Permintaan Batu Bara Kalori Tinggi Naik, BOSS Bidik Pendapatan Meroket 50 Persen

Bareksa • 18 Jan 2019

an image
Direktur Keuangan PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) Widodo Nurly Sumady berbincang dengan wartawan di sela Public Ekspos Perseroan di Jakarta, Jumat (18/1/2019)

Permintaan batu bara perseroan berasal dari dalam negeri dan luar negeri seperti Jepang dan Korea

Bareksa.com – Permintaan batu bara berkalori tinggi masih dalam tren baik. Beberapa perusahaan tambang batu bara nasional pun berencana menggenjot produksi untuk memenuhi permintaan yang ada.

Salah satunya PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS). Berdasarkan hasil pengeboran, perseroan mendapatkan tambahan cadangan (reserve) dari 10,5 juta MT di 2017 menjadi 15,3 juta MT (JORC) di 2018. Perusahaan juga mendapatkan tambahan sumber daya (resource) dari 17 juta MT di tahun 2017 menjadi 37 juta MT (JORC) di 2018.

Direktur Keuangan Borneo Sarana Widodo Nurly Sumady menyampaikan, pihaknya optimis menggenjot produksi tahun ini serta melakukan banyak investasi.

“Karena permintaan akan jenis batu bara yang ada di tambang kami banyak diminati pembeli, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dengan harga yang lebih stabil serta terbilang cukup tinggi,” ujar Widodo, Jumat, 18 Januari 2019.

Widodo menuturkan, harga jual untuk batu bara kalori tinggi masih tinggi, pangsa batu bara kalori tinggi yang jelas yaitu di negara maju seperti Jepang dan Korea menjadi dasar pertimbangan bagi perseroan untuk meningkatkan volume produksi di tahun 2019.

Harga batu bara berkalori tinggi berdasarkan Index New Castle saat ini masih tinggi atau berada di atas US$95 per metrik ton.

Laporan Laba (Rugi) Konsolidasian Borneo Sarana Hingga September 2018

Sumber: Materi presentasi perseroan

Untuk mendukung produksi batu bara perseroan, Widodo menegaskan, pihaknya berhasil menambah dua armada (fleet) pada akhir 2018 serta menunjuk kontraktor baru untuk menggarap area pertambangan di bawah nungan anak usaha yakni PT Pratama Bersama.

“Kami juga berencana menambah lagi enam armada alat berat,” ungkap Widodo.

Widodo menambahkan, perseroan juga gencar membangun infrastruktur pendukung produksi seperti pembangunan jetty di sungai Mahakan, membangun barge loading conveyor, serta berinvestasi di alat transportasi seperi dump truck.

Hingga akhir September 2018, perseroan sudah mengantongi pendapatan Rp182,22 miliar dengan laba bersih Rp30,22 miliar. Perseroan memperkirakan total pendapatan tahun 2018 naik 30 persen dari tahun 2017 atau berkisar Rp272,61 miliar.

“Kami berharap dengan adanya tambahan armada alat berat serta peningkatan produksi, maka tahun ini kami targetkan pendapatan naik 50 persen,” jelas Widodo.

Dengan begitu, pendapatan perseroan tahun ini bisa mencapai Rp408,91 miliar.