Bareksa.com – Investasi langsung pada kuartal kedua tahun ini terpantau melambat dibandingkan periode sama 2017, seiring dengan kondisi global yang tidak menentu. Meskipun demikian, peran investasi domestik semakin membesar yang menunjukkan perkembangan positif dalam investasi langsung Indonesia.
Berdasarkan data Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), sepanjang semester pertama tahun ini, realisasi investasi langsung Indonesia mencapai Rp361,6 triliun, tumbuh 7,4 persen dibandingkan Rp336,7 triliun pada periode sama tahun lalu. Namun, bila dilihat secara kuartalan, pada kuartal kedua tahun ini, realisasi investasi hanya tumbuh 3,1 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan periode sama tahun 2017 yang mencapai 12,7 persen.
Perlambatan ini seiring dengan semakin mengecilnya porsi investor asing yang masuk ke Indonesia. Sepanjang semester pertama tahun ini, investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) mencapai Rp204,6 triliun, turun 11,1 persen dibandingkan Rp206,9 triliun pada periode sama tahun lalu.
Pada saat yang sama, investasi langsung domestik (domestic direct investment/DDI) justru meningkat 21,80 persen menjadi Rp157 triliun, dibandingkan Rp128, 9 triliun sebelumnya. Porsi domestik pun meningkat dalam investasi langsung menjadi 43 persen daripada 38 persen sebelumnya.
Realisasi Investasi Langsung pada Semester Pertama 2017-2018
Peningkatan peran domestik ini merupakan hal yang positif bagi iklim investasi di Indonesia yang menggambarkan Negara ini semakin mandiri. Apapun kondisi di luar negeri, dengan kekuatan domestik yang semakin kuat, seharusnya Indonesia dapat terus bertumbuh di masa depan.
Secara umum, sampai pada Juni 2018 penyerapan total investasi langsung masih didominasi oleh pulau Jawa yang sebesar 57 persen dari total investasi asing yang ada atau sebesar Rp206,2 triliun dan selebihnya terserap di luar pulau Jawa yang sebesar Rp155,4 triliun.
Porsi Domestik dan Asing dalam Investasi Langsung Semester I/2017-2018
Sumber: Badan Koordinasi dan Penanaman Modal, diolah Bareksa.com
Pengaruh Jangka Panjang
Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong mengungkapkan melambatnya laju investasi asing tak lepas dari gejolak kurs rupiah dan sentimen perang dagang Amerika Serikat dengan China. Tak hanya itu, Indonesia juga sudah memasuki tahun politik yang akan berlanjut sampai tahun depan.
Gejolak tersebut akan berpengaruh pada investasi jangka pendek karena sejumlah proyek akan ditunda di tengah kondisi ketidakpastian. Namun, dalam jangka menengah, pengaruhnya terhadap investasi tidak besar. "Sikap wait and see yang akan terjadi pada tahun politik diamplifikasi oleh gejolak rupiah dan gejolak perekonomian di negara berkembang," ujar Thomas seperti dikutip dari CNNIndonesia.com.
Sebagai tambahan informasi, investasi langsung dari luar negeri memang lebih banyak didominasi oleh investor dari Singapura yang berkontribusi sebesar 33 persen dari total investasi luar negeri atau sebesar US$5 miliar. Kemudian Jepang berkontribusi sebesar 15,7 persen sebesar US$2,4 miliar, dan juga China berkontribusi sebesar 8,8 persen atau sebesar US$1,3 miliar, dan selebihnya Korea Selatan, Hong Kong, dan beberapa negara Asia lainnya.
Adapun dari meningkatnya realisasi investasi langsung tersebut, dapat menjadi katalis positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang, mengingat kontribusi investasi secara umum terhadap pertumbuhan ekonomi (GDP) mecapai 30 persen. Hal itu tercermin dari data pertumbuhan ekonomi pada kuartal 2 2018 lalu yang mencapai 5,27 persen, yang juga terdongkrak karena komponen investasi yang cenderung mengalami peningkatan.
Satu sisi, dengan meningkatnya investasi langsung yang ada di Indonesia artinya semakin banyak proyek-proyek yang dikerjakan di dalam negeri, dan hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada, sehingga daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat dapat stabil dan meningkat, dan hal ini juga tentunya akan menjadi penggerak bagi pertumbuhan ekonomi secara umum.
Terus bertumbuhnya ekonomi dalam negeri, akan menjadi katalis positif bagi kestabilan nilai tukar rupiah dalam jangka panjang, sehingga ekonomi dapat terus bertumbuh secara berkelanjutan. (hm)