor dengan memilih reksadana yang tepat.
IMF menilai BI mulai dapat mengambil kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif. Namun, langkah tersebut harus sangat hati-hati dan berdasarkan hasil monitor yang ketat terhadap perkembangan indikator-indikator ekonomi Indonesia.
Pertama, IMF memandang BI dapat menurunkan suku bunga acuan selama tidak ada tekanan serius terhadap neraca modal. Di sisi lainnya, BI disarankan memantau serius dampak dari kebijakan penurunan suku bunga acuan terhadap arus masuk modal.
Kedua, meski menyarankan BI melonggarkan kebijakan suku bunga, IMF tidak menyarankan hal yang sama untuk kebijakan makroprudensial. Menurut IMF, tidak ada lagi ruang bagi BI untuk melonggarkan lebih lanjut kebijakan makroprudensialnya.
Tips Memilih Reksadana
Jika IMF benar, BI masih akan menurunkan suku bunga, kira-kira instrumen investasi mana yang lebih menarik bagi investor? Pilih reksadana berbasis saham atau reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi?
Dalam konteks pemilihan reksadana setelah suku bunga acuan diumumkan turun, faktor valuasi yang menarik bisa dilihat dari kinerja historis dari reksadananya. Sejak awal tahun hingga 1 Agustus 2019, indeks reksadana pendapatan tetap Bareksa mencatatkan kenaikan 6,50 persen year to date (YtD).
Sementara indeks reksadana saham Bareksa justru masih negatif 1,18 persen YtD, dan IHSG yang merupakan representasi dari pasar saham Indonesia baru mencatatkan kenaikan 3,16 persen YtD.
Menurut analisis Bareksa, untuk tahun 2019 reksadana pendapatan tetap berpeluang memberikan tingkat return dalam kisaran 8 - 10 persen. Dibandingkan kinerja yang sudah terjadi, masih terdapat peluang untuk naik antara 1,50 persen hingga 3,50 persen.
Sedangkan untuk IHSG, harga wajar tahun 2019 diperkirakan dalam kisaran 6.800. Per tanggal 1 Agustus 2019, IHSG berada di level 6.390 sehingga masih berpeluang memberikan kenaikan mencapai 6,4 persen.
Berdasarkan informasi di atas, walaupun suku bunga bukan merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap kinerja reksadana saham, mengingat potensi kenaikan pada tahun 2019 lebih tinggi, reksadana saham juga dapat dipertimbangkan sebagai pilihan instrumen investasi yang menarik. Tapi perlu diingat investasi reksadana saham disarankan untuk investor tipe agresif dengan jangka waktu panjang.
Tentu, investasi reksadana juga mengandung risiko. Kinerja masa lalu juga tidak menjamin akan terulang pada masa yang akan datang. Investor perlu memahami hal tersebut ketika memutuskan untuk berinvestasi di reksadana.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (KA02/hm)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.