Bareksa.com - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memperkirakan pertumbuhan kredit pada tahun 2019 bisa berada di angka 8 - 10 persen. Hal ini salah satunya didukung oleh kantor cabang digital dan kerjasama dengan e-commerce.
Direktur BCA Henry Koenaifi menjelaskan semua sektor berperan dalam mendukung pertumbuhan kredit pada tahun 2019. Pola ini tidak berbeda jauh dari tahun 2018.
"Semua sektor, korporasi, komersial dan konsumer bergerak lumayan, polanya tidak jauh (dari 2018)," kata dia di Jakarta, Rabu (9/1).
Untuk mencapai target pertumbuhan kredit itu, perseroan melakukan inovasi kantor cabang melalui pembukaan cabang digital. Sejauh ini, perseroan sudah membuka kantor cabang digital tersebut di Gandaria dan Summarecon Serpong. Kantor cabang digital ini dinilai mampu menekan biaya operasional perseroan.
BCA juga meningkatkan layanan kepada nasabah melalui kerjasama dengan Shopee Indonesia terkait penerimaan pembayaran melalui OneKlik.
Wakil Presiden Direktur BCA Armand W. Hartono menjelaskan, meningkatnya minat masyarakat untuk berbelanja secara online harus dibarengi dengan berbagai alternatif pembayaran yang tidak hanya aman, namun juga semakin memudahkan pembeli.
"Sekarang minat masyarakat sangat tinggi untuk belanja online, inovasi terbaru kami OneKlik ini, kami yakini dapat menambah kenyamanan masyarakat dalam melakukan pembayaran belanja online," ujar dia.
OneKlik merupakan salah satu inovasi berbasis teknologi Application Programming Interface (API). OneKlik semakin melengkapi fitur API BCA lainnya, seperti online transfer, informasi saldo, mutasi rekening, virtual account, dan puluhan fitur API BCA lainnya. API BCA telah digunakan oleh ratusan nasabah bisnis dengan mayoritas penggunanya bergerak di bidang fintech dan e-commerce, salah satunya Shopee.
Lebih lanjut, dari sisi likuiditas, perseroan mengaku tidak mengalami permasalahan, meski batas waktu holding periode dana repatriasi amnesti pajak akan mendekati batas akhir tahun ini.
"Dana yang keluar (pull out) tidak akan besar, 50 persen masih akan stay karena dikonversi ke (instrumen) yang yield-nya lebih tinggi," papar Henry.
Henry mencontohkan, instrumen Saving Bond Ritel (SBR) yang bisa memberikan imbal hasil hingga di atas 8 persen.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pun, perseroan sudah melakukan penyesuaian suku bunga deposito. "Dalam 1,5 tahun, sudah naik 2 persen," ucap dia.
Sebelumnya, BCA mencatat pertumbuhan kredit sebesar 17,3 persen (yoy) atau mencapai Rp516 triliun hingga akhir kuartal III 2018 yang didukung peningkatan penyaluran kredit investasi maupun modal kerja dalam periode ini.
Kredit korporasi tercatat tumbuh 23,3 persen (yoy) atau mencapai Rp199,2 triliun, karena adanya permintaan dari sektor jasa keuangan, telekomunikasi, minyak nabati dan hewani serta infrastruktur di sektor energi.
Kredit komersial dan UKM ikut tercatat tumbuh 17,6 persen (yoy) menjadi Rp176,4 triliun dan kredit konsumer tumbuh 9 persen (yoy) menjadi Rp139,9 triliun. Untuk portfolio kredit konsumer, kredit pemilikan rumah tercatat naik 9,4 persen (yoy) menjadi Rp86,3 triliun dan kredit kendaraan bermotor meningkat 7,7 persen (yoy) menjadi Rp41,5 triliun.
Pada periode yang sama, total outstanding kartu kredit mengalami pertumbuhan 10,9 persen (yoy) menjadi Rp12,1 triliun.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) pada akhir September 2018 tercatat 1,4 persen atau masih berada dalam tingkat toleransi yang dapat diterima. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah (loan loss coverage) tercatat 187 persen.
BCA terus mempertahankan posisi likuiditas dan permodalan yang kokoh dengan rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) sebesar 80,9 persen dan rasio kecukupan modal (CAR) 23,2 persen.
(AM)