Bareksa.com – Sungguh berat perjalanan perusahaan sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) sejak tahun 2018 hingga saat ini. Tekanan atas harga jual crude palm oil (CPO) berefek pada rating obligasi global perseroan.
Mengutip keterangan Sawit Sumbermas, obligasi global yang diterbitkan perseroan pada awal 2018 senilai US$300 juta mendapat outlook negatif dari Moody’s. Sebelumnya, obligasi yang dipasarkan secara global oleh anak perusahaan Sawit Sumbermas ini punya outlook positif.
“Moody’s sebagai salah satu rating agency yang rutin mengeluarkan rekomendasi kepada para investor memberikan opini per kuartal atas obligasi global Sawit Sumbermas, berdasarkan kinerja perusahaan pada Januari 2019,” tulis Corporate Secretary Sawit Sumbermas Swasti Kartikaningtyas, Selasa, 19 Februari 2019.
Swasti menuturkan Moody’s tidak merubah rating atas obligasi global SSMS yaitu tetap B1, tetapi pada sisi lainnya terjadi perubahan atas outlook dari positif menjadi negatif. Perubahan outlook yang terjadi disebabkan banyak faktor di luar perusahaan seperti rendahnya harga CPO hingga akhir tahun 2018 serta kondisi penyerapan CPO di pasaran.
Chief Financial Officer SSMS Nicholas Whittle mengatakan secara keseluruhan produksi perusahaan mengalami peningkatan di 2018 dibandingkan 2017. Berdasarkan data per akhir tahun SSMS, kinerja produksi TBS meningkat 28,6 persen per 31 Desember 2018 dibanding dengan 31 Desember 2017 berbanding lurus dengan peningkatan atas CPO menjadi sekitar 444.000 ton pada 31 Desember 2018.
“Kinerja baik selama 2018 serta adanya peningkatan harga CPO di awal tahun 2019 memberikan optimisme perusahaan atas hasil pada tahun 2019,” tambah Nicholas.
Pergerakkan Saham SSMS Sejak Pengumuman LQ45 Hingga 18 Februari 2019
Sumber: Bareksa.com
Selain mendapat tekanan harga jual CPO, perseroan juga harus menerima saham SSMS keluar dari daftar indeks LQ45. Melalui pengumuman Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 18 Januari 2019, SSMS keluar dari daftar LQ45 bersama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), PT Sentul City Tbk (BKSL), dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
Sejak pengumuman itu hingga sesi I hari ini, saham SSMS sudah turun 5,39 persen dari Rp1.205 menjadi Rp1.140. Sementara, jika dibandingkan posisi akhir tahun 2018, maka saham SSMS sudah turun 8,8 persen dari posisi Rp1.250.
(AM)