Bareksa.com - Imbal hasil surat utang Amerika Serikat (AS) bertenor dua tahun mencapai 2,719 persen, lebih tinggi dari imbal hasil surat utang AS bertenor lima tahun 2,701 pada Ahad (9/12). Alhasil terdapat perbedaan 8 basis poin (bps) di mana imbal hasil jangka pendek justru lebih tinggi.
Yield tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang sering disebut inverted. Inverted yield menjadi indikator bahwa dalam waktu dekat akan ada tekanan yang besar di pasar keuangan, sebab investor meminta 'jaminan' lebih tinggi untuk memegang obligasi jangka pendek. Artinya risiko dalam jangka pendek lebih besar ketimbang jangka panjang.
Risiko tersebut dicerna oleh pasar sebagai sentimen negatif yang signifikan karena belum pernah terjadi selama 10 tahun terakhir. Melihat hal tersebut, investor pun meninggalkan instrumen berisiko seperti saham dan berpaling ke dolar AS (safe heaven).
Apa itu yield curve mendatar dan terbalik (inverted)?
Kurva imbal hasil akan datar ketika premi, atau spread, untuk obligasi jangka panjang turun ke nol, misalnya ketika yield obligasi tenor 5 tahun tidak berbeda dengan surat utang berjangka waktu dua tahun. Jika spread berubah negatif, kurva dianggap "terbalik."
Apa yang terjadi dengan yield curve AS?
Tren yield curve mendatar yang terjadi pada akhir 2017 telah berlanjut hingga 2018. Dengan Federal Reserve menaikkan suku bunga pada Maret, Juni, dan September dan mengindikasikan satu lagi kenaikan sebelum akhir tahun. Spread antara obligasi dua tahun dan 10 tahun sekitar 139 basis poin per 9 Desember 2018.
Apakah tenor berpengaruh?
Umumnya, semakin dekat tenornya, semakin sempit imbal hasil spread di antara mereka. Itu juga berarti beberapa bagian kurva cenderung terbalik sebelum yang lain.
Lebih khusus lagi, spread antara Treasuries jatuh tempo dalam dua tahun dan tiga tahun, dua tahun dan lima tahun, serta tiga tahun dan lima tahun semua jatuh di bawah nol pada Desember.
(AM)