Bareksa.com - Berikut informasi penting seputar ekonomi, pasar modal dan investasi yang disarikan dari media dan informasi keterbukaan Bursa Efek Indonesia, pada Jumat, 8 Februari 2019 :
PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
Anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Protelindo pada 4 Februari lalu memperoleh fasilitas pinjaman dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) cabang Singapura senilai JPY 5,67 miliar (Rp 722,51 miliar, asumsi kurs Rp127,36 per yen.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), fasilitas ini memiliki tenor selama 3,5 tahun dengan tingkat bunga dari Tokyo Interbank Offering Rate (TIBOR) ditambah dengan margin 0,7 persen per tahun.
Menurut Sekretaris Perusahaan Sarana Menara Nusantara Irfan Ghazali dana tersebut akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan umum (general corporate purpose), modal kerja serta pembayaran biaya dan pengeluaran lainnya yang berhubungan dengan perjanjian fasilitas ini.
PT Bliss Properti Indonesia
PT Bliss Properti Indonesia atau kini dikenal dengan nama Blacksteel Construction bakal melepaskan saham kepada publik melalui mekanisme penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan yang dimiliki juga oleh Michael Riady, generasi ketiga konglomerasi bisnis Grup Lippo, ini akan melepaskan sebesar 20 - 30 persem dari total modal yang ditempatkan dan disetor perseroan.
Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI, IGD N Yetna Setia, perusahaan telah menyelesaikan proses mini expose di bursa. "Iya, pagi ini [Kamis pagi] kita mini expose," kata Yetna di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (7/2).
PT Blue Bird Tbk (BIRD)
PT Blue Bird Tbk (BIRD) diketahui mendapatkan pemegang saham baru yaitu konglomerasi asal Jepang yaitu Sumitomo dengan porsi 2 persen. Hal tersebut tertuang di dalam riset PT Mandiri Sekuritas yang terbit pada 4 Februari, berdasarkan keterangan perseroan dalam Mandiri Investment Forum 2019.
"Sumitomo sudah membeli 2 persen saham BIRD pada Desember 2018 dan menjadi rekan strategis untuk mendorong jasa mobilitas (mobility service) Blue Bird," tulis analis Mandiri Sekuritas Edbert Surya dalam riset tersebut.
Namun, tidak dijelaskan secara detail dari anak usaha Sumitomo yang mana yang menjadi pemegang saham perseroan. Daftar laporan perubahan pemegang saham bulanan BIRD di situs Bursa Efek Indonesia tidak dapat dibuka untuk melakukan pengecekan, meskipun memang perubahan kepemilikan saham di bawah 5 persen tidak wajib dilaporkan kepada otoritas.
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
PT Agung Podomoro Land Tbk catatkan marketing sales Rp2,4 triliun sepanjang tahun 2018. Angka tersebut meleset dari target marketing sales perusahaan Rp3,5 triliun.
Wibisono, Head of Investor Relation PT Agung Podomoro Land Tbk, menyebutkan melesetnya marketing sales dari target perusahaan lantaran kurang tepatnya prediksi awal.
"Tahun lalu tidak mencapai target lantaran dikira properti bakal naik, ternyata masih belum. Jadi memang lebih lambat dari prediksi awalnya," ujarnya seperti dikutip Kontan.
Ia bilang sepanjang tahun lalu, proyek perumahan menjadi kontributor terbesar dari penjualan perusahaan. Sedangkan sebelumnya proyek apartemen yang paling berkontribusi paling besar. Pergeseran tersebut disebutnya lantaran antusiasme masyarakat yang sangat besar saat perusahaan launching perumahaan Podomoro Park Bandung tahun lalu.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
Emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk berencana menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah pada tahun ini untuk membiayai belanja modal (capital expenditure/capex).
Chief Financial Officer (CFO) Tower Bersama Infrasrtucture Helmy Yusman Santoso mengungkapkan rencana tersebut masih di tahap awal. Adapun, perseroan telah memperoleh izin untuk menerbitkan surat utang tersebut dalam periode 1 tahun.
“[Penerbitan obligasi] dalam tahun ini karena dapat izinnya satu tahun,” katanya dikutip Bisnis.com.
Adapun, dana dari penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk membiayai capex yang sebelumnya disampaikan Helmy di kisaran Rp1 triliun hingga Rp2 triliun.
PT Bank Mega Tbk (MEGA)
PT Bank Mega Tbk pada 2018 membukukan kinerja positif, karena didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit dan penurunan biaya pencadangan. Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib menyatakan sepanjang 2018 perseroan mencetak laba bersih Rp1,6 triliun, tumbuh 23% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Peningkatan laba bersih diperoleh dari kenaikan pendapatan bunga bersih yang disebabkan pertumbuhan kredit dan penurunan biaya CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai] Rp484 miliar atau 57 persen dibandingkan dengan biaya CKPN 2017, hasil dari semakin baiknya kualitas aktiva produktif,” katanya seperti dikutip Bisnis.
Bank Indonesia (BI)
Cadangan devisa (cadev) Indonesia mengalami sedikit penurunan sepanjang Januari 2019. Bank Indonesia (BI), Kamis (7/2/2019), mencatat cadev US$120,1 miliar, turun dari US$120,7 miliar pada Desember 2018.
"Penurunan cadangan devisa pada Januari 2019 tersebut terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman.
Posisi cadev tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadev Indonesia saat ini juga masih berada di atas standar kecukupan internasional yakni sekitar tiga bulan impor.
(AM)