Saham Melonjak Seiring Rencana Buyback Rp3 Triliun, Ini Prospek SCMA

Bareksa • 30 Oct 2018

an image
Sejumlah karyawan dan pelaku usaha berada di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3). IHSG pada perdagangan pekan ini ditutup melemah 16,95 poin atau 0,27 persen ke level 6.304,95. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Pada perdagangan kemarin saham SCMA ditutup melonjak 5,8 persen berakhir di level Rp1.640 per saham

Bareksa.com - Pada perdagangan Senin, 29 Oktober 2018, harga saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) ditutup melonjak 5,8 persen berakhir di level Rp1.640 per saham.

Saham SCMA bergerak cukup atraktif pada perdagangan kemarin dengan ditransaksikan sebanyak 6.402 kali dan nilai transaksi Rp91,68miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham SCMA pada perdagangan kemarin antara lain Morgan Stanley Sekuritas (MS) dengan nilai pembelian Rp12,77 miliar, kemudian UBS Sekuritas (AK) Rp11,12miliar, dan Mirae Asset Sekuritas  (YP) Rp10,56 miliar.

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham SCMA secara keseluruhan yaitu 13,93 persen, 12,13 persen, dan 11,52 persen.

SCMA Berencana Buyback

PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) berencana melakukan pembelian saham kembali (buyback) sebanyak 10 persen atau sekitar 1,46 miliar saham. Tetapi, perusahaan media ini mengatakan, buyback bukan untuk mempengaruhi kegiatan operasional

Dari laporan perusahaan, Senin (29/10), SCMA membutuhkan dana hingga Rp3 triliun untuk mengeksekusi rencana buyback tersebut. Sumber pendanaannya akan diserap dari modal dan kas perusahaan milik Grup Emtek tersebut.

Dari sisi performa permodalan, dengan aksi korporasi buyback yang akan dilakukan 5 Desember 2018 mendatang, usai mendapat restu pemegang saham lewat rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) nanti, jumlah aset SCMA bakal berkurang dari sebelumnya Rp5,38 triliun per Desember 2017 menjadi Rp2,38 triliun usai buyback.

Disusul, dengan penurunan jumlah ekuitas emiten itu sebanyak Rp3 triliun dari sebelumnya Rp4,4 triliun per Desember 2017 menjadi Rp1,4 triliun per Desember 2018.

Sementara itu, untuk jumlah saham yang beredar juga berkurang sebanyak 1,46 miliar lembar saham, dari sebelumnya 14,62 miliar per Desember 2017 menjadi 13,15 miliar lembar saham usai buyback.

Alhasil, laba per saham dasar akan naik Rp10,12, dari sebelumnya Rp91,06 menjadi Rp101,18 per lembar saham.

"Direksi meyakini bahwa rencana buyback tidak akan mempengaruhi kegiatan usaha dan operasional SCMA, karena perseroan memiliki moda kerja yang cukup baik," ungkap perusahaan.

Selanjutnya, return on asset juga akan meningkat dari sebelumnya 24,72 persen per Desember 2017 menjadi 55,81 persen usai aksi pembelian saham kembali disepakati, terhitung 6 Desember 2018. Begitu juga dengan return on equity yang bakal naik dari sebelumnya 30,22 persen menjadi 94,74 persen.

Analisis Teknikal Saham SCMA


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham SCMA pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body besar disertai dengan long upper shadow yang menggambarkan saham ini bergerak positif dalam rentang yang lebar meskipun berakhir cukup jauh di bawah level tertingginya.

Volume perdagangan terlihat mengalami sedikit penurunan namun masih dalam angka yang relatif besar menandakan adanya partisipasi yang masih besar dari para pelaku pasar. Kemudian investor asing tercatat membukukan net buy pada perdagangan kemarin senilai Rp26,98 miliar.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terpantau mulai bergerak naik setelah memasuki area jenuh jual mengindikasikan sinyal kenaikan yang cukup kuat dengan resisten terdekat berada di level Rp1.910.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.