Hingga 31 Oktober 2018, SMF Telah Salurkan KPR Rp45,34 Triliun

Bareksa • 03 Dec 2018

an image
Suasana perumahan kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi yang masih tahap pembangunan di salah satu perumahana di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa, 8 Agustus 2017. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Hal ini untuk memperkuat peran perusahaan sebagai special mission vehicle (SMV)

Bareksa.com - Sejak awal berdiri PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF telah mengalirkan dana ke Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hingga 31 Oktober 2018 mencapai Rp45,34 triliun.

Angka tersebut terdiri dari sekuritisasi Rp10,16 triliun dan penyaluran pinjaman Rp35,18triliun, di mana dana yang telah dialirkan tersebut telah membiayai 753 ribu debitur dari Aceh hingga Papua.

Hal ini untuk memperkuat peran perusahaan sebagai special mission vehicle (SMV) Kementerian Keuangan melalui melalui berbagai inisiatif produk/program serta peningkatan kinerja yang telah direalisasikan sampai dengan akhir Oktober tahun 2018.

Lebih lanjut Ananta mengungkapkan dalam memperkuat perannya sebagai SMV dan fiscal tools pemerintah, SMF juga aktif melakukan inisiasi beberapa produk/program.

Di antaranya yaitu pembiayaan perumahan di daerah yang terdampak bencana (program KPR SMF pasca bencana), program penurunan beban fiskal, program pembiayaan homestay di 4 destinasi wisata, dan program pembangunan rumah di daerah kumuh di 32 kota.

Pada inisiasi pertama yaitu program penurunan beban fiskal direalisasikan melalui pemberian dukungan kepada pemerintah dalam program KPR FLPP, SMF berperan dalam mengurangi beban fiskal pemerintah dengan membiayai porsi 25 persen pendanaan KPR FLPP. Sehingga pemerintah hanya menyediakan 75 persen dari total pendanaan FLPP dari semula yang sebesar 90 persen.

Dengan dukungan tersebut, jumlah rumah yang akan dibiayai meningkat dari semula 60.000 unit menjadi 72.000, hal tersebut memberikan dampak positif yaitu semakin banyak masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang memperoleh fasilitas KPR FLPP disamping adanya penyerapan tenaga kerja dari pembangunan rumah yang berujung pada terciptanya multiplier effect.

Program kedua yaitu program pembiayan homestay di destinasi wisata. Program ini merupakan program yang ditujukan untuk mendukung program Kementerian Pariwisata. SMF bekerja sama dengan BUMDes sebagai lembaga penyalur dan Pokdarwis (kelompok sadar wisata).

Ananta mengatakan bahwa program pembiayaan Homestay diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membangun/memperbaiki kamar rumah yang akan disewakan kepada wisatawan sehingga dapat mendatangkan penghasilan bagi pemilik dan menciptakan lapangan kerja.

Adapun di tahun 2019, skema pembiayaan homestay akan dievaluasi dan diduplikasikan pada 4 destinasi wisata prioritas, dengan perkiraan mencapai 305 unit.

Program ketiga, Program Pembangunan Rumah di Daerah Kumuh, dimana SMF akan bersinergi dengan Dirjen Cipta Karya, KementerianPUPR melalui program KOTAKU (kota tanpa kumuh) untuk turut serta mengatasi daerah kumuh melalui renovasi/pembangunan rumah.

Pembangunan rumah di daerah kumuh tersebut nantinya akan bekerja sama dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) / Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Program ini diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui ketersediaan hunian yang layak, serta menciptakan lingkungan rumah yang sehat.

Program ke empat yaitu program KPR SMF pasca bencana. Dalam program ini SMF akan membantu meringankan beban pemerintah dalam merevitalisasi pemukiman masyarakat pasca bencana alam di Indonesia.

SMF akan berkerjasama dengan perbankan untuk menyalurkan pembiayaan renovasi rumah-rumah masyarakat yang terdampak bencana.

Untuk tahap pertama, SMF merencanakan kerjasama dengan Bank NTB Syariah sebagai lembaga penyalur pembiayaan KPR pasca bencana kepada ASN korban gempa bumi di lombok. 

(AM)