Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 21 Februari 2019 :
Hyundai dan Grab
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan mengenai pertemuannya dengan Hyundai yang rencananya akan berinvestasi di Indonesia. Rencananya Hyundai akan memproduksi mobil listrik yang nantinya akan beroperasi di Indonesia. Luhut menegaskan Indonesia terbuka dengan rencana investasi tersebut.
Ia menjelaskan pertemuannya dengan CEO Grab Anthony Tan. Ia menuturkan, Grab dan Hyundai sangat berminat berinvestasi di pasar Indonesia untuk pengembangan mobil listrik.
PT Wahana Interfood Nusantara
Produsen kakao dan cokelat PT Wahana Interfood Nusantara akan melaksanakan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham dengan melepas sebanyak-banyaknya 168 juta saham baru atau 33,07 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
Calon emiten tersebut menetapkan kisaran harga penawaran Rp178-Rp198 per saham. Dengan kisaran harga tersebut, perseroan berpeluang mengantongi dana hasil IPO Rp29,9 miliar hingga Rp33,26 miliar.
Direktur Utama Wahana Interfood Nusantara Reinald Siswanto mengatakan perseroan saat ini memiliki 2 pabrik dengan kapasitas produksi untuk powder 1.000 ton per tahun dan cokelat 5.000 ton per tahun pada 2018. Saat ini utilisasi pabrik mencapai 80 persen.
PT Mayora Indah Tbk (MYOR)
PT Mayora Indah Tbk menargetkan penjualan ekspor tumbuh 15-20 persen pada 2019, dengan Filipina sebagai kontributor utama. Global Marketing Director Mayora Indah Ricky Afrianto mengatakan perseroan menargetkan penjualan ekspor tumbuh sama dengan target total penjualan perseroan pada tahun ini.
Adapun, pada tahun lalu total penjualan perseroan diperkirakan tumbuh sekitar 16 persen. Jika mengacu pekiraan tersebut, maka penjualan MYOR diperkirakan mencapai Rp24,15 triliun pada 2018.
Adapun, penjualan ekspor diperkirakan sekitar Rp12,07 triliun pada 2018. Dengan demikian, perseroan mengincar total penjualan sekitar Rp27,77 triliun hingga Rp28,98 triliun pada 2019.
"[Kontribusi] ekspor kami hampir 50 persen [dari total penjualan], US$600 juta dari Filipina," katanya, Selasa (19/2/2019).
PT Bank MNC International Tbk (BABP)
PT Bank MNC Internasional Tbk (Bank MNC) berencana kembali menggelar rights issue untuk memperkuat permodalan pada tahun ini. Mahdan Ibrahim, Plt Direktur Utama Bank MNC, menjelaskan dalam rencana bisnis bank 2019, pemegang saham akan menambah permodalan Rp200 miliar.
Aksi tersebut dilakukan lewat skema penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) yang diproyeksi akan dilaksanakan pada paruh kedua tahun ini.
"Sesuai dengan rencana bisnis bank akan ada setoran modal Rp200 miliar di semester II," katanya seperti dikutip Bisnis, Rabu (20/2/2019).
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengincar dua perusahaan asuransi umum, salah satunya perusahaan asuransi swasta yang tidak memiliki afiliasi dengan grup BRI.
Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan perseroan berencana mengakuisisi dua perusahaan asuransi umum. Target pertama adalah BRINS General Insurance yang dimiliki oleh Dana Pensiun BRI dan Yayasan Kesejahteraan Pegawai BRI.
“Ada satu calon general insurance lain karena saya ingin yang lebih efisien,” katanya dikutip Bisnis.
Menurut Suprajarto, BRI mengincar satu perusahaan asuransi lain di luar BRINS yang terafiliasi dengan grup BRI. Hal itu dilakukan untuk memperluas jangkauan bisnis di luar captive market.
Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merilis utang pemerintah di akhir Januari 2019. Pada periode tersebut, utang pemerintah pusat mencapai Rp4.498,56 triliun. Utang ini mengalami kenaikan Rp539,9 triliun atau tumbuh 13 persen dari Januari 2018 yang sebesar Rp 3.958,66 triliun.
"Sampai akhir Januari 2019 persentase utang Pemerintah terhadap PDB berada pada level 30,1 persen. Yang masih jauh lebih rendah dari batas yang ditetapkan dalam UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara sebesar 60 persen," tulis Kemenkeu.
"Dengan kondisi tersebut, perekonomian Indonesia yang diukur dengan PDB masih mampu menutup hampir 4 kali dari jumlah utang Pemerintah saat ini."
PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP)
PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) bertekad menjadi bank yang masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 atau dengan modal inti di atas Rp30 triliun pada 2021.
"Kami target tumbuh organik antara 10-15 persen baik pendapatan maupun laba bersih, 2021 bisa modal intinya sudah bisa di anggap BUKU 4," kata Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja seperti dikutip CNBC.
Akhir Desember 2018, mengacu laporan keuangan NISP, modal inti (tier 1) perseroan yakni Rp 23,59 triliun, ditambah dengan modal pelengkap (tier 2) maka total modal regulasi Bank OCBC NISP mencapai Rp 25,04 triliun.
(AM)