Berita Hari Ini : Rugi KRAS Menurun, ADRO Pertahankan Target Operasional

Bareksa • 29 Oct 2018

an image
PT Krakatau Steel Tbk (KRAS)

Anak usaha MCAS akan IPO, Produksi baja GDST bakal naik, SGRO dapat tambahan penjualan Rp162,87 miliar

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 29 Oktober 2018 :

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)

Perseroan berhasil menekan kerugian hingga 50,18 persen secara tahunan pada kuartal III 2018 sejalan dengan kenaikan dua digit volume penjualan perseroan.

Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pendapatan bersih perseroan mencapai US$1,27 miliar pada kuartal III 2018.

Pencapaian itu naik 22,71 persen dari US$1,03 miliar pada kuartal III 2017. Silmy mengatakan kenaikan pendapatan bersih ditopang oleh kenaikan harga baja dan peningkatan volume penjualan.

Secara detail, pada kuartal III 2018, volume penjualan emiten berkode saham KRAS itu naik 14,21 persen secara tahunan menjadi 1,59 juta ton. Kenaikan tersebut terdorong meningkatnya volume penjualan hot rolled coil (HRC) yang naik 26,60 persen menjadi 913.619 ton dan produk baja batangan 12,92 persen menjadi 216.378 ton.

Di sisi lain, Silmy menyebut puncak kenaikan harga HRC terjadi pada awal Juni 2018 mencapai US$740 per ton. Hingga September 2018, rata-rata harga jual HRC naik 11,85 persen menjadi US$656 per ton dari US$586 per ton pada periode yang sama tahun lalu.

PT Adaro Energy Tbk (ADRO)

Perseroan mempertahankan target operasional pada tahun ini. Adaro mencoba memanfaatkan kenaikan harga batu bara global yang diprediksi mencapai 23 persen.

Beberapa waktu terakhir, harga batu bara fluktuatif sempat menembus US$115 per ton, tapi juga sempat melorot menjadi US$107 per ton.

Head of Corporate Communication Adaro Febriati Nadira menjelaskan, produksi batu bara tahun ini ditargetkan 54 juta-56 juta ton. Proyeksi tersebut seiring penambahan peralatan penambangan yang baru.

Tahun lalu, realisasi produksi batu bara mencapai 51,79 juta ton. Sedang laba operasional sebelum pajak (EBITDA) ditargetkan mencapai US$1,1 miliar sampai US$1,3 miliar.

Menurut Febriati, kinerja operasional akan tetap solid. Sebab ADRO telah menjalankan efisiensi operasional di seluruh rantai bisnis.

"Jadi kalau harga batu bara bertahan bagus, tentu positif dampaknya bagi kinerja perusahaan," kata dia seperti dikutip Kontan.

PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk

PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) membawa anak usahanya untuk IPO. Adalah PT Distribusi Voucher Nusantara yang berpotensi mengantongi dana segar Rp600 miliar hingga Rp800 miliar dari hasil penawaran umum perdana saham.

Distribusi Voucher Nusantara akan melepas sebanyak-banyaknya 214,28 juta lembar saham biasa atau sekitar 30 persen dari modal yang telah ditempatkan dan disetor. Calon emiten ini bergerak dalam bidang usaha jasa teknologi dan digital.

“Bisa sekitar Rp600 miliar hingga Rp800 miliar,” kata Direktur Utama Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Distribusi Voucher Nusantara merupakan anak usaha PT M Cash Integrasi Tbk. (MCAS) yang berencana IPO pada November 2018. Perseroan merupakan bagian dari PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN).

PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST)

Produsen baja ini terus berusaha meningkatkan kinerja bisnisnya. Setelah merger dengan Jaya Pari Steel pada tahun ini, produksi GDST bakal mengalami peningkatan.

Tanpa menyebutkan detail estimasi volume produksinya, Sekretaris Perusahaan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk Hadi Sutjipto mengatakan kapasitas terpasang bakal meningkat.

"Kapasitas terpasang tentu (bertambah), karena saat ini jadi memiliki dua plate mill," ujar dia seperti dikutip Kontan.

Saat ini GDST tercatat memiliki kapasitas terpasang mencapai 400.000 ton per tahun, sementara Jaya Pari Steel yang dahulu masih mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode JPRS diketahui berkapasitas terpasang 100.000 ton per tahun.

Sehingga total kapasitas yang dimiliki GDST setelah aksi merger ini menjadi 500.000 ton per tahun.

PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO)

Pereroan pada kuartal IV/2018 berpotensi menerima pendapatan senilai Rp162,87 miliar dari penjualan persediaan minyak kelapa sawit mentah atau CPO 23.268 ton.

Head of Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma menyampaikan, pada kuartal III 2018 perusahaan memproduksi CPO sebanyak 134.268 ton, naik 54 persen dari kuartal sebelumnya. Volume penjualan melonjak 61 persen menjadi 111.000 ton dari kuartal II 2018 sejumlah 68.800 ton.

“Peningkatan produksi dan penjualan didukung oleh dua faktor, yakni faktor musiman saat panen yang tinggi dan kondisi cuaca yang kondusif,” tuturnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.

Hanya saja, lonjakan volume produksi pada kuartal III 2018 tidak sepenuhnya terealisasi dalam penjualan, karena terhambat permasalahan logistik di industri sawit secara nasional.

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)

Melalui anak usahanya, PT Bumi Suksesindo (BSI) telah mendapatkan komitmen pendanaan senilai US$200 juta dari sindikasi perbankan. Bumi Suksesindo meneken perjanjian fasilitas kredit pada 19 Oktober 2018.

Sekretaris Perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk, Adi Adriansyah Sjoekri, mengatakan berdasarkan perjanjian gadai saham, Merdeka Copper menjamin pembayaran dan pelaksanaan kewajiban BSI.

Emiten berkode saham MDKA ini menyetujui untuk memberikan jaminan dengan menggadaikan 2,21 juta saham di BSI kepada agen penjamin atas fasilitas pinjaman ini.

Porsi kepemilikan saham itu setara 99,89 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor BSI apabila terjadi gagal bayar di BSI di masa depan.

"Fasilitas pinjaman tersebut akan digunakan oleh BSI antara lain untuk pembiayaan kembali utang BSI dan kebutuhan belanja modal," ungkap Adi seperti dikutip Kontan.

(AM)