Bareksa.com – Dalam memilih reksadana secara umum, investor biasanya mencocokkan karakteristik reksadana dengan profil risiko investor, lalu menyeleksinya berdasarkan risiko dan keuntungan. Namun, investor yang sudah semakin pintar dan lebih paham mulai menggunakan strategi investasi sebagai salah satu panduan dalam memilih reksadana.
Bagi investor yang sudah tingkat lanjut ini (advanced), imbal hasil atau return tinggi bukan pertimbangan utama memilih reksadana, tetapi bagaimana cara mencapai tingkat return tersebut dan apakah cara tersebut nyaman di mata investor.
Seperti apa strategi investasi reksadana yang tersedia saat ini?
Strategi investasi reksadana adalah strategi yang digunakan oleh para Manajer Investasi dalam mengelola portofolio investasi reksadananya. Karena basis portofolio reksadana bermacam-macam aset yang terdiri dari saham, obligasi, maupun pasar uang, maka kategori strategi reksadana dapat dibagi berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Strategi Investasi Pasif
Dengan strategi ini, portofolio investasi reksadana dikelola sangat pasif Umumnya, reksadana yang masuk kategori ini memungut biaya pengelolaan (management fee) yang rendah dan hanya memberikan tingkat pengembalian yang setara dengan pasar/indeks atau memberikan bunga dan kupon obligasi kepada investor secara periodik.
Jenis reksadana yang masuk kategori ini antara lain ETF (Exchange Traded Fund) baik saham ataupun obligasi, reksadana terproteksi dan reksadana pasar uang. Bagi investor yang percaya bahwa dalam jangka panjang reks dana akan susah mengalahkan return pasar (baik saham ataupun obligasi), ataupun investor konservatif yang ingin reksadana dengan tingkat return yang lebih pasti, maka reksadana kategori ini bisa menjadi salah satu pertimbangan.
2. Strategi Investasi Aktif
Dalam strategi ini, manajer investasi secara aktif mengelola portofolio investasi reksadana dan berusaha memberikan tingkat return di atas tingkat pasar. Bisa dibilang hampir sebagian besar dari reksadana yang ada saat ini bisa dikategorikan sebagai reksadana dengan strategi investasi aktif.
Hanya saja, strategi yang digunakan untuk memberikan imbal hasil yang mengalahkan tingkat return pasar berbeda-beda. Berdasarkan portofolio investasi yaitu saham dan obligasi, strategi aktif yang digunakan dapat dibagi menjadi growth investing dan value investing. Keduanya adalah strategi investasi yang sangat dikenal dalam teori investasi dan juga dipraktikkan oleh investor-investor legendaris seperti Warren Buffet dan Benjamin Graham.
Growth investing adalah strategi investasi di mana dalam pemilihan saham didasarkan pada perusahaan yang tingkat pertumbuhannya di atas rata-rata, meskipun secara valuasi bisa saja harga saham tersebut sudah dikategorikan relatif mahal. Saham yang masuk dalam kategori ini disebut growth stock.
Berlawanan dengan growth investing, value investing adalah strategi investasi di mana pemilihan saham didasarkan pada perusahaan yang fundamentalnya baik, memiliki prospek dan model bisnis yang jelas serta secara valuasi relatif lebih murah dibandingkan dengan saham secara umum. Saham yang masuk dalam kategori ini disebut value stock.
Dalam praktiknya, amat sulit untuk mencari reksadana yang dikategorikan sebagai value investing atau growth investing karena belum ada garis pemisah yang benar-benar jelas antara saham mana yang masuk kategori value stock dan growth stock. Selain itu, saham yang masuk kategori growth stock, seiring dengan waktu bisa berubah menjadi value stock dan sebaliknya sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi. Definisi antara value stock dan growth stock antar manajer investasi juga bisa berbeda-beda.
Namun, ada cara untuk mengenali strategi investasi ini dalam pengelolaan reksadana, salah satunya adalah dengan melihat portofolio investasinya. Apabila portofolio investasi reksadana secara konsisten mayoritas berisi saham yang sedang tren naik saat ini, reksadana ini bisa dikategorikan sebagai reksadana dengan strategi growth investing.
Sementara itu, apabila secara konsisten mayoritas isi portofolio terdiri dari saham yang sedang tidak banyak diperdagangkan di bursa dan memiliki valuasi yang relatif rendah, maka kemungkinan suatu reksadana bisa dikategorikan dalam value investing. Bagi investor yang ingin memilih reksadana saham berdasarkan strategi ini tentunya harus memiliki pengetahuan tentang saham yang cukup mendalam pula.
Keunggulan growth investing adalah karena portofolio yang lebih sesuai dengan kondisi pasar, terkadang dalam jangka pendek tingkat kenaikannya sama atau bahkan lebih tinggi dari pasar. Namun, karena berisi saham dengan valuasi yang tinggi, maka potensi risikonya juga lebih besar.
Sementara itu, reksadana saham dengan value investing memiliki keunggulan terdiri dari saham dengan prospek fundamental yang bagus dan valuasi yang murah. Karena itu, dalam jangka pendek terkadang kinerja reksadana mungkin akan kalah dibandingkan dengan kondisi pasar secara umum karena fundamental yang bagus dan valuasi yang murah tidak menjamin harganya akan naik karena tidak menjadi tren pasar. Kenaikan harganya baru akan terlihat dalam jangka panjang dan jika pemilihan sahamnya tepat, tingkat return yang dapat dihasilkan berpotensi mengalahkan tingkat return pasar.
Hingga saat ini memang belum ada studi empiris yang menunjukkan strategi mana yang lebih baik antara value investing dan growth investing untuk kategori reksadana di Indonesia.
Terkadang manajer investasi juga menerapkan kedua prinsip tersebut dalam portofolio investasinya. Perlu diingat pula bahwa value stock belum tentu adalah saham blue chip dan growth stock belum tentu adalah saham second atau third liner.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Untuk mempelajari lebih lanjut soal menabung di reksadana, baca ini : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(KA01/hm)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.