BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

DBS Group Research : Siklus Kenaikan Suku Bunga BI Masih akan Berlanjut

Bareksa24 Agustus 2018
Tags:
DBS Group Research : Siklus Kenaikan Suku Bunga BI Masih akan Berlanjut
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi oleh Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto (kiri) dan Mirza Adityaswara (kanan) memberikan keterangan pers seusai mengadakan Rapat Dewan Gubernur di Jakarta. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

BI telah menaikkan suku bunga acuan jadi 5,5 persen, secara kumulatif kenaikan tahun ini mencapai 125 basis poin

Bareksa.com – Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan pada 15 Agustus dari 5,25 persen menjadi 5,5 persen. Sehingga secara kumulatif kenaikan BI 7 day Repo Rate tahun ini sudah sebanyak 125 basis poin (bps).

Meskipun konsensus analis memperkirakan akan ada jeda kenaikan suku bunga, namun hasil riset DBS Research Group menyatakan berbeda. BI diprediksi masih berpeluang menaikkan kembali suku bunga acuan jelang akhir tahun ini.

Dalam pernyataannya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menegaskan preferensi BI terhadap kebijakan “pre-emptive , front loading, and ahead the curve”. Proyeksi pertumbuhan tertahan pada 5- 5,4 persen pada 2018, dengan inflasi diprediksi 2,5 - 4,5 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

Mengapa BI menaikkan suku bunga?

Ekonom DBS Group Research, Radhika Rao dan Duncan Tan dalam hasil risetnya menyatakan faktor kunci yang mengarahkan keputusan pada kenaikan suku bunga adalah kecepatan depresiasi kurs rupiah dan kebutuhan untuk menahan ketidakstabilan pasar uang.

“Kurs mata uang telah tertekan sejak awal tahun, dengan meningkatnya penjualan yang terjadi pada pekan ini ketika krisis mata uang Turki terungkap. Jatuhnya kurs rupiah tidak sendirian, namun juga bersamaan dengan pelemahan mata uang negara - negara berkembang lain. Pelemahan lebih dalam dialami peso Argentina dan rand Afrika Selatan,” tulis riset yang dirilis Jumat, 24 Agustus 2018.

Namun, di antara kelompok Asia terkecuali Jepang, rupiah tampil kedua terburuk (-1,2 persen month to date), di bawah rupe India (-1,9 persen).

Pelemahan kurs mata uang juga menjalar ke pasar obligasi 10 tahun, di mana yieldnya naik melampaui 8 persen dan ekuitas terus merugi.

Dominasi investor asing di pasar obligasi rupiah dan ketergantungan pada investor portofolio mengakibatkan upaya menjaga diferensiasi tingkat kurs secara positif sangat penting.

Illustration
Sumber : riset DBS

Langkah apa lagi yang dapat diambil?

Menurut riset DBS, bersamaan dengan kenaikan suku bunga, maka langkah lain tanpa melalui kebijakan dapat diambil. Terlepas dari kenaikan suku bunga acuan yang sudah mencapai 125 basis poin sejak Mei hingga Agustus 2018, BI terus melakukan intervensi di pasar uang domestik dan pasar obligasi.

Sebagai refleksi, cadangan devisa tergerus US$14 miliar sejak Januari dan kini menjadi US$118,3 miliar pada bulan Juli.

BI juga mempertahankan agar pertukaran provisi mata uang asing di tingkat yang atraktif, sehingga membantu menjaga pertukaran premium.

Pemerintah telah mengambil peran kohesif, setelah kekhawatiran terhadap keseimbangan eksternal yang akan muncul kembali. Langkah itu menyusul realisasi defisit transaksi berjalan (CAD) pada Juli 2018 yang melebar jadi US$3 miliar atau minus 3 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Dengan defisit perdagangan juga melebar pada Juli 2018 yakni minus US$2 miliar dibandingkan surplus US$1,7 miliar pada Juni. Kondisi itu membuat proyeksi kinerja neraca dagang di kuartal ada di pijakan yang lemah.

Illustration
Sumber : riset DBS

Menurut riset DBS, usaha yang terarah telah dilakukan pemerintah guna menopang pasokan dolar melalui :

  1. Membatasi impor kapital dan mengganti dengan alternatif domestik. Otoritas berwenang kemungkinan memberikan penalti terhadap impor yang tidak krusial atau tidak strategis, termasuk membekukan sejumlah proyek infrastruktur.
  2. Badan usaha milik negara yang bergerak di bidang energi, PT Pertamina, telah ditetapkan sebagai pembeli utama untuk pasokan bahan bakar minyak (BBM) lokal, dalam upaya untuk mengurangi permintaan impor BBM. Penggunaan campuran sawit dan biodiesel mungkin akan diwajibkan, karena dipercaya bisa memangkas biaya impor BBM hingga US$2,3 miliar tahun ini.
  3. Mengembangkan penerbitan obligasi dolar AS juga telah didiskusikan, namun kemungkinan hanya menjadi upaya terakhir.

Masih Ada Potensi Kenaikan Suku Bunga

Kenaikan suku bunga pada hari Rabu pekan lalu, kata riset DBS, kemungkinan bukanlah akhir dari siklus kenaikan suku bunga. DBS sebelumnya memprediksi kenaikan suku bunga 50 basis poin akan dilakukan pada semester II 2018.

Dengan kenaikan 25 basis poin pekan lalu, maka DBS memprediksi BI akan kembali menaikkan BI 7 day Repo Rate pada kuartal IV 2018.

Kondisi itu mempertimbangkan peluang kenaikan lanjutan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), kuatnya kurs dolar AS, tensi perang dagang AS - China, tanpa mengesampingkan resolusi atas krisis Turki. Dengan begitu, kenaikan lanjutan suku bunga BI masih berpeluang terjadi jelang akhir tahun ini.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua