Bareksa.com - Harga minyak melonjak pada Selasa (25/9), menyentuh level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Kenaikan harga minyak seiring kekhawatiran sanksi Amerika Serikat atas Iran dan keengganan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) untuk menambah produksi.
Seperti dilansir Reuters, harga minyak mentah jenis Brent LCOc1 naik 0,5 persen jadi US$81,6 per barel pada pukul 06.00 GMT atau level tertinggi sejak November 2014. Tidak berbeda, harga minyak WTI CLc1 di level US$72,37 per barel atau naik 0,4 persen dari harga penutupan sebelumnya.
Sumber : Reuters
Pada pekan lalu, negara-negara anggota OPEC dan non-OPEC termasuk Rusia berkumpul di Aljazair. Dari hasil pertemuan tidak ada rekomendasi resmi untuk meningkatkan pasokan tambahan untuk mengimbangi penurunan pasokan dari Iran.
"Pasar masih didorong kekhawatiran pasokan Iran dan Venezuela. Kegagalan produsen mengatasi hal itu menciptakan peluang membeli," ujar Direktur Stamford, Gene McGillian, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (25/9/2018).
Sebelumnya, harga minyak jenis brent untuk kontrak pengiriman November 2018 tercatat naik 2,02 persen ke level US$80,39 per barel pada pukul 14.35 pada perdagangan hari Senin (24/9/2018).
AS mengancam mulai 4 November mendatang akan menargetkan sanksi atas ekspor minyak Iran. Washington juga meminta kepada pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia untuk memangkas permintaan minyak dari Iran.
"Volume ekspor Iran akan anjlok, sedangkan OPEC yang juga termasuk Rusia enggan menambah produksi, akibatnya pasar minyak akan kekurangan pasokan," ujar Harry Tchilinguirian, Kepala Global untuk Strategi Pasar Komoditas BNP Paribas di Prancis.
Negara-negara OPEC dan Rusia justru malah menyepakati pemangkasan produksi yang dimulai 2017.
Sedangkan Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Iran, menyatakan akan mengembangkan mekanisme pembayaran untuk melanjutkan perdagangan minyak mereka meskipun ada sanksi dari AS.
Namun kebanyakan analis memperkirakan sanksi AS atas Iran akan berdampak pada berkurangnya pasokan minyak di pasar dunia antara 1 juta hingga 1,5 juta barel per hari.
"Kami melihat kenaikan harga minyak di atas US$80 adalah fundamental," ungkap riset Fitch Solutions.
Ashley Kelty, analis dari firma jasa finansial Cantor Fitzgerald mengatakan harga minyak mentah akan segera menembus US$90 per barel.
Bank of America Merrill Lynch juga telah merevisi perkiraannya atas rata-rata harga minyak tahun depan dari sebelumnya US$75 per barel jadi US$80 per barel.
(AM)