Berita Hari Ini : Kemenkeu Kaji Tarif PPh Impor Baru, PTBA Jual Produk Premium
WEGE realisasikan 76 persen kontrak baru, Juli, ASII bidik pangsa pasar di atas 50 persen, Laba ADRO turun 12,14 persen
WEGE realisasikan 76 persen kontrak baru, Juli, ASII bidik pangsa pasar di atas 50 persen, Laba ADRO turun 12,14 persen
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 24 Agustus 2018 :
Kementerian Keuangan (Kemkeu)
Pemerintah menyiapkan dua opsi pengenaan pajak penghasilan (PPh) impor untuk sejumlah produk yang akan dibatasi pemasukannya. Selain opsi mengeluarkan peraturan menteri keuangan (PMK) untuk menaikkan tarif PPh impor, Kemkeu juga tengah mengkaji besaran tarif baru di luar tarif yang telah ada saat ini.
Promo Terbaru di Bareksa
Dalam PMK Nomor 34 tahun 2017 tentang Pemungutan PPh Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain, ada empat jenis tarif PPh barang impor, yakni 10 persen, 7,5 persen, 5 persen, dan 2,5 persen dari nilai impor.
Tarif itu berlaku berbeda-beda di setiap jenis barang. Dengan opsi ini maka nantinya akan ada tarif baru di luar empat angka tersebut. Tarif itu akan dikenakan pada barang impor yang memiliki substitusi di dalam negeri dan bukan termasuk jenis barang strategis.
Pemerintah, mengidentifikasi ada sekitar 500 jenis barang yang bisa terkena kebijakan itu. Barang-barang tersebut termasuk berbagai macam belanja luar negeri yang menyumbang lonjakan impor pada barang konsumsi.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Perseroan mulai melakukan penjualan produk premium dengan kalori 6.100—6.700 Kcal per kilogram pada bulan ini. Mengutip Bisnis Indonesia, Direktur Komersial PTBA Adib Ubaidillah, mengungkapkan pada bulan ini perusahaan sudah melakukan pengiriman perdana produk batu bara berkalori tinggi sejumlah 225.000 ton. Secara detail, ke pasar Taiwan 150.000 ton dan Jepang 75.000 ton.
“Batu bara berkalori tinggi sudah mulai dijual. Bulan ini sudah pengiriman perdana ke Jepang dan Taiwan,” tuturnya.
Menurutnya, perusahaan mencari peluang melalui produk premium untuk meningkatkan pendapatan sekaligus memacu ekspor. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah yang ingin menambah devisa melalui pemasukan dalam bentuk dolar Amerika Serikat.
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE)
Perseroan telah merealisasikan 76 persen kontrak baru dari target yang dibidik perseroan pada 2018. Mengutip Bisnis Indonesia, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE), Bobby Iman Setya, mengungkapkan perseroan telah mengantongi kontrak baru Rp5,98 triliun sampai dengan Juli 2018.
Jumlah tersebut berasal dari sejumlah pekerjaan yang didapatkan perseroan. Secara detail, proyek yang didapatkan WEGE selama Juli 2018 yakni Tamansari Emerland Surabaya Rp541,5 miliar, Gedung Serbaguna WIKA Satrian Gadog Rp8,78 miliar, Infrastruktur Assistent Center SDM Siber & Sandi Negara Rp183,63 miliar, Rusun Banten DKI Jakarta—Jabar Rp137,63 miliar, Rehab Total Gedung Sekolah DKI Rp503,42 miliar, dan Infrastruktur Hotel Patra Jasa Cirebon Rp21,81 miliar.
“Kami berharap bisa mencapai Rp7,8 triliun atau bahkan lebih karena pencapaian sekarang Rp5,9 triliun per Juli 2018 atau setara 76 persen,” ujarnya.
PT Astra International Tbk (ASII)
Emiten dengan kode saham ASII ini yakin mampu mempertahankan pangsa pasar atau market share kendaraan roda empat di atas 50 persen hingga akhir 2018. Penjualan emiten ini di Juli membaik. Mengutip Kontan, Head of Investor Relations ASII, Tira Adianti, mengatakan pada periode Januari - Juli 2018, pangsa pasar roda empat ASII masih di level 49 persen.
Tapi, khusus Juli, pangsa pasar sudah tembus 51 persen. Penjualan mobil medium SUV Rush dan Terios jadi pendongkrak pangsa pasar. Per Juli, penjualan keduanya melesat 95,8 persen dibanding Juli tahun lalu.
Hal ini juga dipengaruhi mulai normalnya hari kerja usai libur Lebaran, sehingga kapasitas produksi kini stabil. Menurut Tira, tidak mudah menjaga pangsa pasar di tengah persaingan ketat. Pemain otomotif semakin banyak, padahal pertumbuhan pasar masih pelan.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
Perseroan membukukan penurunan laba bersih 12,14 persen secara tahunan menjadi US$195,38 juta pada semester I 2018. Dalam laporan keuangan, emiten berkode saham ADRO ini mencatatkan pendapatan usaha US$1,61 miliar sepanjang Januari - Juni 2018. Nilai itu naik 3,94 persen year on year (yoy) dari US$1,55 miliar pada semester I 2017.
Bisnis penjualan batu bara berkontribusi 92 persen dari total pendapatan atau sejumlah US$1,48 miliar. Berdasarkan geografisnya, pasar ekspor berkontribusi US$1,2 miliar dan pasar domestik US$281,37 juta.
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyampaikan, pertumbuhan pendapatan didukung oleh kenaikan harga jual batu bara perseroan sekitar 9 persen yoy. Peningkatan ini mengikuti pergerakan harga global Newcastle.
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)
Emiten baja ini menandatangani memorandum of understanding (MoU) atau nota kesepahaman dengan perusahaan Korea Selatan, SK Networks Co. Ltd. Kesepakatan mencakup kajian pengembangan bisnis baru dan investasi usaha patungan dalam perdagangan baja.
Kerjasama dengan SK Networks menjawab kebutuhan Krakatau Steel yang sejauh ini belum memiliki anak usaha yang khusus menjalankan bisnis perdagangan.
"Kami mengharapkan perusahaan kami membesar dengan memiliki bisnis unit dagang yang kuat," kata Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigrantoro Roes Setiyadi.
Sementara SK Networks yang awalnya adalah trading company atau perusahaan perdagangan, sedang ingin memperluas usaha ke segmen bisnis baja di Indonesia. Kini, perusahaan asal Negeri Ginseng tersebut memiliki jaringan global yang memiliki kemampuan dalam bidang sumber daya, pemasaran dan pembiayaan.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.