Berita Hari Ini : BUMI Perbesar Ekspor ke China, ITMG Target Akuisisi 9 Tambang

Bareksa • 30 Nov 2018

an image
Petugas memantau heavy dump truck yang menurunkan batubara di kawasan tambang batubara milik Adaro, Tabalong, Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Laba BNII naik 3,4 persen, ADHI siapkan capex Rp5 triliun, Laba TINS turun

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 30 November 2018 :

PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Perseroan memproyeksikan pendapatan pada tahun depan melampaui US$5 miliar seiring dengan dibukanya kran impor batu bara oleh China. Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengungkapkan volume produksi batu bara pada tahun ini bakal sekitar 80 juta hingga 83 juta ton dan produksi pada tahun depan sekitar 90 juta hingga 93 juta ton. Pada 2020, emiten berkode saham BUMI itu berencana meningkatkan produksi batu bara menjadi 100 juta ton.

Dileep menuturkan, bisnis batu bara pada tahun ini berjalan kurang baik, karena adanya larangan impor kalori rendah ke China. Harapannya, larangan tersebut tidak terjadi pada tahun depan. Ekspor batu bara Bumi Resources ke China mencapai 15 persen dari total penjualan perseroan.

“Dalam jangka panjang, konsumsi batu bara di China berpotensi meningkat. Mungkin pada tahun depan impor kalori rendah sudah bisa berjalan lancar,” katanya.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)

Perseroan berupaya mengakuisisi perusahaan tambang yang memproduksi batu bara dengan kalori di bawah 7.000 kkal/kg.

Direktur Keuangan Indo Tambangraya Megah Yulius Gozali menyampaikan perusahaan masih melakukan pembahasan dengan beberapa calon perusahaan yang akan diakuisisi tersebut. Targetnya, emiten berkode saham ITMG tersebut dapat mencaplok 6-9 perusahaan tambang.

“Kami belum bisa disclose secara spesifik perusahaannya karena ada yang masih dalam tahap penggodokan, ada yang sudah due diligence, ada yang masih negosiasi untuk pricing, ada juga yang sudah MoU,” ungkap Yulius. 

Yulius menyampaikan perusahaan-perusahaan tersebut berada di Kalimantan Timur dan tidak jauh dari wilayah operasional perseroan sehingga dapat menggunakan infrastruktur yang sudah ada. Dengan jarak hingga 40 kilometer dari lokasi utama, perseroan berharap dapat mengoperasikan area-area tambang baru tersebut dengan lebih efisien

PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII)

Laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) Maybank Indonesia naik 3,4 persen menjadi Rp1,5 triliun dalam periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2018. Raihan itu didukung pendapatan bunga bersih (NII) yang lebih tinggi dan perbaikan tingkat provisi. 

Recurring Laba Sebelum Pajak (PBT) meningkat 19 persen secara tahunan setelah eliminasi  pendapatan one-off terutama dari penjualan surat berharga pada 2017. 

Kualitas aset yang lebih baik, pertumbuhan yang solid di bisnis Syariah, perbaikan kinerja pada anak perusahaan, dan strategic cost management secara berkelanjutan juga memberikan kontribusi bagi peningkatan kinerja bank.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)

Perseroan menganggarkan belanja modal Rp4 triliun hingga Rp5 triliun pada 2019 sejalan dengan sejumlah rencana ekspansi yang disiapkan oleh perseroan.

Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asnawi M. mengungkapkan akan melakukan investasi di beberapa sektor seperti jalan tol, air, dan properti. Menurutnya, dana terbesar akan ditanamkan perseroan ke sektor jalan tol dan properti pada tahun depan.

Di sektor properti, Entus menyebutkan kembali menyuntik dana segar kepada entitas anak PT Adhi Commuter Properti (ACP) hingga Rp1 triliun. Kucuran dana itu, menurutnya, akan digunakan oleh ACP untuk menambah kepemilikan tanah atau land bank.

PT Timah Tbk (TINS)

Perseroan tetap optimistis kinerja pada akhir tahun akan sesuai dengan target meski laba perseroan hingga kuartal III 2018 tercatat turun.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, emiten dengan sandi TINS tersebut membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp255,54 miliar, turun 14,98 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp300,57 miliar.

Sementara itu, pendapatan tercatat Rp6,8 triliun atau meningkat 2,7 persen secara yoy. Sekretaris Perusahaan TINS Amin Haris menyampaikan, perseroan mengadopsi teknologi penambangan timah yang lebih efektif sehingga volume produksi bijih timah dapat meningkat dengan biaya produksi yang lebih efisien.

PT BNP Paribas Investment Partners

Perseroan menargetkan dana kelolaan senilai Rp500 miliar pada tahun pertama dari produk reksadana indeks perseroan, yakni BNP Paribas SRI-KEHATI. Tak hanya menyasar investor institusi, perseroan juga akan memaksimalkan penjualan produk ini ke segmen ritel.

“Target kami pada tahun pertama Rp500 miliar,” kata Vivian Secakusuma, Presiden Direktur PT BNP Paribas Investment Partners.

Menurutnya, produk reksa dana indeks tersebut memungkinkan investor untuk berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan kegiatan sosial.

Reksadana ini diluncurkan dengan nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan Rp1.000. Fund manager akan mengalokasikan dana nasabah ke dalam efek bersifat ekuitas konstituen indeks SRI KEHATI minimal 80 persen.

Adapun, sisanya ditanamkan pada instrumen efek pasar uang, yakni maksimal 20 persen. Vivian menilai, produk ini layak untuk investor pemula yang hendak masuk ke pasar saham. Pasalnya, reksa dana indeks memiliki tingkat risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan investasi saham langsung dan reksa dana saham.

(AM)