Bareksa.com - Harga saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) ditutup menguat 6,4 persen pada perdagangan kemarin (7 Februari 2019) menjadi Rp3.000 per lembar. Kabar Sumitomo membeli saham BIRD jadi pemicu kenaikan harga saham taksi yang identik dengan warna biru ini sekaligus adanya perubahan manajemen.
Blue Bird diketahui mendapatkan pemegang saham baru, yaitu konglomerasi asal Jepang Sumitomo yang mengambil porsi saham perusahaan 2 persen. Hal tersebut tertuang di dalam riset PT Mandiri Sekuritas yang terbit pada 4 Februari, berdasarkan keterangan perseroan dalam Mandiri Investment Forum 2019.
"Sumitomo sudah membeli 2 persen saham BIRD pada Desember 2018 dan menjadi rekan strategis untuk mendorong jasa mobilitas (mobility service) Blue Bird," tulis analis Mandiri Sekuritas Edbert Surya dalam riset tersebut.
Namun, tidak dijelaskan secara detail dari anak usaha Sumitomo yang menjadi pemegang saham perseroan. Daftar laporan perubahan pemegang saham bulanan BIRD di situs Bursa Efek Indonesia tidak dapat dibuka untuk melakukan pengecekan, meskipun memang perubahan kepemilikan saham di bawah 5 persen tidak wajib dilaporkan kepada otoritas.
Grafik Pergerakan Intraday Saham Blue Bird 7 Februari 2019
Sumber : Bareksa.com
Rekrut Direktur Keuangan Lazada
Selain kabar masuknya Sumitomo, sentimen lain yang memberikan dampak positif ialah adanya manajemen baru yang masuk. Blue Bird mengumumkan Sandy Permadi sebagai direktur keuangan perseroan yang baru.
Sebelumnya, Sandy merupakan Chief Financial Officer di perusahaan yang jauh kaitannya dengan industri taksi yaitu Lazada Indonesia. Adapun Lazada Indonesia adalah bagian dari raksasa teknologi Alibaba Group yang didirikan Jack Ma.
Direktur Blue Bird Sigit Priawan Djokosoetono mengatakan bergabungnya Sandy dapat membantu perseroan meningkatkan kemampuan digital lebih cepat.
Tantangan berat memang tengah dihadapi oleh perusahaan taksi konvensional seiring dengan munculnya layanan transportasi online seperti Uber, Grab dan Go-Car yang dikendalikan Go-Jek. Untuk memenuhi permintaan pasar dan mengikuti tren, perusahaan taksi konvensional memang harus mengubah strategi bisnis dengan lebih memfokuskan pengembangan ke sektor digital.
(KA02/hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.