Bareksa.com - Keputusan Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan pada pekan kemarin semakin menambah “kebencian” Presiden Donald Trump kepada Gubernur The Fed Jerome Powell.
Melansir dari Bloomberg News, Presiden Trump diberitakan telah membahas pemecatan Jerome Powell. Trump frustasi karena pekan kemarin bank sentral memutuskan menaikkan suku bunga acuan yang menggoncang pasar saham.
Sekadar mengingatkan, Rabu (19 Desember 2018) waktu setempat, The Fed menetapkan kisaran target suku bunga acuannya naik sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25 persen - 2,5 persen.
Namun, menurut Morgan Stanley, presiden AS tidak memiliki wewenang untuk memecat bos The Fed tersebut.
"Presiden dapat mencalonkan pejabat. Tetapi setelah gubernur dikonfirmasi, presiden keluar dari itu dan satu-satunya cara Anda dapat memecat pejabat dari kantornya secara harfiah hanya jika mereka melanggar hukum. Kongres harus menemukan alasan untuk memecatnya melalui pemungutan suara dan prosedur," kata Ellen Zentner, kepala ekonom Morgan Stanley, dilansir dari CNBC International, Kamis (29 November 2018).
Hukum AS mengatakan pejabat The Fed dan orang-orang dari lembaga independen lainnya dapat "dipecat karena sebuah alasan," menurut laporan oleh The Washington Post, Rabu. "Alasan" tersebut lebih dari soal ketidaksepakatan kebijakan dengan presiden saja, tambah the Post.? Sejauh ini, tidak ada gubernur The Fed yang dicopot oleh seorang presiden, menurut the Post.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Presiden Trump tidak bisa semena-mena memecat Powell hanya karena ketidaksukaannya terhadap kebijakan yang diambil. Powell tidak akan terpengaruh oleh kecenderungan politik, ia hanya terpengaruh oleh apa yang data katakan kepadanya tentang ekonomi.
Kritikan Trump
Sebagai informasi, Jerome Powell mulai menjabat sebagai gubernur The Fed sejak Februari 2018 setelah dinominasikan oleh Trump dan disetujui Senat. Sejak menduduki posisinya, Jerome Powell sudah empat kali menaikkan suku bunga acuan. Saat ini bunga acuan AS sudah berada di kisaran 2,25 persen -2,5 persen.
Keputusan tersebut memicu Trump yang secara terang-terangan terus mengkritik kebijakan Jerome Powell dkk. yang dinilai hawkish. Berikut beberapa kritikan yang pernah dilontarkan eks taipan properti tersebut kepada pemimpin tertinggi The Fed.
Sebelumnya, pada Rabu (19 Desember 2018), The Fed menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kalinya tahun ini, dengan menetapkan kisaran target suku bunga acuannya naik sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25 persen - 2,5 persen. Hal ini dapat berdampak pada perlambatan ekonomi AS, dengan sejumlah indikator yang diproyeksikan lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
Investor menilai kala The Fed melepas kepemilikan surat-surat berharga, maka efeknya akan hampir sama dengan menaikkan suku bunga acuan yaitu menyedot likuiditas. Artinya, ke depan likuiditas akan masih cenderung ketat sehingga sepertinya perlambatan ekonomi akan sulit dihindari. (Baca juga: Fed Rate Naik Jadi 2,5 Persen, Rupiah dan IHSG Dibuka Langsung Melemah)
(KA01/hm)