Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 29 Januari 2019 :
Cukai Plastik
Pemerintah telah mencanangkan aturan pemungutan cukai plastik sejak lama, namun hingga kini beleid itu tak kunjung terbit. Rencana mengenakan cukai plastik tahun ini juga masih abu-abu.
Meskipun, di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sudah ada target penerimaan Rp500 miliar dari cukai plastik. Kepala Subdirektorat Jenderal (Kasubdit) Hubungan Masyarakat Ditjen Bea dan Cukai Deni Surjantoro mengakui rancangan peraturan pemerintah (RPP) cukai plastik belum kelar.
Saat ini pembahasan masih di tingkat panitia antar-kementerian. Pembahasan memakan waktu yang lama lantaran menunggu masukan dari berbagai pihak.
"Tentunya sekarang masih sinkronisasi dan mendengar masukan-masukan dari berbagai pihak," ujar Deni.
Meski masih dalam tahap pembahasan antar-kementerian, Deni mengatakan pemerintah tetap menargetkan peraturan pengenaan cukai plastik ini tetap bisa diterbitkan tahun ini. Hanya saja Deni juga tak bisa memastikan kapan aturan ini bisa dikeluarkan dan mulai diterapkan.
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
Perseron masih memburu pendanaan baru. Tahun ini, emiten konstruksi pelat merah tersebut berniat mengantar dua anak usahanya ke bursa saham. Keduanya adalah PT Wijaya Karya Realty (Wika Realty) dan PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi (Wika Konstruksi).
Jika berjalan lancar, initial public offering (IPO) keduanya bisa meraup dana segar antara Rp4 triliun hingga Rp5 triliun. Wika Realty kemungkinan bakal menggelar IPO lebih dulu. Sebab, perusahaan ini menggunakan buku Desember 2018 sebagai dasar IPO.
"Akan dilaksanakan semester pertama tahun ini," ujar Direktur Keuangan WIKA Steve Kosasih,.
Target perolehan dananya Rp1,5 triliun hingga Rp2,5 triliun dengan perkiraan melepas 25 persen saham. Jumlah yang sama juga ditargetkan untuk IPO Wika Konstruksi di semester II 2019.
PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD)
Perusahaan makanan dan minuman yang dimiliki oleh kelompok usaha Tudung dan didirikan oleh mendiang Darmo Putro, mengincar target penjualan tumbuh 15 persen pada tahun ini.
Direktur Garudafood Putra Putri Jaya Paulus Tedjosutikno mengatakan perseroan optimistis memasang target pertumbuhan penjualan hingga 15 persen dengan fokus pada pengembangan pasar domestik dan ekspor, serta mengeluarkan produk baru.
Perseroan juga akan memperkuat jaringan distribusi domestik dan mengembangkan pasar di luar negeri dengan mencari peluang di negara-negara baru.
“Kami akan meningkatkan penetrasi pasar di negara tujuan yang sudah tumbuh sangat baik belakangan khususnya di Asia,” katanya.
Paulus menambahkan, pihaknya berencana menambah kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru pada tahun ini. Harapannya, kapasitas produksi dapat meningkat sekitar 8 persen hingga 10 persen.
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
Emiten perkebunan ini optimistis penjualan pada tahun ini bakal tumbuh lebih baik, meskipun perseroan telah keluar dari skema sertifikasi keberlanjutan yang dikelola oleh Roundtables Sustainability Palm Oil (RSPO).
Emiten bersandi saham LSIP tetap percaya diri akan membukukan penjualan yang positif pada 2019, meskipun penjualan dan laba selama kuartal III 2018 terpukul.
Hingga September 2018, penjualan LSIP tergerus 19,61 persen dan laba juga tertekan 46,1 persen secara tahunan (year on year/yoy). Selama 5 tahun terakhir, kinerja LSIP cukup bervariasi.
Pada 2017 dan 2014, pendapatan LSIP berhasil tumbuh 36,57 persen dan 21,76 persen. Akan tetapi, pada 2016 dan 2015, kinerja LSIP terkontraksi. Adapun, total penjualan LSIP hingga September 2018 senilai Rp2,87 triliun, terdiri dari penjualan kelapa sawit, karet, benih dan lainnya masing-masing senilai Rp2,62 triliun, Rp145,5 miliar, Rp57,16 miliar dan Rp47,86 miliar. Sejauh ini, perseroan hanya mengandalkan penjualan di dalam negeri.
PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk (PDES)
Emiten jasa pariwisata berambisi melebarkan sayap ke Thailand dan Vietnam untuk menangkap perpindahan turis yang mengunjungi beberapa negara Asean sekaligus.
Secara historis, perseroan memperkirakan 80 persen turis mancanegara yang singgah ke Indonesia, akan menuju negara Asia Tenggara lain. Untuk itu, setelah mendapatkan kontrak jasa di dalam negeri, perseroan menargetkan dapat melanjutkan jasa serupa di negara Asean lain.
Sekretaris Perusahaan Destinasi Tirta Nusantara AB Sadewa menyampaikan sejauh ini di Asia Tenggara perseroan telah mengoperasikan kantor operasional di Malaysia, untuk menggarap wisatawan yang menunjungi Negeri Jiran tersebut.
“Di pipeline kami berikutnya itu adalah Thailand dan Vietnam, mungkin yang paling dekat [realisasinya] adalah Vietnam. Pada umumnya setelah dari Indonesia, turis-turis melanjutkan perjalanan ke negara Asean lain sehingga kami cari market untuk bisa handling di negara lain,” ungkap Sadewa seperti dikutip Bisnis Indonesia.
PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC)
Perseroan bakal lebih ekspansif tahun ini. Hal tersebut tercermin pada anggaran belanja modal atau capital expendutre (capex) perusahaan ini yang nilainya berkali-kali lipat lebih besar. Tahun ini, penyedia bahan bangunan dan barang plastik ini menyiapkan capex senilai Rp190 miliar.
Angka ini naik hampir tiga kali lipat dibanding tahun lalu, yang sekitar Rp64 miliar. Alokasi penggunaannya beragam. Sebagian ada yang digunakan untuk pembelian lahan dan bangunan. Sebagian lagi digunakan untuk pembelian mesin, kendaraan dan peralatan pabrik.
"Sumber dana dari kas internal," ujar Sekretaris Perusahaan IMPC Lenggana Linggawati seperti dikutip Kontan.
IMPC memang sudah menghabiskan seluruh dana hasil initial public offering (IPO) yang dihelat pada akhir 2016 silam. Akan tetapi, perusahaan ini masih memiliki kas dan setara kas Rp218,15 miliar per akhir kuartal ketiga tahun lalu.
(AM)