Berita Hari Ini : HRUM Akan Buyback 4,93 Persen, SSMS Bidik Pasar Ekspor

Bareksa • 14 Dec 2018

an image
Pengangkutan Batubara Harum Energy (Company)

SSIA optimistis kinerja 2019, ANTM andalkan emas dan feronikel, Sentra Food akan IPO, PPRE target pendapatan Rp4,5 T

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 14 Desember 2018 :

PT Harum Energy Tbk (HRUM)

Perseroan berencana untuk melakukan pembelian kembali saham atau buyback sebanyak-banyaknya 133,38 juta saham atau sebesar 4,93 persen dari modal disetor.

Rencana tersebut, bakal dieksekusi usai mendapat restu pemegang saham di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 18 Januari 2019.

Nantinya, eksekusi buyback akan direalisasikan secara bertahap paling lama 18 bulan setelah mendapat persetujuan. Hingga 30 September 2018, kepemilikan saham terbesar di HRUM dikuasai PT Karunia Bara Perkasa sebanyak 74,05 persen, saham yang dimiliki publik 20,76 persen.

HRUM telah memiliki treasury stock dari buyback sebelumnya sebesar 5,07 persen dan sisanya dimiliki PT Bara Sejahtera Abadi dan dewan komisaris.

PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)

Emiten perkebunan sawit ini akan menggenjot ekspor CPO pada tahun depan dengan menambah sejumlah pasar ekspor baru guna meningkatkan kinerja keuangan perseroan.

Chief Executive Officer Sawit Sumbermas Sarana Vallauthan Subraminam mengatakan pada kuartal I 2019, perseroan akan mulai melakukan roadshow ke sejumlah negara untuk mencari pasar ekspor baru. Sejumlah negara yang dituju, antara lain Laos, Kamboja, Nepal, Burma, Uzbekistan, dan Bulgaria.

“Tim kami akan berangkat awal tahun depan ke sejumlah negara. Di Asean banyak, di negara lain juga potensinya cukup besar. Meski mungkin kebutuhan mereka tidak besar, tapi kan mereka butuh dan belum tersentuh,” katanya seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Diperkirakan pada kuartal II 2019, emiten dengan kode saham SSMS itu sudah memiliki pasar ekspor baru.

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)

Perseroan optimistis kinerja pada 2019 akan membaik seiring insentif yang dikeluarkan pemerintah serta beberapa proyek strategis yang telah dipersiapkan perusahaan.

Head of Investor Relations Surya Semesta Investama Erlin Budiman memperkirakan, penyerapan lahan kawasan industri akan semakin membaik pada 2019, setelah mengalami tren yang tak kunjung membaik sejak 2015.

"Bahkan beberapa pihak memperkirakan pertumbuhan penjualan lahan kawasan industri pada 2019 sebesar 10  - 15 persen," tuturnya.

Erlin menuturkan, meski banyak investor memilih wait and see di 2019 lantaran bersamaan dengan tahun politik di Indonesia, SSIA telah mempersiapkan beberapa langkah strategis yang akan berkontribusi positif dalam jangka waktu panjang. Di antaranya pengembangan kawasan Subang City of Industry.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

Perseroan tengah memproyeksi keberlangsungan bisnisnya di tahun depan. Disinyalir kinerjanya akan berlangsung membaik. Ini dibuktikan dengan pertumbuhan kinerjanya pada kuartal III tahun ini.

Pada kuartal III 2018, total penjualan Antam mencapai Rp19,69 triliun, melonjak 187 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp6,69 triliun. Nilai kas dan setara kas yang dikantongi perusahaan mencapai Rp5,81 triliun.

Sumbangsih pendapatan emas pada kuartal III 2018 sebesar Rp13,38 triliun dengan volume 22,38 ton. Sedangkan feronikel pada 2018 tercatat berkontribusi Rp3,85 triliun. Jumlah ini rupanya cukup mendorong penjulan Antam lantaran tahun lalu, Antam dilarang memproduksi dan menjual feronikel.

PT Sentra Food Indonesia

Calon emiten ini membidik dana segar sekitar Rp28,75 miliar hingga Rp37,5 miliar dari penawaran umum perdana saham.

Aksi initial public offering (IPO) PT Sentra Food Indonesia ditangani oleh PT Jasa Utama Capital selaku penjamin pelaksana emisi efek. Direktur Utama PT Jasa Utama Capital Deddy Suganda menuturkan harga penawaran IPO Sentra Food berada pada kisaran Rp115-Rp150 per saham.

Harga tersebut, lanjutnya, mencerminkan harga per laba atau price earning ratio (PER) sebesar 12 kali dan proyeksi earning per share (EPS) 2019 sebesar Rp6 per saham.

PT PP Presisi Tbk (PPRE)

Pendapatan konstruksi dari pembangunan infrastruktur masih menjadi penopang kinerja keuangan perseroan pada 2019. Investor Relation PP Presisi Bambang Suyitno memproyeksikan perseroan dapat mengantongi pendapatan Rp4 triliun hingga Rp4,5 triliun pada 2019.

Target tersebut naik 28,57 persen dari proyeksi capaian pada tahun ini sekitar Rp3 triliun hingga Rp3,5 triliun.

“Pertumbuhan pendapatan masih ditopang oleh pendapatan konstruksi dari pembangunan infrastruktur. Kontribusi jasa pertambangan [pada 2019] diharapkan ada peningkatan dari 2018,” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Untuk belanja modal tahun depan, Bambang menyebutkan, jumlah yang dianggarkan perseroan yakni senilai Rp1 triliun hingga Rp1,5 triliun. Menurutnya, dana tersebut akan digunakan untuk sejumlah rencana investasi perseroan.

(AM)