Berita Hari Ini: OJK Revisi Naik Target Kredit, 2 PE Asing Lepas Kursi AB
Laba bersih BCA naik 12,6 persen jadi Rp12,86 triliun; DOKU perluas jangkauan mitra; FIF terima 304 SPK di GIIAS
Laba bersih BCA naik 12,6 persen jadi Rp12,86 triliun; DOKU perluas jangkauan mitra; FIF terima 304 SPK di GIIAS
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 25 Juli 2019.
Target Kredit
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merevisi naik perkiraan pertumbuhan kredit pada tahun ini seiring dengan kebijakan suku bunga yang rendah sehingga mendorong permintaan. Kisaran perkiraan pertumbuhan kredit secara tahunan menjadi di rentang 11-13 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
"Sekarang optimistis bisa mencapai target pertumbuhan kredit di 12 persen plus minus satu persen," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, seperti dikutip Merdeka.com.
Semula OJK sempat pesimistis akibat dampak perang dagang sehingga target pertumbuhan kredit hanya di kisaran 9-11 persen. Namun setelah adanya penurunan giro wajib minimum (GWM) dan penurunan suku bunga serta masuknya arus modal di pasar keuangan domestik, maka OJK yakin pertumbuhan kredit akan meningkat tahun ini.
RJPMN
Pemerintah telah menetapkan tujuh agenda pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024. Tujuh program pembangunan ini diperkirakan membutuhkan dukungan anggaran Rp24.214,5 triliun. Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Leonard Tampubolon mengatakan, perkiraan kebutuhan tersebut merupakan usulan yang diberikan dari masing-masing kementerian/lembaga atas program yang akan dikerjakan di tahun mendatang.
Leonard menjelaskan, kebutuhan sebesar Rp24.214,5 triliun merupakan belanja kementerian/lembaga, dana alokasi khusus (DAK) dan Swasta. Bila diperinci, dana melalui belanja kementerian/lembaga sebesar Rp23.844,6 triliun, DAK sebesar Rp139,6 triliun, dan Swasta sebesar Rp230,4 triliun. Leonard mengatakan, kebutuhan tersebut jauh lebih besar ketimbang anggaran yang dimiliki. Dia mengatakan, belanja kementerian/lembaga hanya mampu mendanai 20 persen hingga 25 persen dari kebutuhan. "Sekarang ini belanja kementerian dan lembaga tidak sampai Rp1.000 triliun per tahun, hanya sekitar Rp800 triliun. Kami perkirakan nanti tidak akan bisa terjadi lompatan yang besar," katanya.
Perusahaan Efek
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengonfirmasi PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia dan PT Deutsche Sekuritas Indonesia akan melepas predikat anggota bursa (AB). Ini bisa jadi kesempatan bagi sekuritas lokal lebih berkembang. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, Merrill Lynch akan mengembalikan kursinya pada akhir Juli 2019. Nantinya, broker asal Amerika Serikat ini harus menjual kursinya ke pihak lain. Jika dalam waktu satu tahun tidak ada pengalihan, BEI akan melakukan buyback.
Persaingan disebut-sebut menjadi alasan Deutsche Sekuritas mundur dari liga saham Tanah Air. "Mereka juga mengalami restrukturisasi dari kantor pusat mereka dan akan keluar dari bisnis equity trading secara global," kata Laksono. Pada semester I-2019, nilai transaksi perdagangan yang diperantarai Deutsche Sekuritas mencapai Rp66,06 triliun, setara 2,83 persen dari total nilai transaksi seluruh AB. Deutsche Sekuritas di urutan sembilan daftar broker di Tanah Air. Sedangkan total transaksi perdagangan Merrill Lynch Rp45,25 triliun atau 1,94 persen dari transaksi AB.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
Perseroan mencatatkan pertumbuhan laba bersih 12,6 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp12,86 triliun. Itu berkat pertumbuhan kredit serta diiringi kenaikan pendapatan non bunga. Realisasi penyaluran kredit BCA tumbuh sejalan laju industri yakni 11,5 persen secara yoy menjadi Rp565,23 triliun. Periode sama tahun sebelumnya senilai Rp506,95 triliun. Sementara itu pendapatan bunga bersih meningkat 13,1 persen yoy menjadi Rp24,6 triliun.
Pendapatan operasional lainnya juga mengalami peningkatan sebesar 24,5 persen yoy menjadi Rp9,6 triliun pada semester I-2019. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, hingga akhir tahun BCA berharap pertumbuhan kredit bisa menyentuh 10 persen yoy. Tentunya dengan mempertimbangkan posisi likuiditas dan mengedepankan prinsip kehati-hatian. "Kami harus menggunakan likuiditas secara optimal. Tidak bisa sembarangan melepas kredit," kata Jahja.
PT Nusa Satu Inti Artha (DOKU)
Perseroan terus melakukan ekspansi untuk memperluas jangkauan mitra merchant di berbagai wilayah di Indonesia. Chief Marketing Officer DOKU Himelda Renuat mengatakan, sejauh ini fokus utama bisnis DOKU masih di pulau Jawa dan Bali. Selain itu, DOKU juga hadir di negara-negara Asia untuk layanan remittance, seperti Hong Kong, Malaysia, Singapura dan Korea.
Per semester I/ 2019, Doku telah memperkuat kehadiran di Pulau Bali melalui kerja sama dengan ritel terbesar di Bali, Coco Group beberapa waktu lalu. “DOKU hadir di Bali sejak 2014. Untuk lini bisnis, selain industri air lines, hotel/villa, dan travel semakin banyak model bisnis baru yang menggunakan layanan DOKU di Bali, seperti activity, rental mobil, edukasi, restoran, spa dan masih banyak lagi lainnya,” katanya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
PT Federal Internasional Finance (FIF Group)
Perseroan kembali menjadi sponsor utama penyelenggaraan pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019. Hingga hari ke lima GIIAS 2019, Pencapaian Surat Permohonan Kredit (SPK) di booth FIF sebanyak 304 unit sepeda motor. Jumlah tersebut meningkat signifikan bila dibandingkan dengan GIIAS tahun 2018, dalam 10 hari sebesar 237 unit.
Pada tahun lalu pula, GIIAS 2018 FIFASTRA berhasil mendapatkan total SPK sebanyak 367 unit. Jumlah tersebut terdiri GIIAS ICE BSD sebanyak 237 unit, GIIAS Surabaya sebanyak 79 unit dan Makassar sebanyak 304 unit. "Dari SPK sebanyak 304 unit tersebut 70% diantaranya adalah sepeda motor jenis Honda ADV 150," ujar Direktur FIF Antony Sastro Jopoetro seperti dikutip Kontan.co.id. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.