Bareksa.com - Pada perdagangan Rabu, 7 November 2018, harga saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) ditutup melesat 9,63 persen dan berakhir di level Rp1.650 per saham.
Saham WSKT bergerak atraktif pada perdagangan kemarin karena menjadi saham dengan peringkat kedua frekuensi perdagangan terbesar yakni 9.090 kali serta nilai transaksi mencapai Rp147,75 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham WSKT pada perdagangan kemarin antara lain Maybank Kim Eng Sekuritas (ZP) dengan nilai pembelian Rp23,12 miliar, kemudian Mirae Asset Sekuritas (YP) Rp11,23 miliar, dan Indo Premier Sekuritas (PD) Rp10,93 miliar.
Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham WSKT secara keseluruhan yaitu 15,65 persen, 7,6 persen, dan 7,4 persen.
Bidik Pertumbuhan Laba Bersih 7 Persen
Waskita Karya memproyeksikan pekerjaan jalan tol masih menjadi penopang perseroan untuk mencapai target pertumbuhan laba bersih hingga 7 persen pada akhir tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Waskita Karya Shastia Hadiarti memproyeksikan pendapatan usaha masih akan tumbuh sekitar 19 persen secara tahunan pada akhir 2018.
Sementara itu, laba bersih diperkirakan tumbuh sekitar 6-7 persen dari capaian pada periode yang sama tahun lalu.
Sebagai catatan, emiten berkode saham WSKT itu mengantongi pertumbuhan pendapatan usaha 90,11 persen secara tahunan menjadi Rp45,21 triliun pada 2017.
Laba bersih yang dikantongi melonjak 126,9 persen secara tahunan menjadi Rp3,88 triliun pada tahun lalu.
Director of Finance and Strategy Waskita Karya Haris Gunawan optimistis dapat mencapai target yang dipasang. Salah satu penopang proyeksi tersebut yakni progres pekerjaan yang sesuai jadwal.
“Sebagai tambahan, pada tahun depan strategi bisnis Waskita Karya akan terus mengupayakan divestasi ruas jalan tol dengan mengembangkan investasi di bidang properti dan infrastruktur lainnya,” paparnya.
Untuk diketahui, WSKT mengantongi pendapatan Rp36,23 triliun atau naik 26,98 persen secara tahunan pada kuartal III 2018. Laba bersih yang dikantongi Rp3,72 triliun atau naik 40,04 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Harga Saham Murah
Di sisi lain, harga saham WSKT telah anjlok 25,34 persen sepanjang tahun ini (year to date) hingga penutupan perdagangan kemarin.
Kondisi tersebut membuat saham kontruksi pelat merah tersebut memiliki price earning ratio (PER) yang sangat kecil yakni di level 3,74 kali, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa saham WSKT sudah tergolong sangat murah (undervalue).
Dibandingkan dengan beberapa kompetitornya, PER saham WSKT terpantau cukup jauh di bawahnya, di mana WIKA (11,9 kali), ADHI (10,75 kali), dan PTPP (9,94 kali). Kondisi tersebut menjadi saham WSKT semakin menarik untuk dikoleksi.
Analisis Teknikal Saham WSKT
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham WSKT pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body yang sangat besar serta terdapat short lower shadow.
Kondisi tersebut menggambarkan saham ini bergerak positif dalam rentang yang lebar hingga mampu berakhir di level tertingginya, meskipun sempat bergerak dua tick di bawah level pembukaannya.
Volume perdagangan terlihat mengalami lonjakan signifikan dibandingkan hari sebelumnya menandakan adanya akumulasi beli serta antusiasme yang besar dari para pelaku pasar.
Apabila diperhatikan, secara tren posisi saham WSKT memang masih dalam downtrend, namun kenaikan signifikan kemarin serta posisinya yang telah menyentuh level terendah dalam setahun terakhir membuat saham ini memiliki risiko penurunan yang mulai terbatas.
Selain itu,indikator relative strength index (RSI) saham WSKT terpantau bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan yang cukup kuat dengan resisten terdekat berada di level Rp1.825 per saham.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.