Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 26 Desember 2018 :
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)
Perseroan kian gencar berekspansi. Selain tengah mengkaji rencana akuisisi dua hingga tiga pabrik baja, perseroan juga akan menambah pembangkit listrik tenaga surya mengapung pada 2019.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, perseroan secara bertahap melakukan perluasan bisnis. Saat ini, emiten dengan kode saham KRAS tersebut fokus terlebih dahulu untuk pengoperasian fasilitas blast furnace yang baru saja dinyalakan pada pekan lalu.
“Untuk pabrik baja yang akan kami akuisisi itu masih dalam proses due diligence. Nanti mulainya pada kuartal II 2019. Kami sedang mempelajari [untuk mengakuisisi] dua hingga tiga pabrik [baja],” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Dia menyebutkan, pabrik yang akan diakuisisi perusahaan pelat merah tersebut merupakan pabrik baja yang berada di industri hilir, yaitu untuk produk besi beton.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Perseroan telah resmi memiliki anak usaha modal ventura. Bank dengan sandi saham BBRI ini telah membeli seluruh saham PT BRI Ventura Investama (BRI Ventures) yang sebelumnya dimiliki oleh PT Bahana Artha Ventura (BAV).
Sebelumnya nama BRI Ventures adalah PT Sarana Nusa Tenggara Timur Ventura. Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Lewat aksi korporasi ini, BRI memiliki 15.874 saham BRI Ventures atau setara dengan 97,61 persen dari seluruh saham yang diterbitkan oleh BRI Ventures. Adapun nilai transaksi ini sebesar Rp3,09 miliar.
Surat yang ditandatangani oleh Sekretaris Perusahaan BRI, Bambang Tribaroto menyatakan transaksi ini sudah dilaksanakan pada Kamis. Tulis Bambang, pelaksanaan transaksi ini mengakibatkan BRI Ventures menjadi anak perusahaan yang terkonsolidasi dengan BRI.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
Emiten menara ini berencana menerbitkan obligasi sebagai salah satu opsi pendanaan pada tahun depan. Chief Financial Officer Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengatakan bahwa sejauh ini produk obligasi masih menarik meski pasar sedang fluktuatif. Pada 2018, perseroan tercatat beberapa kali merilis obligasi.
“Kalau tahun depan market-nya bagus, kami pertimbangkan untuk issuing IDR bond kami yang izinnya sampai Rp7 triliun. Nanti akan dikombinasikan dengan pinjaman kami yang belum dicairkan dan dana internal untuk ekspansi tahun depan,” ungkap Helmy seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan perseroan, emiten dengan sandi TBIG tersebut memiliki rencana penerbitan obligasi melalui skema Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure dengan target himpunan dana Rp7 triliun.
Obligasi yang efektif per 28 Juni 2018 tersebut ditawarkan dengan tingkat bunga tetap 8,5 persen per tahun dalam durasi 3 tahun. Selain untuk ekspansi, dana obligasi tersebut juga akan digunakan untuk pembayaran pinjaman entitas anak perseroan yaitu PT Solusindo Kreasi Pratama.
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
Presiden Direktur Medco Hilmi Panigoro menyampaikan, pada 2019 perusahaan mengalokasikan capex lebih besar untuk sektor kelistrikan senilai US$110 juta, dari 2018 senilai US$50 juta.
“Capex power lebih tinggi karena sudah mulai komitmen untuk proyek Riau dan Ijen,” kata Hilmi seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Melalui anak usahanya PT Medco Power Indonesia (MPI), perusahaan menggarap proyek PLTU Riau berkapasitas 250 MW.
Di Ijen, Jawa Timur, MPI akan melakukan pengeboran untuk menghitung aset panas bumi (appraisal drilling) pada kuartal II 2019. Hilmi menuturkan, pada 2019 belum ada proyek besar migas untuk eksplorasi dan produksi (E&P).
Adapun, pengerjaan lapangan Senoro fase II baru mulai pada kuartal I 2019 sehingga produksi gas dapat meningkat 450 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).
PT Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA)
Perusahaan anggota Grup Sinarmas di segmen jasa keuangan tak mau ketinggalan tren perkembangan bisnis keuangan digital. Perseroan bakal fokus pada pengembangan bisnis teknologi untuk menciptakan peluang baru di segmen bisnis tersebut.
Emiten keuangan ini akan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp456 miliar.
"Ini untuk investasi di sektor strategis dan mendorong efektivitas dan efisiensi perusahaan serta anak usaha," ujar Direktur SMMA Kurniawan Udjaja.
PT Elnusa Tbk (ELSA)
Perseroan membidik pertumbuhan pendapatan 2019 sekitar 10 persen dari tahun 2018. Untuk capex yang dianggarkan juga tidak jauh berbeda dibanding tahun ini, sekitar Rp600 miliar.
Head of Investor Relations ELSA Rifqi Budi Prasetyo mengatakan ELSA akan mengusahakan pertumbuhan kinerja pendapatan bisa mencapai 10 persen.
Jasa hulu tahun depan diperkirakan akan lebih baik karena ELSA sudah mendapat kontrak pengeboran baru dan juga seismik yang akan berjalan full sepanjang tahun depan.
"Di samping juga bisnis jasa non-asset based melalui engineering, procurement, construction, operation & maintenance (EPC-OM) juga semakin meningkat," ujar dia.
(AM)