Berita Hari Ini : SNP Finance Bobol 14 Bank, ANTM Terima Pembayaran DPM
INDF naikkan harga terigu, INDY dirikan anak usaha baru, harga CPO masih negatif, FREN bidik 10 juta pelanggan baru
INDF naikkan harga terigu, INDY dirikan anak usaha baru, harga CPO masih negatif, FREN bidik 10 juta pelanggan baru
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 25 September 2018 :
SNP Finance
Hasil penyidikan Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal (Tipideksus Baeskrim) Mabes Polri menemukan adanya dugaan pembobolan dana di 14 bank, baik swasta dan BUMN, yang dilakukan oleh PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP) Finance. Tak tanggung-tanggung, nilai pembobolan mencapai Rp14 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Wakil Direktur Tipideksus Bareskrim Polri, Komisaris Besar Polisi Daniel Silitonga, mengatakan kasus ini terungkap pasca Bank Panin, satu dari14 bank tersebut melapor ke polisi.
Modus yang dilakukan pengurus SNP Finance adalah dengan mengajukan kredit modal kerja dan fasilitas kredit rekening koran ke Bank Panin dari Mei 2016 hingga September 2017 senilai Rp425 miliar.
SNP Finance mendapatkan utang dari Bank Panin dengan menjaminkan piutang konsumen dari penjualan perabot rumah oleh Columbia secara kredit
Asal tahu saja, Columbia adalah perusahaan yang 100 persen dimiliki PT Citra Prima Mandiri.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Perseroan turut menikmati pencairan dana atas divestasi PT Dairi Prima Mineral (DPM). Emiten pelat merah ini mengantongi duit segar US$57,24 juta dari penutupan transaksi (financial closing) yang juga melibatkan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan NFC China itu.
ANTM bersama BRMS meneken perjanjian jual beli bersyarat atau conditional share purchase agreement (CSPA) saham Dairi Prima pada akhir 2017.
Perjanjiannya berisi soal pengalihan 20.000 saham Seri A dan 33,58 juta saham Seri B atau 20 persen kepemilikan saham DPM di ANTM ke BRMS.
"Akhir pekan lalu dananya sudah cair," ujar Direktur Utama ANTM Arie Prabowo Ariotedjo seperti dikutip Kontan.
Namun, sejak awal perjanjian sudah ditetapkan, ANTM baru bisa menerima duit hasil divestasi tersebut setelah BRMS bisa mencairkan hasil divestasi 51 persen saham DPM ke NFC.
Dalam laporan keuangan ANTM, divestasi 20 persen saham DPM tercatat sebagai piutang senilai Rp825,49 miliar.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Perseroan akan mengerek harga tepung terigu sebagai dampak kenaikan harga gandum di pasar global dan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah telah melemah 10 persen year to date ke level Rp14.866 per dolar AS. Adapun, harga gandum di pasar Chicago Board of Trade (CBOT) naik 9,02 persen sepanjang tahun berjalan 2018 ke level harga US$525,75 sen per bushel.
Direktur Indofood Sukses Makmur Franciscus Welirang mengatakan dampak kenaikan harga tepung terigu tidak signifikan terhadap ongkos produksi mi instan.
Franciscus menuturkan, sejak Mei 2018 hingga saat ini, telah terjadi kenaikan harga tepung terigu minimal 10 persen. Tingkat kenaikan tersebut menyesuaikan dengan tingkat depresiasi rupiah terhadap dolar AS.
“Jelas harga terigu naik minimum 10 persen, kan ikut dolar AS per rupiah. Indofood dalam hal ini Bogasari pasti menaikkan harga tepung terigu,” ungkapnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
PT Indika Energy Tbk (INDY)
Perseroan bersama PT Indika Inti Corpindo (IIC), telah mendirikan anak perusahaan baru pada 13 September 2018. Anak usaha itu bernama PT Indika Digital Teknologi (IDT).
Anak usaha INDY ini bakal menjalankan usaha di bidang jasa konsultasi manajemen umum termasuk kegiatan informasi, komunikasi dan teknologi (ICT), menyediakan jasa konsultasi fasilitas komputer serta menjalankan kegiatan teknologi informasi dan jasa komputer lainnya.
Mayoritas kepemilikan digenggam oleh INDY dengan nilai nominal saham Rp104,99 miliar. Sisanya dimiliki oleh IIC. Adapun total nilai yang disetor untuk pendirian anak usaha ini sebesar Rp105 miliar.
Sekretaris Perusahaan INDY, Adi Pramono, mengatakan pendirian IDT merupakan upaya strukturisasi perusahaan agar inisiatif terkait penerapan teknologi menjadi lebih efektif dan efisien.
CPO
Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) masih dirundung sentimen negatif. Harga CPO terbebani kekhawatiran meningkatnya produksi dan persediaan, di tengah tingkat permintaan yang menurun.
Harga CPO kontrak pengiriman Desember 2018 di Bursa Derivatif Malaysia jatuh ke level terendah sepanjang tahun ini pada level RM 2.143 per metrik ton.
Kemarin, harga CPO menguat 0,89 persen ke level US$ 2.162 per metrik ton. Namun, dalam sepekan, harga CPO masih mencatat penurunan 3,78 persen.
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)
Emiten penyedia jasa telekomunikasi ini agresif melakukan penambahan modal untuk kebutuhan ekspansi perseroan. Pada tahun ini, perseroan berambisi mengakuisisi hingga 10 juta pelanggan dan memperluas jangkauan jaringan.
Emiten Grup Sinar Mas ini akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) dengan lima agenda, termasuk meminta persetujuan untuk melakukan penambahan modal melalui rights issue dan private placement dengan menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK).
Dalam prospektus yang diterbitkan perseroan, emiten bersandi saham FREN tersebut mengumumkan rencana penawaran umum terbatas (PUT) III dengan melepas sebanyak-banyaknya 68 miliar saham biasa atas nama Seri C.
Bersamaan dengan itu, FREN juga berencana menerbitkan waran yang melekat pada saham hasil pelaksanaan rights issue sebanyak-banyaknya 36,29 miliar lembar.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.