Saham JPFA Tertekan Cukup Berat Sejak Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Bareksa • 21 Feb 2019

an image
Pekerja memberi pakan ayam potong di peternakan kawasan Cilodong, Depok, Jawa Barat, Rabu (23/3). Sejumlah peternak ayam di kawasan itu mengaku khawatir dengan mewabahnya flu burung di sejumlah daerah karena dapat membuat omset mereka menurun. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Dalam 3 hari, saham JPFA merosot 15,12 persen dengan aksi net sell Rp194,87 miliar

Bareksa.com - Sejak awal pekan ini, saham PT Japda Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) terlihat mengalami tekanan cukup berat yang tercermin dari anjloknya harga saham serta diiringi aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing dalam jumlah yang signfikan.

Dalam tiga hari perdagangan yang berlangsung, harga saham perusahaan yang bergerak dalam bidang agri-food tersebut telah merosot hingga 15,12 persen, serta aksi net sell-nya sudah mencapai Rp194,87 miliar.

Berdasarkan pantauan Bareksa, tekanan yang dialami saham JPFA disebabkan oleh penjualan saham yang dilakukan oleh salah satu investor besarnya yakni KKR & Co Inc. KKR, yang dulu lebih dikenal dengan nama Kohlberg Kravis Roberts & Co, diduga telah menjual 385 juta saham JPFA senilai Rp847 miliar pada Senin pekan ini (18/02/19).

Transaksi penjualan melalui pasar negosiasi dan metode crossing jumbo tersebut dilakukan antara broker berkode MS yaitu PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia dan berkode CS yaitu PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia. Rata-rata transaksi tersebut terjadi di harga Rp2.200 per saham, sehingga nilai transaksinya dapat ditaksir sekitar Rp847 miliar.

Sebagai informasi, KKR membeli saham JPFA di harga Rp930 per saham pada 2016 silam dengan periode investasi 2,5 tahun. Dengan selisih harga saham tersebut, dari penjualan 385 juta saham JPFA, maka KKR akan meraup keuntungan sekitar Rp488,95 miliar. Belum lagi, KKR masih menyisakan 978 juta (8,3 persen) saham JPFA dalam portofolionya.

Mengutip RTI, per Januari 2019, pemegang saham JPFA yakni Japfa Ltd 52,43 persen, KKR 11,65 persen, dan publik 35,92 persen.

Terkait dengan kinerja keuangannya, hingga kuartal ketiga 2018, JPFA yang dipimpin Handojo Santosa tersebut telah mencatatkan laba bersih Rp1,67 triliun, naik 50,9 persen dibandingkan dengan kinerja pada 9 bulan pertama 2017 yang sebesar Rp1,1 triliun.

Di sisi lain, aksi jual saham yang dilakukan KKR akan berpotensi menambah saham publik ritel sebanyak 3,3 persen menjadi 39,2 persen, atau setara dengan US$784 juta, seperti dilansir riset RHB Sekuritas pada Rabu (20/02/19).

Analisis Teknikal Saham JPFA


Sumber: Bareksa

Secara teknikal, pergerakan saham JPFA terlihat jelas mengalami tekanan sangat hebat yang tercermin dari candle bearish yang terbentuk dalam 5 hari perdagangan beruntun.

Pada perdagangan kemarin, saham JPFA terlihat membentuk bearsih candle dengan body cukup besar yang menggambarkan saham ini bergerak negatif dalam rentang cukup lebar hingga berakhir hanya satu tick di atas level terendahnya.

Volume yang cenderung besar dalam tiga hari terakhir juga menandakan adanya aksi distribusi yang cukup hebat sehingga menyebabkan harga saham ini anjlok tajam.

Kemudian indikator relative strength index (RSI) terlihat masih bergerak turun dan mulai mendekati area jenuh jual, mengindikasikan momentum pelemahan yang kuat dengan support terdekat berada di level Rp2.270.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.