Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 12 Desember 2018 :
NAB Reksadana
Dana kelolaan industri reksadana sudah menyentuh Rp504 triliun atau melampaui target yang dipatok oleh Otoritas Jasa Keuangan dan asosiasi industri pada tahun ini.
Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Deputi Pengawas Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi mengatakan angka tersebut tercapai pada 5 Desember 2018. Meski sudah menyentuh Rp504 triliun, penambahan dana kelolaan atau nilai aktiva bersih (NAB) diprediksi tidak signifikan lagi hingga akhir tahun.
“NAB year to date naik 10,17 persen, saat ini sudah Rp504 triliun per 5 Desember lalu. Sampai akhir tahun mungkin masih sekitar itu,” katanya.
Menilik data OJK, sebenarnya pada tahun ini NAB industri reksa dana beberapa kali menyentuh angka di atas Rp500 triliun, yakni pada April dan Mei 2018. Namun, pada Juni 208 NAB kembali anjlok karena investor melakukan pencairan atau redemption.
Dengan capaian itu, kata Fakhri, OJK optimistis pertumbuhan dana kelolaan pada tahun depan bisa lebih tinggi, yakni pada kisaran 10 - 15 persen. Sebelumnya, target yang ditetapkan OJK pada tahun depan adalah Rp60 triliun atau tumbuh 12 persen dengan asumsi NAB Rp500 triliun pada akhir 2018.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR)
Jelang tutup akhir tahun ini, pemerintah provinsi Jawa Barat yang dipimpin Ridwan Kamil memberi gebrakan. Kali ini terkait masa depan salah satu BUMD yakni Bank BJB.
Pria yang akrab dengan sapaan Kang Emil itu merombak susunan direksi dan fokus bisnis BJB. Kini, BJB memiliki direktur utama baru hingga pelaksanaan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) tahun depan.
“Kami membutuhkan sosok baru yang bisa menjawab sejumlah tantangan, untuk itu dirut diberhentikan, tapi boleh mengikuti lagi fit and proper test di tantangan baru ini,” kata Kang Emil.
Perubahan susunan manajemen ini pun langsung diikuti dengan keinginan Kang Emil agar BJB kembali menjadi bank pembangunan daerah, khususnya wilayah Jawa Barat. Salah satunya dengan memperbesar porsi penyaluran kredit sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Kang Emil menilai, porsi kredit UMKM BJB baru 5 persen dan diharapkan meningkat menjadi 40 persen dengan tetap mempertahankan fokus bisnis utama yakni kredit konsumer.
PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI)
Perseroan mengantongi restu pemegang surat utang untuk merestrukturisasi Obligasi I Express Transindo Utama Tahun 2014 dengan nilai pokok Rp1 triliun.
Seperti dikutip Bisnis Indoensia, Direktur Utama Express Transindo Utama Benny Setiawan menuturkan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) membahas delapan agenda yang merupakan usulan dari pemegang obligasi. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pemegang obligasi yang mewakili nilai pokok obligasi Rp840 miliar.
Dalam RUPO tersebut, sebanyak 91 persen pemegang obligasi yang hadir menyetujui skema restrukturisasi obligasi emiten berkode saham TAXI itu. Restrukturisasi obligasi emiten milik Grup Rajawali tersebut akan digulirkan dengan dua skema.
Yakni perseroan akan mengonversi Rp400 miliar pokok obligasi langsung menjadi saham emiten dengan nilai konversi saham sesuai ketentuan yang berlaku.
“Rencananya RUPS itu akan kami lakukan pada pekan pertama atau pekan kedua Februari 2019,” ungkapnya.
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)
Emiten peritel ini akan mengalokasikan belanja modal Rp800 miliar untuk kebutuhan ekspansi pada 2019.
Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Head of Corporate Communication Mitra Adiperkasa Fetty Kwartati menuturkan belanja modal senilai Rp800 miliar akan digunakan untuk menambah gerai dengan luas sekitar 50.000 m2. Penambahan gerai-gerai baru sejalan dengan rencana perseroan untuk memperluas jaringan.
“Tahun depan capital expenditure berkisar Rp800 miliar untuk menambah 50.000 m2,” ungkapnya.
Hingga September 2018, belanja modal yang telah diserap oleh perseroan mencapai Rp660 miliar. Hingga akhir November 2018, emiten berkode saham MAPI tersebut telah menambah sebanyak 113 gerai, dan berencana menambah beberapa gerai baru hingga pengujung 2018.
PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)
Pendapatan dari penjualan produk amonia berpotensi meningkat signifikan sejalan dengan volume produksi yang digenjot naik lebih dari dua kali lipat menjadi 700.000 ton pada 2019.
Vice President Director & CEO Surya Esa Perkasa Chander Vinod Laroya menuturkan, volume produksi amonia pada tahun ini berpotensi mencapai 305.000 ton. Dari penjualan produk tersebut, emiten berkode saham ESSA ini memperkirakan dapat mengantongi pendapatan senilai US$100 juta.
“Tahun depan produksi amonia kami akan meningkat signifikan,” tuturnya,.
Laroya menyampaikan pada tahun depan produksi dan penjualan amonia bakal melampaui dua kali lipat dibandingkan dengan kinerja 2018. Dengan estimasi kapasitas pabrik yang penuh, produksi amonia ESSA pada 2019 dapat mencapai 700.000 ton.
Rupiah
Rupiah kembali melemah di kisaran Rp14.600. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah bertengger di level Rp14.613 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa.
Bila dibanding sehari sebelumnya, rupiah melemah 0,66 persen dibanding sehari sebelumnya yang sebesar Rp14.517 per dolar AS. Sementara itu, di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp14.608, melemah 0,37 persen dari sehari sebelumnya yang ada di level Rp14.553 per dolar AS.
Untuk memastikan rupiah tidak melemah terlalu tajam, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), pasar spot, dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
"Pemenang lelang DNDF sebesar US$ 74 juta dari target indikatif US$ 30 juta," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah.
(AM)