Bareksa.com – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) semakin menjadi perhatian para investor setelah manajemen perseroan menggelar public expose insidentil hari ini (Rabu, 20 Februari 2019). Hal itu terlihat dari transaksi saham FREN yang pada sesi I perdagangan hari ini menduduki posisi keempat dari sisi frekuensi.
Saham FREN memang sedang melemah 4,17 persen ke level Rp276 dari posisi hari sebelumnya Rp288. Artinya, sudah dua hari sampai hari ini saham FREN melemah setelah sebelumnya sempat naik 12,88 persen pada perdagangan 18 Januari 2019.
Penurunan saham FREN hari ini bertepatan dengan pernyataan Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys. Merza mengatakan, belum ada kepastian terkait kabar konsolidasi perusahaan-perusahaan telekomunikasi di Indonesia.
Meski begitu, Merza menyebut, pembicaraan itu sedang terjadi di antara beberapa perusahaan telekomunikasi yang ada. “Ini terkait dengan efisiensi untuk industri telekomunikasi di Indonesia,” kata Merza.
Salah satu poin yang menjadi perhatian pelaku industri telekomunikasi adalah keinginan Kementerian Informasi dan Informatika (Kominfo) menyehatkan industri telekomunikasi dengan hanya memiliki tiga pemain saja. Menurut Merza, hal itulah yang saat ini banyak dipertanyakan.
“Kami (pelaku industri) hanya wait and see. Saat ini kan ada enam operator,” imbuhnya.
Merza pun menegaskan, pihaknya sendiri cukup terbuka untuk melakukan konsolidasi dengan pelaku industri telko lainnya. Hanya saja, sampai saat ini belum ada kesepakatan apapun antara Smartfren dengan perusahaan lainnya.
Grafik Intraday Saham FREN Sesi I Perdagangan Rabu, 20 Februari 2019
Sumber: Bareksa.com
Bersamaan dengan saham FREN, saham-saham telko lain seperti PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT) juga bergerak turun. Saham TLKM melemah 1,02 persen ke level Rp3.880, EXCL turun 1,92 persen menjadi Rp2.560, dan ISAT turun 0,83 persen ke level Rp3.570.
Capex
Di sisi lain, Merza juga menyebutkan, pihaknya menyiapkan anggaran belanja modal alias capital expenditure senilai US$200 juta pada tahun ini. Anggaran tersebut, kata Merza, akan digunakan perseroan untuk memperluas jaringan.
Salah satu alokasinya adalah untuk menambah menara Base Transceiver Station (BTS). “Saat ini, kami punya hampir 17.000 BTS, dan kami targetkan bisa lebih dari 20.000 BTS,” jelas Merza.
Terkait sumber dana capex, Merza menjelaskan, sumbernya berasal dari tiga aksi korporasi. Salah satunya rights issue senilai Rp6,7 triliun, penerbitan waran seri II Rp3,6 triliun dan private placement melalui penerbitan obligasi wajib konversi Rp1,2 triliun.
Sebelumnya, Merza pernah bilang, saat ini perlu dicermati adalah pertumbuhan revenue perseroan dan pertumbuhan EBITDA sangat konsisten dan di atas rata-rata industri. Merza pun memperkirakan realisasi pendapatan perseroan menutup tahun buku 2018 adalah naik di atas 15 persen. “Tahun ini kami harapkan naik lebih tinggi lagi,” jelasnya. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.