Empat Peristiwa Penting yang Paling Diamati Investor Pekan Ini

Bareksa • 04 Feb 2019

an image
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump saat mengumumkan serangan udara ke Suriah, di Gedung Putih, AS, 14 April 2018. (sumber : www.whitehouse.gov)

Presiden AS Donald Trump akan menyampaikan pidato kenegaraan tahunannya kepada Kongres pada Selasa

Bareksa.com - Retorika politik dapat manjadi sorotan utama di pasar dalam pekan ini, karena pelaku pasar menunggu pidato kenegaraan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk Kongres pada Selasa waktu setempat.

Pidato tersebut dilaksanakan ketika Trump menjalani tahun kedua masa jabatan pertamanya yang menghadapi tantangan besar, termasuk penyelidikan yang sudah berjalan lama apakah kampanye presiden 2016-nya berkolusi dengan Rusia, serta penyelidikan oleh Partai Demokrat dari kepresidenannya.

Pekan ini juga akan diwarnai dengan beberapa pindato dari pejabat The Fed, di mana yang terpenting saat Gubernur The Fed Jerome Powell berbicara pada Rabu, karena pelaku pasar mencari petunjuk lebih lanjut ke prospek kebijakan moneter dalam beberapa bulan mendatang.

Sebelumnya pada pekan lalu, The Fed mengisyaratkan upaya tiga tahun untuk mengetatkan kebijakan moneter hampir berakhir karena meningkatnya tantangan ekonomi.

Terkait data ekonomi, pelaku pasar akan mencermati survei Institute for Supply Management (ISM) pada aktivitas sektor jasa untuk mengukur kekuatan ekonomi Negeri Adidaya.

Sementara itu terkait rilis laporan keuangan, sekitar 90 perusahaan dalam indeks S&P 500 akan melaporkan hasil keuangan pekan ini, di mana akan menjadi salah satu periode gelombang besar terakhir dari musim laporan keuangan kuartal keempat 2018.

Di tempat lain, Bank of England (BoE) akan mengadakan pertemuan kebijakan, meskipun tidak ada perubahan yang diperkirakan di tengah meningkatnya ketidakpastian atas prospek keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) pada 29 Maret tanpa kesepakatan.

Selain itu, pelaku pasar juga akan terus mengawasi setiap perkembangan penting di terkait negosiasi perdagangan antara AS dengan China, di mana kedua pihak berlomba untuk mencapai kesepakatan sebelum batas waktu 2 Maret.

Untuk lebih rinci, berikut beberapa peristiwa penting yang berpotensi mempengaruhi pasar pada pekan ini yang dilansir dari Investing.

1. Pidato Kenegaraan Presiden Trump

Presiden AS Donald Trump akan menyampaikan pidato kenegaraan tahunannya kepada Kongres di hari Selasa pukul 21:00 waktu setempat.

Sebelumnya Trump telah memberi isyarat pada hari Jumat bahwa pidato tersebut akan mencakup pernyataan luas tentang perselisihannya dengan Partai Demokrat mengenai pembangunan tembok di sepanjang perbatasan AS - Meksiko, yang menyebabkan pemerintahan AS tutup secara parsial selama 35 hari yang baru berakhir sepekan lalu.

Di balik itu, seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan Trump akan menguraikan apa yang dia lihat sebagai solusi di mana Partai Republik dan Demokrat mungkin dapat menemukan kesepakatan. Hal ini termasuk rencana untuk mendanai perbaikan infrastruktur di seluruh negeri, menurunkan biaya resep obat, dan bekerja untuk menyelesaikan perbedaan lama atas layanan kesehatan.

Kutipan pidato yang dikeluarkan oleh Gedung Putih pada hari Jumat lalu menjelaskan Trump akan memberikan nada kompromi, setidaknya sebagian dari pidatonya.

"Bersama-sama kita dapat memecahkan dekade kebuntuan politik, kita dapat menjembatani perpecahan lama, menyembuhkan luka lama, membangun koalisi baru, membentuk solusi baru dan membuka janji luar biasa masa depan Amerika. Keputusan ada di tangan kita," kata Trump.

2. Pidato The Fed

Sejumlah pidato The Fed akan mendapatkan perhatian pelaku pasar dalam pekan ini, karena mereka akan mengamati petunjuk lebih lanjut tentang suku bunga.

Agenda teratas akan menjadi sambutan dari Ketua The Fed Jerome Powell, yang akan berbicara Rabu di pertemuan balai kota untuk para guru, di Washington DC pada pukul 19:00 waktu setempat.

Pidato dari Wakil Ketua The Fed Richard Clarida, Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester, Presiden The Fed St Louis James Bullard dan Gubernur The Fed Randal Quarles juga akan menjadi fokus.

Pekan lalu, bank sentral AS menahan suku bunga dan berjanji untuk bersabar dengan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Ia juga mengatakan bisa mengubah laju pengurangan neraca "dalam perkembangan ekonomi dan keuangan yang cerah".

Pengumuman The Fed tersebut menyebabkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga tahun ini tergantung pada data ekonomi, dan meningkatkan peluang penurunan pada tahun 2020.

3. Survey ISM

Sebuah survei ISM pada aktivitas sektor jasa untuk periode Januari akan dirilis pada Selasa pukul 10:00 pagi waktu setempat, di mana diperkirakan akan turun ke levl 57 dari bulan sebelumnya di level 57,6.

Selain data ISM, kalender ekonomi yang agak ringan pekan ini juga menampilkan data pesanan pabrik, angka perdagangan, dan klaim pengangguran mingguan.

Data yang dirilis pada Jumat menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS melonjak pada bulan Januari, dengan pengusaha mempekerjakan sebagian besar pekerja dalam 11 bulan.

Dengan data utama dari Departemen Perdagangan, termasuk laporan produk domestik bruto kuartal keempat, masih tertunda karena penutupan pemerintah, laporan ketenagakerjaan adalah bukti paling jelas bahwa ekonomi tetap berada di pijakan yang kokoh.

4. Pengumuman Kebijakan BoE

Gubernur Bank of England (BoE) Mark Carney dkk diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada level 0,75 persen ketika dalam pengumuman kebijakan yang berlangsung pada Kamis pukul 12:00 waktu setempat.

Ekonom memperkirakan pemungutan suara 9-0 oleh MPC demi mempertahankan suku bunga tetap.

Perkiraan inflasi baru BoE akan diperhatikan sebagai tanda apakah pihaknya berpikir pelaku pasar terlalu santai dengan bertaruh pada tidak ada kenaikan tingkat suku bunga sampai akhir 2019.

Pasar uang telah memotong probabilitas kenaikan suku bunga BoE Desember menjadi sekitar 55 persen, dibandingkan 62 persen seminggu yang lalu.

Selain BoE, berita utama politik juga akan menjadi fokus karena pelaku pasar melihat perkembangan seputar negosiasi Brexit yang sedang berlangsung.

Dengan menyisakan sekitar 50 hari sampai Inggris meninggalkan Uni Eropa, pemerintah belum menyetujui kesepakatan perceraian dengan Brussel, karena partai Konservatif Perdana Menteri Theresa May tetap berpisah tentang seberapa dekat negara itu harus tetap bersama dengan blok.

(KA01/AM)