Akuisisi Perusahaan Pelayaran Guna Ekspansi Bisnis Kargo, Ini Prospek Saham TCPI

Bareksa • 23 Oct 2018

an image
Kapal Tongkang pembawa batu bara melintasi aliran Sungai Batanghari di Muarojambi, Jambi, Jumat (8/6). (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Kemarin saham TCPI ditutup melonjak 8,04 persen dengan berakhir di level Rp4.700 per saham

Bareksa.com - Pada perdagangan Senin, 22 Oktober 2018, harga saham PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) ditutup melonjak 8,04 persen dengan berakhir di level Rp4.700 per saham.

TCPI bergerak cukup atraktif pada perdagangan kemarin dengan ditransaksikan sebanyak 1.995 kali dengan nilai transaksi mencapai Rp50,28 miliar.

Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham TCPI pada perdagangan kemarin antara lain Wanteg Sekuritas (AN) dengan nilai pembelian Rp18,76 miliar, Investindo Nusantara Sekuritas (IN) R16,15 miliar, dan CGS-CIMB Sekuritas  (YU) Rp3,46 miliar.

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham TCPI secara keseluruhan yaitu 37,31 persen, 32,12 persen, dan 6,88 persen.

Faktor Kenaikan

Belum jelas faktor yang menyebabkan harga saham TCPI melonjak pada perdagangan kemarin. Namun bulan lalu, TCPI mengumumkan rencana akuisisi PT Kanz Gemilang Utama (KGU) yang bergerak di bidang jasa pelayaran.

Aksi tersebut diawali dengan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) sehubungan dengan pembelian seluruh saham KGU tersebut pada 18 September 2018.

Menurut perseroan, aksi tersebut merupakan transaksi afiliasi di mana antara TCPI dan KGU dikendalikan oleh pihak yang sama dan juga berada di satu manajemen (sister company).

Perseroan mengatakan rencana akuisisi tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut memiliki kontrak jangka panjang dan jumlah armada yang memadai.

Perseroan juga menyebutkan bahwa langkah akuisisi tersebut merupakan bentuk ekspansi perusahaan secara anorganik.

Selain ekspansi anorganik, perusahaan juga akan melakukan pengembangan dengan pengembangan pasar (market base) dan pengembangan jumlah kargo (cargo base). Perusahaan sedang menjajaki pekerjaan pengangkutan bahan tambang lain di luar batu bara di wilayah Indonesia bagian timur.

Analisis Fundamental TCPI

Secara fundamental, hingga akhir tahun 2017 perusahaan yang bergerak dalam jasa transportasi dan logistik khusus produk energi tersebut berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp88,7 miliar.

Angka tersebut tumbuh tipis 2,85 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 yang sebesar Rp86,24 miliar.


Sumber: website Perseroan

Capaian tersebut didukung oleh top line-nya yakni pendapatan yang berhasil tumbuh 15,09 persen dari sebelumnya Rp565,13 miliar pada tahun 2016, menjadi Rp650,38 miliar pada tahun 2017.

Selain itu, total aset TCPI per 31 Desember 2017 tercatat Rp844,99 miliar, tumbuh 15,41 persen dari sebelumnya Rp732,17 miliar per 31 Desember 2016.

Kemudian total utang justru turun 11,25 persen dari sebelumnya Rp403,79 miliar per 31 Desember 2016, menjadi Rp358,36 miliar per 31 Desember 2017.

Di sisi lain, total ekuitas berhasil melesat 48,19 persen dari sebelumnya Rp328,39 miliar per 31 Desember 2016, menjadi Rp486,64 miliar per 31 Desember 2017.

Analisis TeknikalTCPI


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham TCPI pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan disertai long upper shadow yang menggambarkan saham ini bergerak positif namun ditutup cukup jauh di bawah level tertingginya.

Volume terlihat sedikit mengalami penurunan menandakan partisipasi pelaku pasar sedikit berkurang pada saham TCPI. Namun di sisi lain, investor asing mencatatkan net buy pada perdagangan kemarin senilai Rp1,55 miliar.

Apabila diperhatikan, TCPI masih berada dalam strong uptrend sejak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 6 Juli lalu. Jika dibandingkan dengan harga IPO-nya di level Rp138, saat ini harga saham TCPI telah meroket fantastis hingga 3.300 persen.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terpantau masih bergerak naik meskipun mulai mendekati area jenuh beli, mengindikasikan sinyal kenaikan yang masih cukup kuat.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.