Berita Hari Ini: Harga Batu Bara Turun, ADHI Tagih Pembayaran Ketiga LRT Rp1,5 T

Bareksa • 06 Feb 2019

an image
Sejumlah kendaraan melintas di samping pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) di kawasan Jalan MT Haryono, Jakarta, Senin (22/1). Proyek yang dikerjakan sejak 2015 tersebut terus dikebut agar cepat selesai dan dioperasikan pada 2019. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

PPRO rilis obligasi Rp800 miliar, pendapatan PSSI melonjak 30 persen, DFSI target penjualan naik 5 persen

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 6 Februari 2019 :

PT PP Properti Tbk (PPRO)

Anak usaha PT PP Tbk (PTPP), PT PP Properti Tbk (PPRO) menyampaikan rencana penerbitan Obligasi Berkelanjutan I tahap II dengan total nilai Rp800 miliar. Ini merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan I dengan total nilai emisi Rp2 triliun.

Pada tahap I, PP Properti sudah menerbitkan obligasi Rp665,5 miliar. Untuk tahap II ini masa penawaran mulai dilakukan dari 15 - 19 Februari 2019. Jumlah pokok obligasi yang ditawarkan Rp538,3 miliar yang dijamin secara kesanggupan penuh (full commitment).

Sisanya dari jumlah pokok obligasi yang ditawarkan sebanyak banyaknya sebesar Rp 261,70 miliar dengan kesanggupan terbaik (best effort). Bila jumlah dalam kesanggupan terbaik tidak terjual sebagian atau seluruhnya, maka atas sisa yang tidak terjual tersebut tidak menjadi kewajiban perseroan untuk menerbitkan obligasi tersebut.

PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI)

PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) membukukan peningkatan kinerja sepanjang tahun 2018. PSSI membukukan pendapatan US$63,5 juta, atau naik 30 persen di 2018 dibandingkan tahun 2017 yang sebesar US$49 juta.

Corporate Secretary Pelita Samudera Shipping, Imelda Agustina Kiagoes, mengatakan pencapaian kinerja pendapatan ini adalah terbesar bagi PSSI dalam lima tahun terakhir.

"Semua ini berkat kinerja harga batu bara thermal global yang solid serta kenaikan konsumsi domestik batu bara thermal dan program ekspansi armada perusahaan yang berkelanjutan sejak 2016," ujarnya dalam siaran pers.

Harga Batu Bara

Pada Februari 2019, harga batubara acuan (HBA) masih melanjutkan tren penurunan. HBA periode Februari dipatok US$91,8 per ton turun tipis 0,66 persen daripada bulan lalu US$92,41 per ton.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerjasama Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Agung Pribadi mengatakan salah satu faktor penurunan HBA pada bulan ini dipengaruhi merosotnya permintaan dari China.

Tak hanya itu, untuk pasar India juga menurun lantaran mereka masih mempunyai cadangan batubara. "Salah satunya dipengaruhi menurunnya permintaan dari China," katanya, Selasa (5/2).

PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI)

Emiten perikanan, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk memproyeksikan pertumbuhan penjualan pada 2019 mencapai 5 persen atau sekitar Rp684,49 miliar.

Sekretaris Perusahaan Dharma Samudera Fishing Industries Saut Marbun mengungkapkan target volume penjualan pada 2019 sebanyak 8.200 ton, yang terdiri dari 6.400 ton ekspor dan 1.800 lokal. Dia mengharapkan, kondisi alam pada tahun ini lebih baik daripada tahun lalu.

"Proyeksi sales tahun ini pertumbuhan 5 persen, dengan volume 8.200 ton, naik 300 ton dari tahun lalu," ungkapnya seperti dikutip Bisnis.com.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mengajukan pembayaran ketiga untuk progres pengerjaan light rail transit Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi Tahap I sampai dengan Desember 2018 senilai Rp1,5 triliun.

Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asnawi M mengatakan pihaknya telah mengajukan untuk pembayaran ketiga pekerjaan light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) Tahap I.

Menurutnya, kontraktor pelat merah itu dapat menagih pembayaran untuk progres hingga Desember 2018. Sampai dengan periode tersebut, sambungnya, jumlah yang dapat ditagihkan sekitar Rp1,5 triliun. Proses pencairan diperkirakan memakan waktu sekitar tiga bulan.

“Kira-kira tiga bulan, jadi Maret 2019-April 2019 masuk,” ujarnya kepada Bisnis akhir pekan lalu.

PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA)

PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), pengelola rumah sakit Mitra Keluarga, mengakuisisi 80 persen saham PT Bina Husada Gemilang (BHG) senilai Rp240 miliar. Akuisisi itu dilakukan untuk memperkuat fokus bisnis perusahaan di area baru. Transaksi tersebut dilakukan pada 31 Januari 2019.

Dengan akuisisi tersebut, saat ini komposisi pemegang saham Bina Husada Gemilang 80 persen oleh Mitra Keluarga, 19,84 persen dipegang oleh Yayasan Bina Husada, dr Harsono sebesar 0,08 persen dan dr Lilian Mangunprawira 0,08 persen.

(AM)