Bareksa.com - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) semakin mematangkan proses akuisisi bank kecil. Perseroan berharap bisa menyelesaikan akuisisi tersebut pada tahun ini.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan, bank yang akan diakuisisi berjumlah dua bank, satu dari dua bank sudah tersebut sudah selesai proses akuisisinya. "Ada dua bank, 1 udah siap,” ujar dia usai acara Peresmian Kemitraan Jaringan PRIMA dengan 14 Mitra Bank di Ritz Carlton Pacific Place, Selasa (15 Januari 2019).
Jahja tidak memperinci jenis bank yang akan diakuisisi tersebut. Namun Jahja memberikan petunjuk apabila bank yang akan diakuisisi tersebut bukanlah termasuk dari 14 bank yang hadir dalam kerja sama dengan PT. Rintis Sejahtera pada Selasa, 15 Januari 2018.
Dalam acara kerjasama tersebut, hadir 14 bank yakni Citibank Indonesia, PT. Bank Capital Indonesia Tbk (BACA), PT. Bank Harda Internasional Tbk (BBHI), PT. Bank Kalteng, PT. Bank Maluku Malut, PT. Bank Mestika Dharma Tbk (BBMD), PT. Bank Sumut, PT. Bank Ina Perdana Tbk (BINA), PT. Bank Index Selindo, Bank of China, QNB Indonesia, PT. Bank Panin Dubai Syariah, PT. Bank Prima Master dan Bank BPD Bali.
“Tidak ada di sini (di acara kerja sama dengan 14 bank), dari awal saya sudah bilang bukan (Bank Harda Internasional),” papar dia.
Sebelumnya memang sempat ramai dirumorkan bahwa BCA akan mengakuisisi bank dengan kode BBHI tersebut. Namun, kabar tersebut telah dibantah oleh pihak Bank Harda, yang justru berencana menerbitkan saham baru.
Tak lama, Bank Panin juga dikabarkan menjadi incaran akuisisi BCA sehingga sempat mendongkrak saham-saham grup Panin yang dimiliki oleh taipan Mukmin Ali.
Meski sedikit berbicara mengenai proses akuisisi tersebut, Jahja menekankan, pihaknya ingin segera merampungkan akuisisi tersebut tahun ini. "Tahun ini harus, tidak akan molor,” kata dia.
Harga Saham dan Target Kinerja
Rencana akuisisi bank kecil sudah direncanakan oleh BCA sejak tahun 2016. Sejak saat itu pula, harga saham BCA terus mencatat peningkatan.
Berdasarkan data Bareksa, harga saham BBCA pada 15 Januari 2016 baru mencapai Rp 13.000/lembar saham. Pada 15 Januari 2019, harganya sudah mencapai Rp 26.000/saham atau meningkat dua kali lipat.
Sementara apabila dilihat secara year to date atau dibandingkan akhir 2018, harga saham BBCA masih bertahan di angka Rp 26.000/lembar saham.
Dengan adanya akuisisi bank kecil tersebut, perseroan berharap bisa mendukung kinerja bank. Pada tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit di level moderat 10 persen dan level optimis di angka 15 persen.
“Kalau menetapkan target, kami memang agak konservatif. Namun kalau ada kesempatan kami dorong, kalau bisa kejar sampai 15 persen mumpung likuiditas ada,” ucap dia.
Penetapan target 2019 tersebut, menurut Jahja juga berkaca pada realisasi 2018. Pada tahun lalu, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan kredit 15 persen dan dana pihak ketiga (DPK) 8-9 persen.
Selain berencana mengakuisisi bank kecil, perseroan juga berencana untuk bekerja sama dengan Wechat dan Alipay, salah satu pembayaran elektronik asal China. Pihak internal dari BCA sedang mendiskusikan rencana ini lebih jauh.
Jahja menjelaskan, Alipay dan We Chat selaku issuer membutuhkan acquirer atau pihak yang dapat memproses data uang elektronik yang diterbitkan oleh pihak lain. Dalam hal ini, BCA bisa mengakomodasi sistem pembayaran wisatawan asal Tiongkok. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.